Pakar SDM: Misi Perusahaan Startup Jadi Daya Tarik bagi Milenial

4 Agustus 2018 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Startup (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Startup (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa periode ke belakang, perusahaan startup telah menjelma menjadi satu fenomena yang cukup progresif dalam dunia karier. Ada beragam gambaran umum yang melekat dengannya. Mulai dari karyawannya yang didominasi oleh usia muda, aturan kerja yang lebih kasual, hingga beragam fasilitas kantornya yang cenderung menarik perhatian.
ADVERTISEMENT
Perlahan, gambaran seperti itulah yang kemudian diasosiasikan oleh para kaum milenial sebagai wujud kesuksesan seseorang. Well, setidaknya sebuah survei yang dilakukan oleh Ernst & Young pada September 2016 berkata demikian. Sebanyak 72 persen dari total 1.200 responden menyatakan bahwa bekerja di startup adalah sebuah tanda kesuksesan.
Apakah hal tersebut lantas mengindikasikan sesuatu tentang startup? Mungkin saja iya. Dengan karakter gen milenial yang diketahui cukup ambisius dengan perjalanan kariernya, rasanya ada hal yang dapat lebih menggoda mereka untuk terjun ke perusahaan startup, dari sekadar gambaran umum yang tadi sudah disebutkan.
Jika mengacu pada pendapat Pakar Sumber Daya Manusia (SDM), Handi Kurniawan, ada dua hal utama yang menjadi daya tarik perusahaan startup bagi para milenial. Pertama, rekam jejak yang terdapat di dunia maya. Kedua, misi yang diemban oleh startup itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Menurut Handi, media sosial memegang peranan cukup signifikan sebagai penyampai seluk beluk informasi perusahaan startup kepada milenial. Dengan berbagai kanal yang tersedia, para milenial kemudian bisa dengan leluasa memilih dan menyerap informasi tersebut.
"Jadi mereka bisa mengetahui bahwa banyak anak muda yang mendirikan atau bekerja di perusahaan startup itu bisa sukses meraih impiannya," tutur Handi saat dihubungi kumparan melalui sambungan telepon.
Ilustrasi startup. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi startup. (Foto: Pixabay)
Namun Handi sendiri tidak bermaksud untuk mengaitkan kata "sukses" tersebut ke arah finansial. Sebab jika demikian, menurutnya, kenyataan di lapangan masih banyak perusahaan startup yang secara keuangan tertatih untuk mencari sumber keuangan melalui investor maupun kesulitan dalam merancang laporan keuangan.
"Tetapi mereka itu punya satu misi...mereka (milenial) merasa kalau bekerja di perusahaan startup itu tidak hanya sekadar bekerja saja, tapi juga bekerja dengan misi," pungkas Handi.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan anggapan bahwa startup hanya dimanfaatkan sebagian milenial untuk mendapatkan jabatan dengan cepat, Handi menanggapi itu bukan sebagai suatu masalah.
Baginya, tujuan kerja setiap orang pasti akan berbeda-beda, meskipun tetap ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan baik.
"Kalau orang masuk ke perusahaan yang belum terlalu besar, mereka bisa belajar end-to-end, bisa lebih komperhensif dibandingkan dengan masuk ke perusahaan yang besar. Biasanya mereka akan masuk lebih ke spesialisasi," jelasnya
"Tapi umpanyanya mereka masuk ke perusahaan startup yang belum stabil, apalagi bagi mereka yang baru pertama kali kerja, mereka tidak bisa tahu best practice. Mereka enggak tahu sebenarnya cara menjalaninya bagaimana, sih? Tapi kembali ke orangnya masing-masing," lanjut Handi.
Kendati demikian, ia pun tak menampik bahwa dengan menjamurnya perusahaan startup dengan ukuran yang relatif kecil, ada tendensi bagi perusahaan tersebut untuk bisa menarik para milenial yang berbakat, meski minim atau sama sekali belum memiliki pengalaman, untuk ditepatkan di posisi-posisi manajerial.
ADVERTISEMENT