Musik Dapat Membuat Otak Lebih Mudah Berkonsentrasi

1 Januari 2018 19:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mendengar musik dengan headphone. (Foto: Burst via Pexels (CC0 Licence))
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mendengar musik dengan headphone. (Foto: Burst via Pexels (CC0 Licence))
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian yang dilakukan tim dari Stanford University School of Medicine menunjukkan bahwa musik dapat membantu menggerakkan otak manusia untuk memperhatikan sesuatu atau berkonsentrasi, membuat prediksi, serta memperbaharui kejadian dalam memori.
ADVERTISEMENT
Dilansir laman Stanford Medicine, riset tersebut dilakukan dengan cara memperdengarkan otak manusia sebuah simfoni karya musisi abad ke-18 yang tidak diketahui identitasnya, lalu merekam aktivitas otak dengan menggunakan Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI).
Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk melihat bagaimana cara otak bekerja dalam menyortir berbagai kejadian.
Selain itu, riset ini juga mengungkapkan bahwa teknik bermusik yang digunakan oleh para komposer dua abad yang lalu mampu membantu otak mengorganisir informasi yang masuk.
Hasilnya, FMRI menunjukkan, aktivitas tertinggi otak muncul ketika ada jeda diam di antara pergerakan dalam musik – ketika seperti tidak ada yang terjadi.
‘’Dalam sebuah latar konser, contohnya, berbagai individu mendengarkan sebuah musik dengan perhatian yang ke sana kemari, namun pada poin transisi di antara pergerakan, perhatian mereka ditangkap,” ucap Vinod Menon, profesor psikiatri, ilmu perilaku, serta ilmu saraf, yang juga penulis senior dalam makalah penelitian tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak yakin kalau komposer-komposer itu sudah berpikir ke arah sana, yang jelas, dari perspektif ilmu saraf modern, studi kita menunjukkan bahwa ini adalah momen ketika otak seseorang merespon dengan cara yang tersinkronisasi dengan ketat,” tambahnya.
Tim ini menggunakan musik untuk membantu mempelajari percobaan otak manusia untuk menangkap alur informasi berkelanjutan yang dihasilkan oleh dunia nyata, atau dikenal juga dengan proses segmentasi kejadian.
Dalam penggunaan FMRI, para periset fokus menguji momen berdurasi 10 detik sebelum dan sesudah transisi dalam musik yang diperdengarkan terjadi. Mereka menemukan dua jaringan saraf berbeda yang terletak di dua area otak yang terpisah, terlibat dalam memproses pergerakan transisi.
“Studi ini mengisyaratkan sebuah kemungkinan penerapan evolusioner dari tujuan musik,” ucap Jonathan Berger, profesor musik serta musisi yang juga menulis penelitian tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Jonathan, musik menggerakkan otak kita selama periode tertentu. Selain itu, proses mendengarkan musik dapat menjadi sebuah cara untuk otak kita menajamkan kemampuannya dalam mengantisipasi kejadian dan memperpanjang perhatian.