Pelajar Dukung Menpora Ingin Masukkan eSports ke Sekolah

29 Januari 2019 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Imam Nahrawi di kompetisi eSports JDID (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Imam Nahrawi di kompetisi eSports JDID (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pelajar kini enggak perlu khawatir lagi sekolah bakal mempersulit atau melarang siswanya buat mengikuti kompetisi eSports. Sebab, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi telah menegaskan dukungannya bakal memasukkan eSport ke dalam wilayah sekolah.
ADVERTISEMENT
"Ke depan, di level (sekolah) menengah harus membuka diri bagi hadirnya pertandingan eSports," ucap Imam dalam konferensi pers Piala Presiden 2019 eSports di Jakarta, Senin (28/1).
Imam melihat dengan mengikuti kompetisi eSport sejak sekolah menengah, akan lahir atlet-atlet eSport dari kalangan pelajar. Menpora juga ingin agar eSports dimasukkan ke dalam kurikulum SMK sampai menjadi ekskul di sekolah-sekolah.
Menanggapi wacana ini, pelajar yang telah berpengalaman mengikuti kompetisi eSports antar-SMA pun angkat bicara. Lucky Riyadi, kapten tim eSports SMA Marsudirini Bekasi pada laga High School League 2018 mengaku mendukung langkah Menpora.
“Sebenarnya kalau diadain acara (kompetisi eSports) seperti itu bagus banget, mendukung sekali eSports-nya. Kalau dari siswa, sih, sebenarnya kita punya potensi,” ujar kapten tim Dota 2 yang memimpin timnya menyabet juara 3 HSL 2018 kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, menurut Lucky, harus ada kelengkapan fasilitas di sekolah yang mendukung berjalannya program eSport terlebih dahulu. Misalnya, harus ada komputer yang dan gear (peralatan pendukung) yang memadai.
“Daripada diadain kompetisi tapi istilahnya maksa, enggak ada persiapan?” katanya.
Meski begitu, saat hendak menjalani kompetisi eSports pada Desember lalu, Lucky dan kawan-kawan enggak kehilangan akal. Enggak ada rotan akar pun jadi, enggak ada komputer memadai di sekolah, maka latihan di warnet pun jadi.
Tim eSports SMA Negeri 7 Bandung Sabet Posisi Terbaik JD.ID HSL 2018. (Foto: Humas JD.ID HSL 2018)
zoom-in-whitePerbesar
Tim eSports SMA Negeri 7 Bandung Sabet Posisi Terbaik JD.ID HSL 2018. (Foto: Humas JD.ID HSL 2018)
Lucky curhat kalau sejak kelas X dirinya sudah menaruh minat untuk mengikuti lomba-lomba game antar-SMA. Namun, setiap dia mengajukan proposal perlombaan ke sekolah sering kesulitan mengurus perizinannya.
“Mesti ke Wakasek Kesiswaan, ke guru pembina. Sedangkan guru pembina kita kan enggak ada soalnya (awalnya) kita bukan ekskul, jadi istilahnya rumit lah untuk izinnya, karena guru-guru dan kepala sekolah pun (dulu) masih memandang sebelah mata eSports,” tutur cowok yang kini sudah menginjak kelas XII. Lucky mengaku setelah memenangi kejuaraan nasional HSL 2018, barulah sekolahnya membuka ekskul yang mewadahi bidang eSports.
ADVERTISEMENT
Agung Dwi Utomo, kapten tim eSports Dota 2 dari SMAN 7 Bandung pun berpendapat serupa. Sebagai bagian dari tim eSports sekolah, dia membutuhkan dukungan dari pemerintah agar game enggak lagi dicap jelek di kalangan para pelajar.
“Banyakin turnamen untuk anak SMA, banyakin juga pembinaan game untuk anak SMA. Karena kan sebenarnya Indonesia banyak yang jago main game cuma karena mereka enggak punya wadah buat bermain, ya akhirnya cuma sekadar main aja, enggak sampai ke eSports-nya,” kata Agung yang memimpin tim sekolahnya menyabet juara 1 di ajang HSL 2018.
Kemudian, Agung juga melihat bahwa keterlibatan orang tua dalam pengembangan eSports pelajar itu penting. Maka dari itu, selain masuk ke sekolah, Agung juga meminta agar pemerintah mengedukasi para orang tua murid.
ADVERTISEMENT
“Sosialisasi juga untuk orang tua murid supaya mendukung anaknya dibidang eSports,” kata cowok yang mengaku pernah dimarahi orang tua saat main game lupa waktu.
Pembina ekskul eSports di SMA Negeri 7 Bandung, Nur Afni mengaku senang saat eSports diwacanakan masuk sekolah. Menurutnya dengan begitu, kegiatan bermain game jadi lebih terarah untuk para siswa.
“Saya senang sih dengan pemerintah, artinya peduli dengan kesenangan anak-anak, dari tadinya hanya sekadar hobi, iseng, sekadar main, ternyata bisa menghasilkan sesuatu,” kata Afni yang juga guru TIK di sekolah
Hanya saja masuknya eSports di sekolah enggak bisa dilepas begitu saja. Afni enggak menampik kalau pemerintah harus memberikan panduan dan SOP terkait pembinaan eSports di sekolah.
“Anak-anak asal diarahkan insyaallah mereka terarah, tapi kalau dilepas begitu saja, mereka seenaknya juga enggak tahu arahnya mau ke mana,” katanya.
ADVERTISEMENT
Afni menambahkan, “Kalau kurikulum, target terbesarnya sih saya sebenarnya sebagai guru inginnya tuh siswa bukan hanya sebagai pemain game-nya saja. Indonesia itu hebat dan keren sebenarnya. Harapannya, anak Indonesia itu bisa bikin game sendiri, jadi bukan main dari luar.