Pertukaran Pelajar: Tambah Pengalaman hingga Membuka Cakrawala Pikiran

6 Juli 2018 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kehidupan Kuliah (Foto: theodysseyonline.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kehidupan Kuliah (Foto: theodysseyonline.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tidak semua orang bisa merasakan privilese untuk belajar, tinggal, dan mengeruk pengalaman di luar negeri. Biasanya, hanya segelintir orang yang mampu melakukannya di Indonesia karena biayanya yang mahal.
ADVERTISEMENT
Untuk belajar dan tinggal di luar negeri, sebenarnya tidak perlu menetap dalam artian sekolah pada umumnya. Ada cara lain jika kamu ingin melakukannya, yaitu dengan mengikuti program pertukaran pelajar.
Nayla Erzani, salah satu pelajar dari SMAN 34 Jakarta pernah melakukannya. Mengikuti program pertukaran pelajar dari American Field Service (AFS), Nayla menghabiskan 10 bulan di Kota Izmir, Turki. Sebelum berangkat, dia pun harus melewati serangkaian seleksi agar bisa terlibat dalam program pertukaran pelajar AFS.
“Syaratnya adalah siswa kelas 10 atau 11 yang percaya diri dan aktif, baik di bidang akademis maupun non akademis. Kemampuan berbahasa Inggris juga diperhatikan,” ujar Nayla.
Mengikuti program pertukaran pelajar pada 2016 lalu, Nayla harus mengeluarkan uang sebesar 10.000 dollar AS atau setara Rp 130 juta. Biaya ini sudah termasuk dengan pengurusan visa dan soal administrasi lainnya.
ADVERTISEMENT
Jumlah yang relatif banyak dan mahal memang, bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun hal ini dinilai sebagai pengalaman yang sangat berharga dan tidak bisa dilupakan bagi Nayla. Beruntungnya lagi, orang tuanya pun amat mendukung keinginannya tersebut.
“Orang tuaku kebetulan mendukung aku untuk ikut program ini, karena mereka kenal beberapa alumninya dan ngerasa kalau visi, misi, serta output dari program ini bagus. Makanya mereka dukung,” tegasnya.
Berbeda dengan Nayla, Ernest Alija, yang juga pernah mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat ini justru tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Namun, syarat yang harus dipenuhi cukup ketat. Waktu kelahiran dan nilai rapor jadi hal awal yang dilihat sebelum akhirnya diseleksi panitia.
“Mulai dari pengurusan visa, tiket pesawat, semua dibayarin. Nah, selama program pun gue dapat pesangon per bulan, sekitar 125 dolar. Biasanya gue habis 80 dollar untuk nge-mall, sisanya buat bayar pulsa biasanya,” jelas Ernest.
ADVERTISEMENT
Diberi uang setiap bulannya juga dirasakan oleh Nayla. Pihak AFS Turki memberinya sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per bulan.
Seru banget, kan? Selain memetik segudang manfaat dan dapat pengalaman berharga, mereka juga diberi ‘bekal’ setiap bulannya. Lebih dari itu, program pertukaran ini meninggalkan pelajaran berarti bagi Ernest.
“Selain benefit nyata kayak sertifikat yang lumayan prestise, kalau gue sih paling berasa di keberanian mengungkapkan pendapat. Setelah program jadi enggak malu-malu gitu, malah kadang malu maluin,” Ernest berkelakar.
Sekolah, mulai mencoba beradaptasi dengan kultur setempat, hingga bergaul dengan teman baru jadi sebuah struktur otomatis yang dilakukan selama masa pertukaran pelajar. Setidaknya, dari sederet panjang kisah tersebut, pasti ada hal yang paling berkesan yang pernah dialami.
ADVERTISEMENT
“Aku temenan sama tukang poles sepatu di dekat kantor AFS. Surprisingly, dia bisa Bahasa Inggris karena sering ngelayanin turis dan lumayan lancar. Aku sering ngobrol sama dia tentang banyak hal, orangnya baik banget,” kata Nayla mengenang kenalannya di Izmir, Turki.
Terbang ribuan kilometer ke negara yang punya empat musim juga meninggalkan kesan tersendiri untuk Ernest, terutama ketika datang musim dingin. Untuk pertama kalinya Ernest melihat salju, dia mengaku sangat senang sampai push up di tengah-tengah tumpukan salju.
Meski begitu, salju yang turun dirasa cukup merepotkan karena udara yang super dingin dan mobil jadi susah jalan. Ernest pun harus memindahkan tumpukan salju tersebut agar lalu lintas mobil menjadi lancar.
ADVERTISEMENT
“Mindahinnya manual, pake sekop. By the way, halaman rumah gue di sana bisa muat delapan mobil, jadi ya dikira-kira aja sendiri gimana beratnya,” jelasnya.
Ernest yang menghabiskan nyaris setahun di Amerika ini sangat menyarankan para pelajar untuk mencoba program pertukaran pelajar. Ada dua hal yang disarankan Ernest jika kalian ingin mengikuti pertukaran pelajar. Pertama, mulai tumbuhkan pola pikir tidak takut mencoba hal baru, kedua, harus tahan banting.
“Karena ketika sudah menjalankan program, setiap harinya bakal kayak roller coaster. Bingung, senang, kangen rumah, macem-macem deh. Makanya tahan banting harus banget kalian tumbuhkan,” imbuhnya.
Dia juga menambahkan, untuk mendapatkan esensi dari pertukaran pelajar, kalian harus berani mencoba hal baru.
ADVERTISEMENT
“Sia-sia banget kan kalau sudah pergi jauh dan lama, tapi enggak dapat hal baru untuk dibawa pulang,” kata Ernest.
Seruan yang sama juga dilontarkan Nayla. Dia mendorong para pelajar untuk berani mencoba program pertukaran pelajar ini.
“Jangan takut rugi ketinggalan satu tahun karena worth it banget,” ucapnya.
Reporter: Arya Putra/ SPEAR SMAN 2 Jakarta.