Pengamat Pendidikan: Sistem SBMPTN Tak Menguntungkan Lulusan SMK

24 Oktober 2018 17:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SBMPTN 2017 (Foto: Indrianto Eko Suwarso/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
SBMPTN 2017 (Foto: Indrianto Eko Suwarso/Antara)
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun ke belakang, jalur seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) terbagi menjadi SNMPTN (undangan), SBMPTN (tes), dan Ujian Mandiri (UM). Pada tahun 2019, jalur tersebut masih sama, tapi terdapat perubahan sistem pada jalur SBMPTN.
ADVERTISEMENT
Perubahan sistem SBMPTN tersebut meliputi kuota masuk yang diperbesar menjadi 40 persen, tes yang hanya berbasiskan komputer, bisa mengulang tes sebanyak dua kali, serta proses memilih kampus dan jurusan setelah tes dilaksanakan.
Meski terdapat perubahan, hal itu tampak sama bagi pengamat pendidikan, Muhammad Ramli Rahim. Ia berpendapat sistem tes SBMPTN yang selama ini diterapkan sama-sama tak menguntungkan lulusan SMK.
“Saya prihatin dengan anak-anak SMK, dia kan bisa dua pilihan ya, dilanjut kuliah atau kerja... Tetapi dengan sistem (SBMPTN) yang ada sekarang itu menyulitkan anak SMK untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” tutur Ramli.
Menurut Ramli alumni SMK sangat kesulitan bersaing dengan alumni SMA dalam menjawab soal-soal yang diajukan di SBMPTN. Pasalnya, alumni SMK tak belajar seluruh materi yang diujikan di SBMPTN.
ADVERTISEMENT
“Misalnya alumni SMK punya keahlian belajar selama ini tentang Teknik dan dia ingin masuk (jurusan) Teknik Mesin, dia bisa kalah dengan mata pelajaran Biologi yang tidak pernah dipelajari,” kata Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia itu.
Ujian sertifikasi kompetensi siswa SMK (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Ujian sertifikasi kompetensi siswa SMK (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Ramli bercerita soal kerabatnya lulusan SMA yang lolos ke Fakultas Kedokteran. Kerabatanya bisa lolos karena nilai Tes Potensi Akademik, Matematika, dan Bahasa Indonesianya baik, bukan karena mengerti Biologi yang jadi basis Ilmu Kedokteran.
“Akibatnya ketika dia semester tiga sudah terancam drop out. Kenapa? Karena basis tesnya tidak sesuai dengan jurusan yang diinginkan,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Sebenarnya kami mendorong supaya seleksi itu berdasarkan jurusan yang diinginkan.”
Ramli mengisyaratkan seleksi masuk suatu jurusan diatur sesuai dengan basis ilmu yang berhubungan dengan jurusan kuliah tersebut. Sehingga tidak mengujikan soal general seperti SBMPTN yang sudah-sudah.
ADVERTISEMENT
“Misalnya dia berminat di jurusan Teknik Elektro, harusnya, kan, paling tidak nilai Matematika, kemudian nilai Fisika, itu mendukung untuk masuk ke Elektro,” kata dia.
“Kini saya bisa saja lulus di Fakultas Teknik, meskipun tidak punya kemampuan Fisika dan Matematika yang baik, itu kelemahannya yang belum pernah ada perbaikan sampai saat ini,” pungkasnya.