news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kuliah Sambil Bekerja Tak Semudah yang Kamu Kira

9 Oktober 2018 18:29 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Com-Kerja Lancar, Kuliah Lancar (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Com-Kerja Lancar, Kuliah Lancar (Foto: Thinkstocks)
ADVERTISEMENT
Enggak seperti mahasiswa kebanyakan yang cuma kuliah sambil nongkrong atau ikut organisasi saja, ada sebagian mahasiswa yang mesti menjalankan kuliah sambil bekerja. Ada alasan tertentu mengapa mereka memilih melakoni hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Muhammad Ari Kosasih, misalnya. Mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) yang juga bekerja sebagai karyawan penjaga gerai produk makanan Dim Sum ini mengaku melakoni pekerjaan demi membiayai kuliah secara mandiri.
Sejak lulus SMA, Ari harus meredam keinginannya untuk langsung kuliah sebagaimana teman-temannya yang lain. Bukan karena tak ada yang mau menerimanya untuk kuliah. Namun lebih karena orang tuanya tak mampu membiayai.
“Waktu itu sempet dapet di Bandung, di ITENAS, dapat undangan juga dan beasiswa tapi karena waktu itu biayanya kurang banget, buat ongkos pun enggak bisa, sampai (akhirnya) enggak menuhin undangan di ITENAS itu,” kata Ari.
M Ari Kosasih, mahasiswa Unpam yang kuliah sambil bekerja sambilan. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
M Ari Kosasih, mahasiswa Unpam yang kuliah sambil bekerja sambilan. (Foto: Istimewa)
Karena keadaannya itu, Ari mesti terlebih dahulu mencari pekerjaan. Singkat cerita ia diterima bekerja di pabrik salah satu produk elektronik di Cikarang.
ADVERTISEMENT
“Nurutin orang tua dulu buat kerja di pabrik. Dan ternyata kerja di pabrik itu enggak semudah yang dibayangin, sampai nunggu dulu enam bulan buat kerja,” ungkapnya.
Setelah bekerja di pabrik selama enam bulan sesuai kontrak, Ari lantas mengembara ke berbagai pekerjaan, dari mulai jadi penjaga gerai ayam krispi sampai wirausaha produk makanan takoyaki. Semua itu dijalaninya dengan tekad ingin berkuliah di kemudian hari.
Momen yang ditunggu Ari datang juga. Tahun 2016, pekerjaannya makin lancar dan orang tuanya juga mulai merestui dirinya untuk berkuliah. Ia kemudian mendaftar ke Unpam mengambil jurusan Teknik Industri.
“Gimana caranya biar kuliah jalan, makan jalan, buat biaya hidup jalan, Ari nyari kerjaan yang sesuai dengan waktu kuliah dan gajinya bisa buat bayar kuliah. Dan Unpam biayanya terjangkau,” ujar Ari.
ADVERTISEMENT
Di Unpam, biaya kuliah Ari Rp 1,75 juta per semester, sedangkan pemasukannya sebagai karyawan sekitar Rp 2 juta. Meski dengan pendapatan tak seberapa, Ari masih saja sempat untuk mengirim hasil jerih payahnya kepada keluarga.
Lain halnya dengan Ari, Galih Fadjar Ramadhan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengaku kuliah sambil kerja hanya untuk mencari pengalaman dan mengisi waktu luang semata.
“Kalau soal benefit ya tambahan aja. Buat sebulan hidup, cukuplah. Buat tambahan uang jajan,” kata Galih.
Tak Semudah yang Dikira
Kuliah sambil bekerja memang tak semudah yang dikira. Jika hanya mengincar uang semata rasanya tak rela membanting tulang demi menjalankan kuliah dan bekerja sekaligus.
Galih yang kuliah di jurusan Teknik Biomedis STEI ITB merasakan bagaimana sulitnya bekerja sambil kuliah. Sebagai guru bimbel sambilan selama sekitar enam bulan terakhir ini, ia kesulitan untuk mengatur jadwalnya karena belum punya jadwal mengajar tetap.
ADVERTISEMENT
“Kalau ada guru yang enggak bisa (ngajar) di jadwalnya kita yang ngegantiin. Nah masalahnya itu ketidakpastian jadwal, jadinya enggak bisa menepati kalau lagi janji ke temen gitu atau jadwal belajar (kuliah) jadi enggak bisa pasti apalagi kalau ujian,” kata Galih.
Padahal Galih sudah bicara ke manajernya untuk mengosongkan jadwal mengajar ketika dirinya sedang ujian. Namun, kadang-kadang tugas mengajar dadakan datang dengan sendirinya. Lantas pernah enggak sih jadwal kuliah bentrok dengan mengajar?
“Pernah sih, cuma ya itu tadi, kalau dari manajernya udah paham bakal diprioritaskan yang kuliah. Jadi enggak papa enggak jadi ngajar,” ujar Galih.
Kesulitan mengatur jadwal ini pun dialami Rizal Al Fahmi, mahasiswa Hubungan Internasional Unpad merangkap Manager Idea Developer di Start up Pendidikan Teman Cendekia. Pekerjaan sambilan menurutnya bisa membuat fokusnya terbelah.
ADVERTISEMENT
“Karena fokusnya yang terbelah itu maka manajemen waktunya harus lebih baik. Kadang-kadang kalau manajemen waktunya enggak baik ya harus ada yang dikorbankan. Mau itu kerjanya atau di kuliahnya,” tutur Rizal.
Ilustrasi kuliah bisnis (Foto: Akson/unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kuliah bisnis (Foto: Akson/unsplash)
Meski sibuk, Ari tak ingin mengorbankan kuliah atau pekerjaannya. Ia menyiasati waktu luangnya yang minim dengan mengerjakan tugas kuliah ketika sedang berada di gerai jualannya. Ya, meskipun ada ‘hal lain’ yang dikorbankan juga pada akhirnya.
“Kadang waktu untuk ngerjain tugas enggak ada lagi selain waktu pas jualan, sempet nggak sempet. Makanya kadang ditegur sama pembeli, ‘Mas ini gimana Mas?’, ‘Oh ya bentar-bentar’. Intinya repot dulu beres-beres nyiapin buat ngelayanin pelanggan,” tuturnya.
Rizal menyarankan para mahasiswa yang kuliah sambil bekerja agar menjaga kesehatan. Saran itu diamini juga oleh Ari yang setiap hari harus bolak-balik kuliah di Pamulang, mengambil dagangan di Lebak Bulus, dan membuka gerai di bilangan Matraman, Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Tambah juga (asupan) multivitamin yang lain, kesehatan harus juga dijaga, soalnya (kerjanya) jarak jauh juga kan,” kata Ari yang tiap hari pasti meminum satu tablet multivitamin untuk menambah daya tahan tubuhnya.
“Soalnya kalau enggak minum multivitamin kuliahnya jadi korban, terbengkalai gitu. Malah ngantuk, capek, alhamdulillah pas dikasih multivitamin jadi semangat lah,” tambahnya lagi.
Buat kamu yang mau kuliah sambil kerja mungkin cerita teman-teman ini bisa jadi pertimbangan. Karena memang kuliah sambil kerja enggak semudah yang kamu kira, kan? Atau kamu punya pandangan lain? Sampaikan di kolom komentar, ya.