Ronny Gani, Alumni Arsitektur yang Berkarier di Industri Animasi Dunia

11 November 2018 13:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ronny Gani, animator asal Indonesia yang telah terlibat berbagai proyek kelas dunia (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ronny Gani, animator asal Indonesia yang telah terlibat berbagai proyek kelas dunia (Foto: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
"I am not animator by design." – Ronny Gani
Ronny Gani, animator Hollywood satu ini tak pernah berpikir dirinya akan berkecimpung di dunia animasi. Namun kesuksesannya di bidang animasi jangan ditanya lagi.
ADVERTISEMENT
Pria berambut gondrong ini nyatanya adalah animator yang berkontribusi dalam film Hollywood. Mungkin kamu sudah menontonya filmnya baru-baru ini yaitu 'Avengers: Infinity War'.
Kalau ditanya latar belakang mengapa dirinya bisa masuk ke dunia animasi kalian enggak usah heran. Lihat saja apa jurusan kuliahnya. Ia adalah lulusan Universitas Indonesia jurusan Arsitektur. Loh, kok Arsitektur bisa kerja jadi animator?
"Saat belajar arsitektur saya mendapat kesempatan mempelajari tentang 3D software yang dipakai buat tugas kuliah dan proyek-proyek sampingan," kata Ronny.
Proyek sampingan Ronny ini biasanya berupa pekerjaan membuat gambar dari sebuah model (rendering). Meski sudah terbiasa menggambar sejak itu, tapi Ronny mengaku baru serius belajar animasi di tingkat akhir kuliah.
“Saya belajar juga otodidak dan saat itu harus datang ke warnet bayar Rp 2.000 per jam, itulah kondisi internet Indonesia pada saat itu,” kenang Ronny.
Founder of Bangkel Animasi, Ronny Gani di Indonesia CG Heroes. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Founder of Bangkel Animasi, Ronny Gani di Indonesia CG Heroes. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Mengikuti apa yang dipelajari Ronny saat semester akhir kuliah, setelah lulus tahun 2005, bukannya menjadi arsitek, ia malah bergabung di studio animasi.
ADVERTISEMENT
"Saya diterima di Infinite Framework Studios (IFS), Batam, itu kalau buat saya adalah benchmark yang signifikan buat perkembangan CG artists Indonesia. Saat masuk ke sini saya merasa seperti menemukan orang-orang dari jenis spesies saya (pegiat animasi)," ujar Ronny.
Di IFS, pada rentang 2006-2007 Ronny berkesempatan menggarap proyek film animasi Sing To The Dawn (Meraih Mimpi). Proyek yang sudah dilaluinya itu membuatnya harus menjalani tantangan lebih ke Singapura, masuk ke studio animasi di sana.
“Alasan ke Singapura itu sebenarnya karena diusir sama Babeh. Dia bilang ke anak-anak untuk jangan lama-lama di sini (IFS). ‘Lo setahun dua tahun kerja, keluar! Tapi habis itu balik lagi’,” cerita Ronny menirukan omongan Daniel Haryanto (Babeh), guru yang mengajarinya di bidang animasi.
ADVERTISEMENT
Mengadu nasib ke Singapura awal 2008, target Ronny sebenarnya hendak memasuki studio animasi prestisius Lucas Film. Namun ia mengakui sulit untuk langsung masuk ke sana. Lalu, setengah tahun di Singapura ia habiskan untuk membangun portofolio di perusahaan bernama Sparky.
Selama 3,5 tahun di Lucas Film, Ronny sempat mengerjakan serial televisi Star Wars: The Clone Wars untuk 3 musim. Kariernya menggarap proyek film-film Hollywood pun dimulai ketika tahun 2014 dipindah ke Industrial Light & Magic (ILM), sister company Lucas Film.
“Karena saya dianggap performanya cukup baik dan konsisten saya ditawarkan di transfer ke ILM karena memang mungkin dari segi kualitas tantangannya lebih besar, dan saya kerja di ILM mulai dari 2011-2015,” kata pria berambut gondrong sebahu itu.
Tim Captain America bersama pejuang Wakanda (Foto: Marvel Studios)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Captain America bersama pejuang Wakanda (Foto: Marvel Studios)
Di ILM ia menggarap sejumlah film kenamaan Hollywood seperti The Avengers (2012), Pacific Rim (2013), Noah (2014), Transformers: Age Of Extinction (2014), The Great Wall (2017), Ready Player One (2018) dan proyeknya yang terakhir Avengers: Infinity Wars (2018).
ADVERTISEMENT
Sukses menjadi animator di luar negeri dan membuat karya-karya di film Hollywood, Ronny kini kembali ke Indonesia membangun kursus belajar animasi bernama Bengkel Animasi untuk mengkader para animator tanah air.
“Waktu itu saya nemuin kesulitan untuk memulai dan ke mana arahnya (menjadi animator) itulah yang memotivasi saya untuk membuat Bengkel Animasi. Ini adalah konsep saya untuk memberi kontribusi ke masyarakat, untuk teman-teman yang sedang belajar jadi animator,” pungkasnya.