Politisi Muda Bicara: Politik Menentukan Nasib Anak Muda

30 Januari 2019 12:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Politisi muda Faldo Maldini dan Tsamara Amany berbicara di acara 'From Vlogs to Votes' (29/1). (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Politisi muda Faldo Maldini dan Tsamara Amany berbicara di acara 'From Vlogs to Votes' (29/1). (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu kalau politik enggak cuma urusan orang tua dan keputusan yang diambil di dalamnya bisa menentukan nasib anak muda milenial seperti kamu? Yap, tentu saja karena politik enggak bisa dipisahkan dari berbagai bidang kehidupan.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengemuka saat kumparan mengikuti diskusi bersama para politisi muda yang menjadi calon anggota legislatif (caleg) pada acara From Vlogs to Votes: Engaging Millennials in the Political Process di Kuningan, Jakarta Selatan (29/1).
Salah satu politisi muda dari Partai Solidaritas Indonesia, Tsamara Amany angkat bicara tentang realitas milenial saat ini. Dari beberapa hasil survei yang dia baca, Tsamara melihat bahwa politik memang menjadi hal yang enggak diminati milenial.
Kalau kita merujuk dari data Alvara Research Center, memang milenial dianggap apatis dalam isu politik. Sebab, hanya sekitar 22 persen dari generasi ini yang mengikuti perkembangan politik. Sedangkan sisanya menganggap bahwa politik adalah urusan orang tua.
“Tapi, isu yang berkaitan dengan politik sangat diminati oleh milenial. Apa isunya? Sebenarnya setelah saya berdiskusi dengan banyak orang terutama dengan anak muda pada umumnya, isu yang menjadi nomor satu concern mereka adalah lapangan pekerjaan,” kata Tsamara.
Ilustrasi honorer. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi honorer. (Foto: Pixabay)
Cewek yang bertarung di dapil ‘neraka’ DKI II ini mengungkap kalau anak muda masih menganggap isu pekerjaan berada di luar isu politik. Menurutnya, anak muda masih berpikir bahwa politik itu sekadar ikut partai, politik praktis, proses pencalegan, hingga pilpres. Padahal enggak semata-mata seperti itu.
ADVERTISEMENT
“Yang harus dijelaskan ke anak-anak muda itu adalah tentang bagaimana politik menentukan hidup kita, tentang menentukan lapangan pekerjaan, politik tentang bagaimana kita bisa melindungi korban kekerasan seksual, atau politik tentang bagaimana juga kita bisa (memikirkan) ekonomi kreatif kita,” kata Tsamara.
Faldo Maldini, politisi muda Partai Amanat Nasional (PAN) pun menanggapi bahwa sebenarnya ada atau enggak ada keterlibatan anak muda dalam memilih pilihan politik, pemilihan presiden atau pemilu akan tetap jalan.
“Jadi sekarang semua pilihannya ada di elo, kalau elo enggak suka sama orang-orang yang bukan bagian elo, ya sudah, enggak usah nge-vote. Tapi kalau elo kalah, lo enggak nge-vote, lo jangan marah-marah,” ujar Faldo.
Bagi Faldo, para milenial juga enggak perlu semata-mata langsung memilih para caleg dari kalangan milenial agar mewakili suara mereka di kancah perpolitikan. Caleg dapil Kabupaten Bogor ini termasuk cowok yang enggak percaya bahwa politisi milenial lebih menjanjikan ketimbang orang tua.
ADVERTISEMENT
“Karena banyak banget politisi yang ngakunya milenial cara berpikirnya kolonial. Ini adalah sesuatu yang harus saya sampaikan beberapa ke anak-anak muda,” tutur Faldo.
Dalam kancah politik juga Faldo enggak memaksa buat anak-anak muda memilih para caleg yang enggak mereka suka.
“Ente mau milih mau kagak, gue bodo amat. Tapi yang penting kalau ente sepakat sama ane, ayo kita jalan. Jangan sampai pas hari pemilihan, ternyata milenial malah hobi travelling kan? Jangan-jangan pas ketika hari-H pemilihan dia sudah pesen tiket Traveloka, mati saya,” pungkasnya sambil bercanda.