Mengenal Rampas, Robot Mobil Penyelamat Buatan Siswa MAN 1 Pasuruan

4 November 2018 20:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rampas, robot mobil penyelamat buatan siswa MAN 1 Pasuruan. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rampas, robot mobil penyelamat buatan siswa MAN 1 Pasuruan. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membawa serta robot mobil bernama Rampas, Taufikul Hakim, siswa dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pasuruan, berkompetisi pada Robotics Competition 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI di Depok Town Square, Minggu (4/11).
ADVERTISEMENT
Dengan percaya diri, Taufik membawa Rampas ke arena tanding. Mobil penyelamat itu berkelok-kelok saat dijalankan mengikuti garis-garis hitam yang diibaratkan sebagai lintasan. Tapi, apa sebenarnya misi yang diemban Rampas?
"Jadi ini misalkan di suatu kota, ada bencana, ini ada korban di suatu rumah. Robotnya kita harus program untuk mencari korban ini melalui jalan-jalan (garis hitam)," ujar Hasan Basri, salah satu tim pengawas lomba robotik kategori Rescue Robot Mobile tingkat aliyah.
Ia menambahkan, "Kalau sudah sampai rumah, dia (mobil) mengambil korbannya (berupa bola kuning), ditempatkan di zona aman. Tugas akhirnya seperti itu."
Dari sekitar 20 tim robotik yang maju dalam sesi pertama perlombaan, hampir semua mobil terhenti di tengah jalan. Mobil-mobil itu rata-rata keluar jalur, menabrak rintangan, hingga jatuh saat melewati jembatan. Mobil yang berhenti di tengah jalan diberi kesempatan untuk mencoba lagi, tapi sama saja, tak ada yang bisa mengemban misi yang diberikan.
ADVERTISEMENT
Kecuali Rampas, robot yang punya akronim Robotik MAN Pasuruan Satu ini berhasil membawa korban berupa bola kuning ke zona aman. Rampas bergerak mencari jalan tercepat, langsung menuju rumah untuk menyelamatkan korban.
Tak langsung berhasil, sih. Pada percobaan pertama Rampas menjatuhkan korban, tapi pada percobaan kedua korban dapat dibawa ke zona aman.
Sang empu yang membuat Rampas, Taufik dan seorang rekan timnya pun girang melihat keberhasilan Rampas. Ternyata kunci keberhasilan Rampas ada pada tiga jenis sensor yang dimilikinya.
"Yang pertama ini ada sensor ultrasonik (US), ini inframerah, sama ini sensor LED atau sensor untuk (membaca) garis," jelas Taufik.
Peserta membawa mobil robot penyelamat ke arena tanding kategori rescue robot mobile. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peserta membawa mobil robot penyelamat ke arena tanding kategori rescue robot mobile. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
Masing-masing sensor tersebut memiliki fungsi untuk melewati jalur dan halang rintang yang ada di arena pertandingan.
ADVERTISEMENT
"Inframerah ini untuk mendeteksi bola (korban) sama kombinasi dengan US. Kalau inframerah ini seperti laser, tapi kalau yang US itu bersifat menyebar (ke depan)," ujar Taufik kepada kumparan.
Nantinya laser inframerah dapat digunakan untuk menghitung jarak bola yang ada di depan mobil secara presisi. Jika sudah mencapai jarak tertentu, algoritma yang sudah diprogram sebelumnya akan menggerakkan capit mobil sehingga bisa membawa bola tersebut. Lain lagi dengan fungsi sensor garis.
"Kalau sensor garis (LED) itu, kan, di (arena) ada garis hitamnya di bawah, kita memanfaatkan itu buat jalannya biar enggak keluar (jalur) gitu. Kalau (kertas) merah yang ditaruh di arena itu tadi untuk ngasih tahu kalau ada pertigaan," jelas siswa yang dianggap paling senior dalam kompetisi robotik di MAN 1 Pasuruan.
ADVERTISEMENT
"Jadi harus survei sebanyak-banyaknya tiap sensor itu biar kita dapat nilai yang maksimal," ujar Taufik.
Butuh waktu dan biaya
Rampas, robot mobil penyelamat buatan siswa MAN 1 Pasuruan. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rampas, robot mobil penyelamat buatan siswa MAN 1 Pasuruan. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
Untuk membuat mobil penyelamat ini, Taufik dan satu rekannya membutuhkan waktu hingga satu minggu lamanya. Memang enggak dari awal sekali pembuatannya karena model awal mobilnya sudah ada. Tapi proses modifikasi dan pemrograman yang tak mudah memang butuh waktu lama.
"Dari pertama itu, hari Sabtu (27/10), kita masih observasi sama sensor-sensornya. Hari ketiga itu kita rombak penuh (rancangannya) karena ada yang jelek. Terus hari keempat itu mulai memprogram bagaimana (algoritma) yang paling maksimal. Sampai tadi malam (3/11) baru selesai," kata dia.
Modal yang dibutuhkan untuk membuat mobil tersebut juga enggak sedikit, lho. Kalau ditotal seluruhnya, pengeluaran mereka bisa mencapai satu juta rupiah.
ADVERTISEMENT
"Kalau sensor inframerah ini sekitar Rp 85 ribu, terus sensor US itu Rp 25 ribu. Ini kalau satu paket, Rp 550 ribu untuk servonya aja. Ini kalau (mobilnya) sampai jadi bisa sampai satu juta lebih," kata dia.
Dengan pengeluaran sebanyak itu, sekolah bahkan tak menganggarkan untuk biaya pembuatan robot. Apalagi di MAN 1 Pasuruan, tim robotik tidak dijadikan sebagai ekstrakurikuler.
"Dapet dari Kemenag, dibiayainya," terang Taufik.