Mahasiswa Lebih Pilih Kelaparan daripada Berhenti Main Smartphone

27 Mei 2019 11:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kecanduan smartphone (ilustrasi). Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kecanduan smartphone (ilustrasi). Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kehadiran smartphone untuk membantu aktivitas sehari-hari enggak jarang disertai dampak negatif. Kayak penelitian dari University at Buffalo, New York, Amerika Serikat, yang melaporkan bahwa mahasiswa lebih memilih kelaparan dibandingkan berhenti main smartphone.
ADVERTISEMENT
Penelitian diikuti oleh 76 mahasiswa berusia 18 sampai 22 tahun. Selama dua jam mereka dilarang main smartphone, dan enggak boleh makan selama tiga jam. Mereka cuma boleh belajar atau baca koran untuk mengisi waktu.
Setelahnya, para mahasiswa diminta mengerjakan tugas di komputer supaya bisa main smartphone lagi atau makan snack favorit mereka dengan porsi 100 kalori. Setiap kali mereka mendapatkan waktu untuk main smartphone atau makan, tugas yang harus dikerjakan juga bertambah.
Peneliti juga mengukur seberapa kuat pengaruh smartphone dalam dua cara. Pertama dengan memberikan kuesioner yang menanyakan berapa uang yang rela mereka bayar untuk main smartphone --dari Rp 0 - Rp 16 juta per menit-- dan kedua adalah seberapa banyak jumlah klik mouse yang rela mereka lakukan kalau pengin dapat waktu untuk menggunakan smartphone.
ADVERTISEMENT
"Semakin tinggi nilai uang dan semakin banyak jumlah kerja yang mereka rela melakukan supaya bisa main smartphone, mencerminkan seberapa kuatnya smartphone mempengaruhi hidup mereka," jelas ketua peneliti Sara O'Donnell, dari Department of Pediatrics in the Jacobs School of Medicine and Biomedical Sciences di University at Buffalo, dalam penelitiannya yang diunggah di laman Science Direct.
O'Donnell juga menemukan bahwa ketika kelaparan dan enggak bisa memakai smartphone, mahasiswa justru akan lebih berusaha untuk bisa main smartphone lagi.
"Jujur kami kaget dengan hasilnya. Kami tahu, sih, mereka bakal lebih termotivasi untuk bisa main smartphone lagi. Tapi yang mengejutkan adalah pengaruh smartphone jauh lebih kuat dibandingkan makanan," kata dia.
Tujuan dari penelitian ini memang untuk mengetahui apakah smartphone juga menjadi faktor kuat yang mempengaruhi sikap seseorang. Sama halnya dengan makanan, narkoba, dan alkohol.
ADVERTISEMENT
"Penelitian ini cuma awal untuk mengetahui lebih lanjut kemungkinan adanya kecanduan terhadap smartphone," tutup O'Donnell.