Ngobrol Bareng DOKU x Bujang Rimba soal Konten Lokal Indonesia

VP Marketing DOKU, Ayu Hapsari dan Bujang Rimba (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)

Ngobrolin soal wacana mengangkat konten lokal Indonesia kembali di era globalisasi kini mungkin enggak terlalu gencar dilakukan oleh generasi milenial kita. Namun, hal tersebut justru yang coba dibahas dalam Kongkow Asik Bareng usaha fintech DOKU dan Bujang Rimba, kelompok kreator konten kreatif asal Bandung.

Bersamaan dengan Kongkow Asik Bareng itu, DOKU meluncurkan promo bertema “Khasiat Obat Ganteng” dengan memberikan potongan harga untuk pengguna pria dalam sebulan ke depan. Adapun tema yang diangkat merupakan usaha kreatif nan menghibur DOKU kepada para pelanggan.

“Ide kampanye Khasiat Obat Ganteng merupakan perwujudan kreatif kami kepada para pengguna setia terutama para pria dan bujang DOKU dengan memberikan tema promo yang menghibur sekaligus bermanfaat,” kata VP Marketing Doku, Ayu Hapsari.

Menggandeng Bujang Rimba yang berfokus pada kreasi audiovisual nostalgic, DOKU semacam ingin memberikan promo kreatif yang kaya akan konten lokal. Para pengguna diajak untuk bernostalgia pada era 1980 hingga 1990-an di mana musik disko bergaya vintage menempati masa keemasannya.

Adri Imad Kadifa, sebagai salah satu founder Bujang Rimba yang hadir dalam Kongkow Asik Bareng tersebut mengatakan, upaya kreatif yang diberikan DOKU selaras dengan aspirasi Bujang Rimba sebagai kreator konten yang berharap agar semua budaya pop dalam negeri bisa kembali menjadi kiblat utama dalam dunia pergaulan masa kini dan masa depan.

“Karena kita sejalan dengan program DOKU, kita memang pengen ngangkat lagi masa keemasan yang Indonesia banget,” lanjut Adri.

Masa keemasan yang dimaksud Adri di antaranya adalah masa-masa tayangan Warung Kopi (Dono, Kasino, Indro), Benyamin, hingga tayangan Spontan.

Acara 'Kongkow Asik Bareng' itu diakhiri dengan nonton bareng film layar lebar Wiro Sableng. Nobar film tersebut merupakan bentuk penghormatan DOKU x Bujang Rimba untuk konten lokal nostalgia yang coba ditampilkan kembali di era kini.

Reporter: Agaton Kenshanahan