Psikolog: eSports Ajang Aktualisasi Diri

13 Desember 2018 18:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi eSports (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi eSports (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertandingan olahraga elektronik (eSports) dinilai menjadi salah satu wadah bagi para remaja untuk melakukan apa yang menjadi minat dan kesenangannya. Dalam beberapa tahun terakhir, ajang eSports telah menjamur untuk memberikan wadah tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian kalangan, terutama orang tua atau sekolah, mungkin enggak yakin bahwa eSports menjadi lahan positif bagi remaja dan pelajar untuk menyalurkan minatnya. Ketidakyakinan itu coba diluruskan oleh Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani saat melakukan press briefing kompetisi eSports, JD.ID High School League 2018, di Kelapa Gading, Jakarta (13/12).
"Ini ada satu turnamen, ada 10 anak berjejer terus ditonton oleh ribuan anak SMA lain. Kalau kita bayangkan kita yang berada pada posisi anak-anak yang berlomba, anak itu akan berpikir, 'Teman-teman saya ngelihatin saya, terus teman-teman saya melihat hasil kerja saya' dalam bentuk pertandingan. Yang mereka lakukan tersebut itu tentunya menimbulkan rasa bangga karena merasa melakukan sesuatu yang baik," ujar psikolog yang karib disapa Nina itu.
ADVERTISEMENT
Menurut Nina, perasaan bangga yang dimiliki oleh para kompetitor eSports tersebut bakal mengarah pada pengembangan diri yang positif dan menumbuhkan rasa percaya diri. Namun, enggak cukup itu saja.
"Kompetisi eSports ini juga salah satu bentuk dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (remaja). Jadi, kalau merujuk ahli bernama Abraham Maslow, dia bilang bahwa sebetulnya kebutuhan manusia ada hierarkinya, mulai dari kebutuhan dasar fisiologis seperti kebutuhan makan dan minum sampai kebutuhan yang paling atas adalah kebutuhan aktualisasi diri," terang Nina.
Kebutuhan aktualisasi diri ini, jelas Nina, merupakan kebutuhan untuk bisa memperlihatkan bahwa seseorang sedang mencapai bentuk paling terbaik dari dirinya sendiri di hadapan orang lain. Nina menegaskan bahwa hal itu bisa didapatkan antara lain dengan ikut kompetisi eSports.
ADVERTISEMENT
Kita mungkin pernah mendengar ada sejumlah kasus di mana remaja yang main game jadi kecanduan. Atau baru-baru ini di Mesir sampai ada siswa yang membunuh gurunya sendiri karena terinspirasi dari main game. Menurut Nina, hal itu bisa disiasati bila remaja bisa lebih bijak bermain game.
"Dalam bermain perlu ada disiplin yang jelas. Jangan sampai main terus, enggak makan, enggak mandi. Jadi tetaplah harus punya gaya hidup yang baik. Ada batasan yang jelas sehingga game tersebut bisa punya dampak yang lebih positif lagi," tandas Nina.
Penulis: Agaton Kenshanahan