Menilik Kolaborasi Pameran Jeans di Custom Collaboration 2018

8 September 2018 11:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kolaborasi Kulture Union X Wall Of Fades (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kolaborasi Kulture Union X Wall Of Fades (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ada yang unik di acara Custom Collaboration 2018. Pameran jeans yang digelar di Lippo Mall Kemang ini menampilkan beragam brand lokal. Salah satunya adalah brand Mihane yang tergabung dalam komunitas Kulture Union dari Bandung.
ADVERTISEMENT
“Jadi dari crafter (pengrajin), custom (dimodifikasi), lalu kolaborasi (brand). Kayak misalnya nih, Mihane kan (merek) jeans dan Show Your Hem basic-nya leather good, (keduanya) kolaborasi. Kalau beli (jeans Mihane) ini dapat dompet Show Your Hem,” kata Defikri Natadiwangsa pemilik brand Mihane.
Sesuai penjelasan Defikri, brand yang dipamerkannya baru pertama kali tergabung dalam acara semacam ini, dan langsung mengusung strategi kolaborasi penjualan antarproduk. Menurutnya acara Custom Collaboration dapat mendorong pemilik brand untuk salin berkolaborasi.
Selain itu, Defriki menambahkan, kolaborasi dalam acara ini juga membuat brand bisa menaikkan nilai jual mereka. “Kayak Nike dan Jordan kolab, jadi mahal, jadi (dari situ) meningkatkan harga dan pride juga," tambah Defikri.
Enggak hanya antar produk, kolaborasi brand lokal yang berlangsung dari tanggal 6 sampai 9 September 2018 itu juga dilakukan antar komunitas. Misalnya dalam eksibisi bersama yang dipamerkan Kulture Union x Darahkubiru (pemilik acara tahunan dan dikenal sebagai Wall Of Fades).
ADVERTISEMENT
Dalam eksibisi bersama itu Wall of Fades menampilkan informasi seputar anatomi jeans, sejarah jeans dari masa ke masa, dan evolusi jeans. Menurut Bisma Diandra selaku Project Officer Wall Of Fades, eksibisi tersebut dilakukan untuk mengedukasi masyarakat.
“Jadi kita membuka mata orang-orang biar lebih tahu tentang jeans, jadi biar pas nanti mereka mau beli, mereka tahu apa yang dibeli. Karena banyak kendala kalau orang mau beli kayak salah ukuran lah, kayak cutting-annya enggak cocok, kayak orang gemuk malah pakainya yang (model) skinny. Nah itu, kita ngasih edukasi,” tutur Bisma yang ditemui kumparan.
Bisma mengakui edukasi tersebut sebagai bentuk strategi pemasaran jeans. Pasalnya, orang-orang yang akan membeli perlu tahu mengapa harga jeans dipatok cukup tinggi. Di pameran itu saja Bisma menjual jeans dari harga Rp 800 ribu hingga Rp 1,8 juta. Namun untuk produk dari bahan lokal biasanya dijual dengan harga di bawah Rp 1 juta.
ADVERTISEMENT
Lokal versus Internasional
Defikri Natadiwangsa pemilik brand Mihane menjelaskan produk hasil kolaborasinya kepada pelanggan. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Defikri Natadiwangsa pemilik brand Mihane menjelaskan produk hasil kolaborasinya kepada pelanggan. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
Ketika ditanya soal apakah produk jeans lokal bisa bersaing dengan merek luar negeri, Bisma menjawab enam atau tujuh dari 10 brand lokal yang ada sudah bisa menyaingi. Walau begitu, ia mengaku komunitasnya sendiri belum menjangkau pasar tersebut.
Meski begitu, berapa merek lokal lain seperti Potmeetpop, Oldblue, dan Monstore sudah berhasil menjangkau pasar luar negeri melalui usungan Badan Ekonomi Kreatif.
Penulis: Agaton Kenshanahan