Musik Pop Kalah Pamor dari Seni Tradisional Indonesia, Apa Alasannya?

26 November 2018 15:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penonton konser musik. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penonton konser musik. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara bagi musisi Indonesia agar bisa sukses di tingkat internasional. Namun enggak jarang, mereka harus berhadapan dengan sejumlah hambatan.
ADVERTISEMENT
Sebut saja seperti kurang terkenalnya nama atau karya musisi tersebut, jika dibandingkan dengan orang lain. Bisa juga karena kalah tenar dengan kebudayaan negara sendiri, seperti yang disebut Bassist White Shoes and The Couples Company (WSATCC), Ricky Virgana, dalam sesi dialog sore KASKUS Sore Hore Volume 1, di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Dalam dialog bertajuk 'Di Balik Skema Musik Indie Indonesia yang Mendunia' itu, Ricky mengatakan sulitnya musisi untuk berkiprah di luar negeri karena kurangnya gaung soal budaya pop Indonesia. Menurutnya selama ini Indonesia lebih dikenal dengan seni tradisionalnya.
"Terutama di Eropa, ya. Mereka tahunya seni tradisional, jadi mereka enggak tahu musik pop-nya Indonesia. Sebenarnya enggak salah juga. Tapi mereka lupa kalau Indonesia punya budaya pop. Jadi saat di luar negeri, WSATCC disebut 'Jakarta Hipster'," tutur Ricky.
ADVERTISEMENT
Ricky menganggap, enggak adanya promosi soal musik pop Indonesia di pameran-pameran luar negeri, juga menjadi salah satu faktor penghambat. Terlebih karena musik pop adalah sub budaya yang berdiri sendiri.
"Tiap ada Indonesia Expo yang ditawarkan tradisional lagi. Budaya pop ini bukan yang sudah ada dari dulu kayak tari tradisional. Jadi akan sulit kalau setiap ada pameran yang dikasih lihat tradisional terus. Memang itu eksotis bagi mereka, jadi sebenarnya enggak salah juga mereka punya pemikiran seperti itu," terang Ricky.
Ricky juga mengatakan musisi Indonesia sebenarnya enggak kalah dengan luar negeri. Namun, kesempatannya yang belum ada.
“Kalau main di luar, musiknya jelek-jelek sebenarnya. Kalau kita ada kesempatan itu bisa banget. Dan faktor fenomena negara itu (juga menentukan),” katanya.
ADVERTISEMENT