Mengintip Cara Islandia Menekan Angka Kenakalan Remaja

3 Desember 2018 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Constance Wu di Devil Postpile National Monument, Islandia (Foto: Instagram/constancewu)
zoom-in-whitePerbesar
Constance Wu di Devil Postpile National Monument, Islandia (Foto: Instagram/constancewu)
ADVERTISEMENT
Rokok, minuman keras, hingga narkoba, bisa dibilang sebagai tiga hal buruk yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan remaja. Hal itu jugalah yang dialami oleh para remaja Islandia, yang ironisnya dilakukan dengan begitu masif.
ADVERTISEMENT
Buktinya, di tahun 1992, 1995, dan 1997, banyak remaja berumur 14-16 tahun di Islandia mengaku pernah merokok, mabuk, bahkan menggunakan narkoba. Selain itu, sekitar 25 persen remaja mengaku merokok setiap hari dan 40 persen mabuk dalam sebulan terakhir.
“Pada waktu itu, sudah dilakukan berbagai upaya pencegahan substantif dan program. Kebanyakan dilakukan melalui pendidikan di mana para remaja diberitahu soal bahaya mabuk dan narkoba, tapi program tersebut enggak berhasil,” kata Inga Dora, asisten survei tingkat kenakalan remaja di Islandia, dilansir Mosaic.
Sampai kemudian dipanggilah Profesor Psikologi dari Amerika Serikat, Harvey Milkman. Ia dianggap ahli menyelesaikan masalah ini karena pernah meneliti di New York dan Denver, AS, bahwa penyebab orang mabuk dan mengonsumsi narkoba yaitu karena stres.
ADVERTISEMENT
“Penyebab utama mengapa penyuluhan pendidikan soal bahaya narkoba tidak berhasil disebabkan karena tidak ada yang memperhatikan hal tersebut. Apa yang lebih dibutuhkan para remaja adalah kecakapan hidup untuk bertindak menghadapi bahaya narkoba itu,” terang Milkman.
Bekerja sama dengan pemerintah, Milkman menerapkan aturan baru bagi remaja di Islandia. Mereka tidak boleh membeli rokok sebelum mencapai umur 18 tahun dan untuk alkohol batasannya mencapai 20 tahun.
Orang tua juga diminta untuk menjaga anak-anaknya berumur 13-16 tahun tidak keluar malam lebih dari jam 10 di musim dingin. Tapi enggak cuma pelarangan yang membuat remaja terkekang, negara juga memfasilitasi para remaja “bermasalah” untuk lebih banyak melakukan kegiatan seperti olahraga, musik, kesenian, tari, dan klub-klub lainnya.
ADVERTISEMENT
“Program baru ini didesain dengan ide memberikan anak-anak remaja kegiatan positif. (Bagi remaja bermasalah) kami tidak memberitahu mereka bahwa mereka akan mendapat perawatan, melainkan kami mengatakan akan mengajari remaja itu segala sesuatu yang ingin dipelajarinya,” ujar Milkman.
Alhasil, program yang digagas Milkman ini diterapkan di Islandia sampai sekarang dan menjadi percontohan bagi 35 kota lainnya yang punya permasalahan kenakalan remaja di Eropa. Menariknya, angka remaja terlibat rokok, minuman keras, dan narkoba di Islandia kini tertekan drastis.
“Persentase remaja umur 15-16 tahun yang mabuk turun dari 42 persen di 1998 jadi 5 persen di 2015. Presentase remaja yang menggunakan ganja turun dari 17 persen ke 7 persen. Kemudian yang merokok juga turun dari 23 persen hingga hanya 3 persen,” tulis Emma Young, jurnalis yang melaporkan kasus ini untuk Mosaic.
ADVERTISEMENT
Kalau program yang sama diterapkan di Indonesia, kamu setuju enggak?