Mengenal Dan Mancina, Skateboarder Tunanetra asal Amerika Serikat

12 September 2018 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dan Mancina.  (Foto: Instagran/@danthemancina)
zoom-in-whitePerbesar
Dan Mancina. (Foto: Instagran/@danthemancina)
ADVERTISEMENT
Tak salah jika sebagian besar dari kita beranggapan bahwa olahraga ekstrem kayak skateboard diciptakan buat orang-orang yang sehat, baik itu secara fisik atau mental. Alasannya jelas. Sebagai atlet skateboard, kita akan berhadapan dengan berbagai risiko, mulai dari cedera ringan, hingga yang paling parah bisa mengakibatkan kematian.
ADVERTISEMENT
Namun rupanya, hal itu enggak berlaku buat seorang pemuda asal Michigan, Amerika Serikat, Dan Mancina.
Sepintas, Dan memang terlihat layaknya skateboarder pada umumnya. Sneaker, hoodie, dan celana jins jadi beberapa fashion item yang enggak lepas dari tubuhnya. Namun jika diperhatikan lebih detail, Dan juga tak lepas dari tongkat yang selalu ia bawa ke mana-mana untuk menuntun arah jalannya.
Ya, kamu enggak salah. Dan adalah seorang skateboarder yang kehilangan 95 persen pengelihatannya, alias nyaris buta.
Disebabkan kelainan genetik
Kecintaan Dan terhadap olahraga asal Negeri Paman Sam itu sudah berlangsung lama, tepatnya saat ia baru berumur 7 tahun. Namun, semakin ia menyukai skateboard, di umur 13 tahun, ia menyadari ada masalah pada matanya. Dari situ ia mulai rajin melakukan cek rutin ke dokter mata untuk mendapatkan kejelasan akan status matanya tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya melewati sejumlah pengecekan ke dokter spesialis dan didiagnosa dengan Retinitis Pigmentosa,” katanya saat diwawancarai sebuah produk minuman Red Bull.
Retinitis Pigmentosa merupakan suatu kelainan genetik yang membuat seseorang kehilangan penglihatannya, terutama penglihatan di malam hari dan penglihatan ke arah samping.
Dan baru merasakan dampak signifikan kelainan matanya itu di umur 20 hingga 25 tahun. Tak berhenti pada kelainannya itu, ia mendapati penyakit lain yang ternyata membuat penglihatannya berkurang secara drastis.
“Dalam beberapa tahun (setelahnya) saya kehilangan sebagian besar penglihatan saya dan saya menganggap diri saya sendiri sebagai orang buta,” timpal cowok berambut gondrong.
“Jika sesuatu enggak bergerak saya tidak bisa benar-benar melihatnya. Ketika saya bermain skateboard, saya enggak bisa melihat papan skate ataupun kaki saya sendiri,” lanjut Dan, seperti yang dikutip dari Jenkem.
ADVERTISEMENT
Berhenti bermain skateboard dan jadi terapis pijat
Pada saat kehilangan sebagian besar penglihatannya di umur 30, Dan berada pada satu titik di mana ia menerima kenyataan yang sedang dihadapi. Ia pindah sekolah, berhenti menjadi skater selama dua tahun, bahkan sempat menjadi terapis pijat.
Namun, kecintaannya terhadap skateboard enggak pernah surut. Ia merasa ada semacam kekosongan dalam dirinya ketika berhenti bermain skate. Lalu suatu saat ia membuat bench khusus untuknya bermain skate. Ia merekam sebuah trik yang kemudian mendapat perhatian Tony Hawk Foundation, sebuah organisasi yang berfokus mendukung komunitas pemuda lewat skateboard.
“Melihat bagaimana orang-orang merespon (hasil rekaman) tersebut, itu adalah sesuatu yang saya cari-cari. Untuk melihat saya enggak sebagai orang buta, melainkan sebagai orang normal, seorang skateboarder,” kata pemuda tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemuda Michigan itu akhirnya dapat menunjukkan siapa dirinya. Ia adalah seorang skateboarder meski sempat berhenti karena kebutaan yang dideritanya. Ia kemudian ingin menunjukkan bahwa orang buta dapat melakukan sesuatu sebagaimana orang normal.
“Saya ingin menormalisasi kebutaan dan menunjukkan kepada orang-orang, what’s up!” tutur Dan.
Dari situ Dan bercita-cita, suatu saat dirinya akan membangun taman bermain skateboard bagi orang yang memiliki kebutuhan khusus seperti dirinya.
Penulis: Agaton Kenshanahan