Mengenal Vacation Shaming dan Trik Menanganinya

9 Desember 2017 16:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Work-life balance pegawai negeri mencapai 3,55. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Work-life balance pegawai negeri mencapai 3,55. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Apakah kalian pernah merasa terintimidasi oleh rekan kerja saat ingin mengambil jatah cuti? Bisa jadi kalian mengalami apa yang disebut vacation shaming.
ADVERTISEMENT
Vacation shaming dideskripsikan sebagai budaya di lingkungan kerja yang membuat para pegawainya tidak merasa bebas untuk mengambil jatah cuti karena khawatir berdampak buruk pada karier dan perusahaan tempatnya bekerja.
Sebuah survei oleh Alamo Rent A Car yang melibatkan 2.100 responden dari 50 negara bagian di Amerika Serikat pada 2017 menunjukkan, 49 persen pegawai di AS pernah mengalamai hal tersebut. Biasanya, hal itu ditandai dengan ketidaksenangan rekan kerja terhadap beban pekerjaan yang dimilikinya, ditambah dengan pekerjaan ekstra yang harus mereka tanggung saat teman kerja pergi berlibur.
Secara spesifik, survei itu juga menyebutkan 68 persen pegawai yang masuk dalam generasi milenial di Amerika Serikat, merasa malu dan bersalah ketika mereka mengambil jatah cuti di tempat kerjanya.
ADVERTISEMENT
Padahal, mengambil jatah cuti adalah hal yang lumrah untuk dilakukan pegawai perusahaan. Yang terpenting, liburan menjadi cara terbaik untuk menjaga kondisi pikiran jauh dari stres.
Bila generasi milenial di Indonesia juga merasa mengalami hal yang sama, kalian tak perlu bingung. kumparan (kumparan.com) memiliki empat trik untuk menangani vacation shaming saat akan mengambil jatah cuti:
1. Jadikan diri kalian sebagai contoh
Ilustrasi pekerja kantoran. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pekerja kantoran. (Foto: Pixabay)
Ketika kalian sudah bekerja keras di kantor dan menunjukkan dedikasi yang baik, janganlah ragu untuk mengambil jatah libur yang dimiliki. Dengan cara ini, kalian justru dapat perlahan mengubah budaya vacation shaming di tempatmu bekerja.
Sebab, dengan cara tetap mempertahankan performa baik di kantor, kalian bisa mengubah pandangan mengambil jatah libur ternyata tidak berdampak buruk terhadap karier pribadi maupun kesuksesan perusahaan. Justru sebaliknya, kualitas bekerja justru akan menjadi lebih baik dengan melakukan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
2. Kumpulkan rekan kerja yang sepemikiran
Pegawai dituntuk untuk mampu bersosialisasi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pegawai dituntuk untuk mampu bersosialisasi. (Foto: Thinkstock)
Bila belum percaya diri untuk melakukannya sendirian, carilah rekan kerja dengan pemikiran yang sama dengan kita. Dengan begitu, kalian bisa berkoordinasi untuk mengurangi tekanan vacation shaming.
Di sisi lain, hal tersebut juga dapat memudahkan jadwal pengambilan jatah cuti Sehingga, kalian bisa secara bergantian pergi liburan tanpa harus membiarkan pekerjaan di kantor terbengkalai begitu saja.
3. Membuat daftar jawaban untuk pertanyaan yang sering muncul
Kesalahan menulis e-mail berakibat fatal (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kesalahan menulis e-mail berakibat fatal (Foto: Thinkstock)
Tidak ada salahnya mempersiapkan jawaban untuk deretan pertanyaan yang akan muncul dari bos atau rekan kerja saat mengambil jatah liburan. Justru, hal ini akan memudahkan kalian dalam menjawab pertanyaan tersebut, sehingga orang kantor tidak memandang negatif atas keputusan kita mengambil jatah hari libur.
ADVERTISEMENT
Kalian bisa memulai dengan membuat daftar pertanyaan yang mungkin saja muncul. Lalu, buatlah jawaban yang tidak mengada-ada. Ingat, hal ini bukan untuk melatih kamu berbohong, melainkan untuk mengurangi ketegangan saat tekanan vacation shaming itu muncul.
4. Berikan saran kepada atasan
Hubungan antara gaji dengan performa karyawan (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Hubungan antara gaji dengan performa karyawan (Foto: Thinkstock)
Meski praktiknya cukup sulit, coba sampaikan saran kalian kepada atasan secara baik-baik jika tips sebelumnya kurang berhasil.
Kalian bisa menjelaskan budaya vacation shaming yang ada di dalam perusahaan. Lalu, berikan saran untuk mengurangi budaya tersebut, semisal kebijakan jatah hari libur yang hangus bila tidak diambil, sehingga pegawai pun tak ragu untuk mengambil jatah yang mereka miliki.
Bila kalian memutuskan untuk memilih cara ini, pastikan pesan yang kalian disampaikan dengan cara yang tidak terkesan memprotes atau melawan. Gunakan tata cara yang diplomatis agar saran tersebut dapat diterima oleh atasan.
ADVERTISEMENT