Mengapa Volunterisme Jadi Syarat Wajib Kelulusan Siswa di AS?

24 Desember 2017 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kegiatan Sukarela (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kegiatan Sukarela (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Volunterisme adalah kegiatan sukarela bersifat tidak wajib bagi semua orang. Kegiatan sosial ini dilakukan tanpa paksaan, secara sukarela, dan didasari oleh kesadaran sendiri bagi yang berminat.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk menumbuhkan rasa sosial tinggi sejak dini, institusi pendidikan di Amerika Serikat selaku pembentuk pola perilaku pada anak dan remaja, mulai menerapkan volunterisme sebagai syarat wajib kelulusan siswa.
Menurut New York Times, salah satu yang menerapkan sekolah ini adalah Roslyn High School. Sekolah di New York ini mewajibkan muridnya melakukan 30 jam kegiatan sukarela di berbagai macam bidang dari kelas 9 sampai 12.
“Jika kegiatan ini bukan hal wajib, maka saya tidak akan melakukannya,” ujar Emily Fried, siswi berusia 18 tahun dari Roslyn High School.
“Tapi setelah saya melakukannya, saya mulai menyukainya. Saya mulai menyadari pentingnya menolong orang lain,” lanjut Emily.
Emily mengaku timbul rasa kepuasan pada dirinya setelah menolong orang lain.
ADVERTISEMENT
Beberapa universitas di Amerika Serikat sendiri memasukkan kegiatan sosial sebagai salah satu syarat penerimaan. Menurut situs pendidikan, Prepscholar, aktif berkegiatan sosial menandakan calon mahasiswa itu mencintai pekerjaan yang memberikan dampak bagi dunia.
Menurut Prepscholar, ada tiga faktor yang ingin dicapai dari kegiatan volunterisme oleh siswa adalah komitmen, semangat, dan kepemimpinan.
Seung Ri melakukan kegiatan amal (Foto: Naver.com)
zoom-in-whitePerbesar
Seung Ri melakukan kegiatan amal (Foto: Naver.com)
Komitmen berarti menunjukan dedikasi jangka panjang terhadap kegiatan sosial yang dilakukan. Lewat komitmen jangka panjang ini diharapkan agar mahasiswa dapat memberikan dampak yang panjang terhadap kegiatan yang dilakukan.
Sedangkan semangat atau gairah, menunjukkan mahasiswa peduli dan punya empati terhadap isu-isu sekitarnya. Mereka yang peduli pada hewan, dapat menjadi sukarelawan di penampungan hewan, misalnya.
Kemudian kepemimpinan, faktor terakhir ini diharapkan dapat dibentuk setelah melakukan kegiatan ini. Lewat mengatasi dan memecahkan masalah dalam tugas kesukarelawanan, jiwa kepemimpinan akan perlahan terbentuk dalam diri seseorang.
ADVERTISEMENT
Prepscholar juga menambahkan, pihak universitas ingin memiliki calon mahasiswa yang bisa mengubah dunia dan menjadi pemimpin. Lebih dari 50 persen bagian penerimaan mahasiswa di AS, beranggapan bahwa volunterisme adalah hal penting karena membentuk jiwa kepimpinan.