Perbanyak Referensi, Cara Bujang Rimba Membuat Konten di Media Sosial

13 September 2018 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pampry Ananto dan Adri Imad (Bujang Rimba) (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pampry Ananto dan Adri Imad (Bujang Rimba) (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sering bermain di dunia ‘rimba’, baik rimba hutan maupun jalanan, tak membuat Bujang Rimba kehilangan sentuhan dalam membuat konten-konten media sosial (medsos) dengan sentuhan vintage yang disukai anak-anak kekinian. Kelompok kreator konten dari Bandung tersebut punya cara sendiri agar kontennya terlihat menarik.
ADVERTISEMENT
“Ya, kita seorganik mungkin aja,” tutur personel aset grafis Bujang Rimba, Pampry Ananto.
Laki-laki kelahiran 1992 itu tak memungkiri bahwa pembuatan konten tak boleh lepas dari apa yang dilihat dan disuka.
“Tapi lo jangan ngelihat referensi terus lo pingin ngikutin (konten) seperti itu gitu. Terus dari situ lo akan ngerasa lo kurang bangga dengan apa yang lo bikin,” kata pria yang sehari-harinya bekerja sebagai tim kreatif salah satu perusahaan e-commerce di Jakarta itu.
Soal ‘jangan lihat referensi’ untuk sebuah garapan konten itu sebenarnya tidak berarti bahwa Bujang Rimba benar-benar buta referensi.
“Referensi pasti ada, maksudnya referensi diperbanyak-sebanyak mungkin, tapi jangan stuck di situ aja,” kata Pampry.
Urusan referensi ini sebenarnya bakal tercermin dalam cara berpakaian Bujang Rimba saat diwawancarai kumparan pada Rabu (12/9). Ketika ditanya soal gaya pakaian apa yang dikenakan Pampry, misalnya, ia menjawab bahwa pakaian itu merujuk pada gaya pakaian Dono sedang pergi ke pantai.
ADVERTISEMENT
Bisalah kita membayangkan bagaimana Dono pergi ke pantai bersama para perempuan film-film Warkop. Ia memakai kemeja dengan pola berbunga-bunga sambil dimasukkan ke celana jeans yang agak gombroh. Dadanya sedikit tampak karena kancingnya nomor dua dari atas tak ikut dikancingkan sebagaimana biasanya pada kancing baju yang pertama.
Selain mengusung konten organik, Bujan Rimba juga dikenal berpola konsisten dalam membuat durasi konten audiovisual. Kalau kita amati, video kelompok tersebut yang diunggah di YouTube rata-rata berdurasi satu menit.
Penasaran akan hal ini, kumparan menanyakan mengapa mesti satu menit. Pampry dengan santai menjawab, “Karena sebenarnya itu kebutuhan Instagram. Fitur (story) Instagram itu cuma satu menit. Kalau lebih dari satu menit pasti bukanya di Youtube. Terus yang di Youtube yang lebih dari satu menit juga bakal di-press jadi semenit untuk di Instagram,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Agaton Kenshanahan