news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perbanyak Literasi Digital untuk Bangun Budaya Internet Positif

11 Desember 2018 18:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ragam media sosial (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ragam media sosial (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Di era digital saat ini, keberadaan internet menjelma sebagai ruang interaksi sosial baru di tengah masyarakat. Enggak heran kalau misalnya di internet, utamanya di media sosial, berbagai fenomena bisa terjadi, dari mulai perdebatan, pertengkaran, hingga beredarnya konten hoaks.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini menjadi sorotan dalam dua forum berbeda di Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 5-9 Desember 2018.
“Revolusi digital bukannya membuat kita semakin cerdas,” sebagaimana diungkap Agan Harahap, seniman digital imaging yang berbicara di forum Inspirasi Realisme Sumir pada 7 Desember 2018, dilansir Kemendikbud.
Agan melihat ada kesenjangan intelektual di mana kecanggihan teknologi tidak serta-merta membuat penggunanya memahami literasi digital. Untuk itu, Agan memberi saran agar masyarakat enggak terjebak dengan hoaks yang beredar di media sosial.
“Tidak usah terlalu grasa-grusu (buru-buru), tidak usah terlalu terdepan atau teraktual dalam menyebarkan berita. Santai saja dulu, perbanyak literasi,” ujarnya.
Senada dengan itu, pemerhati pendidikan, Shafiq Pontoh dalam forum Debat Publik Literasi Digital pada 7 Desember 2018, melihat ada budaya negatif yang tumbuh dalam berinternet atau yang ia sebut dengan ekosistem digital, seperti persekusi digital, teror digital, berita palsu atau hoaks, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Shafiq mengibaratkan ekosistem digital seperti halnya lingkungan tempat tinggal. Apabila lingkungan tidak sehat dan kotor, maka manusia yang tinggal di sana bisa jatuh sakit. Kondisi serupa juga bisa terjadi di ekosistem digital. Jika enggak sehat dan penuh konten “sampah”, maka manusia dapat sakit secara mental.
Untuk itu, Shafiq mengingatkan masyarakat agar membuat ekosistem digital tetap bersih dari “sampah” tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mendukung konten-konten yang bersifat positif.
“Rajin-rajinlah visit teman-teman lama kita yang positif kegiatannya. Kita beri komentar, love, like. Postingan yang bagus dan bermanfaat kita bantu share juga, supaya pelan-pelan kita detoks internet,” tuturnya.
Menurut Shafiq, literasi digital menjadi kunci untuk membersihkan ekosistem digital. Literasi digital, menurutnya, juga perlu dimaknai sebagai upaya memanfaatkan platform digital untuk hal kebaikan dan kebermanfaatan.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita mau diskusi atau debat tidak perlu pakai kata-kata kasar, logical fallacy (kesalahan berlogika), logika diacak-adut, dibolak-balik, satu ngomong kanan, satu ngomong kiri, kalau memang mau berdebat, debat atau diskusi secara sehat. Termasuk ketika ngobrol di chat platform,” pungkas Shafiq.