Perjuangan Pelajar Indonesia Raih Medali Perak di Kancah Internasional

17 Agustus 2018 14:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perwakilan Indonesia di IBO 2018 (Foto: Dok. Pribadi Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Perwakilan Indonesia di IBO 2018 (Foto: Dok. Pribadi Lingga)
ADVERTISEMENT
Sebelum pada akhirnya berhasil mewakili kontingen Indonesia bersama tiga pelajar lainnya di ajang International Biology Olympiad (IBO), Silingga Metta Jauhari, atau yang akrab disapa Lingga, harus mengalami jatuh bangun menghadapi seleksi Olimpiade Sains Nasional (OSN). Mulai dari tingkat sekolah, provinsi, hingga nasional.
ADVERTISEMENT
Meski sempat gagal pada seleksi delapan besar OSN tingkat nasional, tak sedikit pun mengurangi tekadnya untuk terus membuktikan diri. Kembali berjibaku menghadapi seleksi OSN pun harus Lingga jalani.
“Aku sempat gagal tahun lalu di tahap seleksi delapan besar, makanya ngulang lagi,” tutur Lingga.
Lingga bercerita bahwa dirinya memang menaruh minat pada biologi dan tergabung dalam sebuah study club biologi di sekolahnya, SMAN 8 Jakarta. Study club tersebut memang menaungi sembilan bidang sesuai dengan bidang yang dilombakan pada perhelatan OSN.
Mengawali OSN saat dirinya masih kelas 10 semester dua, Lingga yang akhirnya berhasil keluar sebagai perwakilan dari provinsi DKI Jakarta harus mengikuti karantina selama sebulan bersama dengan perwakilan dari 29 provinsi lain.
ADVERTISEMENT
Perwakilan dari 30 provinsi itu kemudian kembali diseleksi dan dikerucutkan menjadi 16 orang. Lalu akan dikarantina lagi selama sebulan, hingga diseleksi lagi menjadi delapan orang. Begitu seterusnya hingga terpilihlah empat orang yaitu Syailendra Karuna dari SMA Semesta BBS Semarang, Aditya David dari SMAK Petra 1 Surabaya, Samuel Kevin dari SMA Unggul Del Sumatera Utara dan Lingga sendiri dari SMAN 8 Jakarta.
Setelah menjalani proses tahapan seleksi OSN yang kurang lebih memakan waktu hampir dua tahun, Lingga bersama Syailendra, Aditya dan Samuel akhirnya berangkat ke Teheran, Iran, pada Juli kemarin untuk mengikuti acara IBO.
Perwakilan Indonesia di IBO 2018 (Foto: Dok. Pribadi Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Perwakilan Indonesia di IBO 2018 (Foto: Dok. Pribadi Lingga)
IBO merupakan olimpiade biologi internasional yang diselenggarakan setiap tahun untuk pelajar SMA. Semua negara yang berpartisipasi akan mengirimkan empat pelajar SMA untuk perwakilan negara masing-masing bersama dengan satu pemimpin tim dan dua pengamat.
ADVERTISEMENT
Ujian saat IBO berlangsung hanya dua hari, sehari praktikum, sehari ujian teori. Selebihnya adalah sosialisasi bersama kontingen negara lain dan pengenalan budaya Iran.
Lingga menuturkan, saat ujian praktikum, para peserta dihadapkan pada empat topik utama, yakni biologi sel, biokimia, biologi hewan, biologi tumbuhan atau ekologi. Sedangkan untuk ujian teori para peserta diminta untuk bisa menentukan apa maksud dari penelitian yang terdapat dalam paper atau jurnal ilmiah. Topiknya lebih luas lagi dari praktikum, ada tujuh. Mulai dari biologi sel, genetika, biosistematika dan lain-lain.
Saat disinggung soal kesulitan yang dihadapi, Lingga menyebut, dari segi soal teori ada sistem penilaian yang berbeda jadi strategi untuk mengerjakan soal dirasa tidak cocok. Selain itu, faktor cuaca dan lingkungan juga menjadi kendala yang dialami Lingga.
ADVERTISEMENT
“Suhu di Iran itu cukup panas ya, waktu itu mencapai 43 derajat. Pas sampai sana aja saya sempat sakit gitu enggak sembuh-sembuh, jadi pas lomba itu dalam keadaan demam dan darah rendah juga,” ujarnya.
Perwakilan Indonesia di IBO 2018 (Foto: Dok. Pribadi Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Perwakilan Indonesia di IBO 2018 (Foto: Dok. Pribadi Lingga)
Setelah tes praktikum selesai, Lingga sempat masuk rumah sakit karena demam hingga lima hari dan darah rendah mencapai tekanan 90/60, sehingga harus diinfus dan suntik intramuskular agar bisa sembuh.
"Kita sudah melewati seleksi dan jadi empat besar terpilih, jadi ada semacam tanggung jawab besar karena sudah ikut pelatihan ketat dan karantina," papar Lingga.
Akhirnya, dari kurang lebih 70 negara dan 265 peserta yang terlibat, Indonesia keluar sebagai juara dua, membawa pulang medali perak. Sungguh sebuah prestasi yang patut diapresiasi, mengingat perjuangan Lingga dan kawan-kawan setelah melalui rentetan seleksi panjang dan soal ujian yang pasti tidak mudah.
ADVERTISEMENT
"Saya enggak nyangka kalo saya bisa dapet perak karena ngerjainnya juga dalam keadaan sakit, pas dipanggil nama saya ke podium itu bangga banget sambil bawa bendera karena bisa dikalungin medali dan dilihat orang dari berbagai negara," kenang Lingga.
Lingga yang kini baru saja menjadi mahasiswa Teknik Industri di ITB juga berpesan pada generasi muda lainnya, untuk terus berusaha merealisasikan mimpi kalian.
“Jika kamu punya mimpi, usahakan dan pasanglah target-target yang bisa kalian tempuh satu persatu untuk menggapai mimpi kalian. Setiap kalian ada kemauan, di situ pasti ada jalan,” ucapnya.
Yap, terkadang, untuk mencapai dan merealisasikan impian, kita memang harus menempuh jalan panjang penuh pengorbanan sebelum mengecap manis buah keberhasilan itu. Bahkan beberapa orang tidak melewatinya dengan cukup mulus. Namun kerja keras, ketekunan dan konsistensi pada akhirnya tidak akan membohongi hasil.
Perwakilan Indonesia di IBO 2018 (Foto: Dok. Pribadi Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Perwakilan Indonesia di IBO 2018 (Foto: Dok. Pribadi Lingga)
Penulis: Okke Oscar
ADVERTISEMENT