Suarakan Pandangan Politik, 4 Musisi Ini Berurusan dengan Otoritas

17 Juli 2018 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sex Pistols (Foto: WIkimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Sex Pistols (Foto: WIkimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Politik adalah milik semua orang, termasuk bagi para musisi. Perbedaan pandangan serta tindakan pemerintah yang mungkin terkesan represif, tak jarang ditanggapi melalui beragam aksi protes oleh para musisi, seperti apa yang baru-baru ini dilancarkan oleh bank punk rock asal Rusia, Pussy Riot.
ADVERTISEMENT
Namun, Pussy Riot bukanlah satu-satunya nama musisi yang lantang dan proaktif dalam menyuarakan pandangan politiknya. Selain mereka, ada juga beberapa musisi lain yang bahkan rela berurusan dengan pihak otoritas demi menyampaikan pandangan politiknya.
Siapa saja mereka? Berikut adalah lima di antaranya.
1. Paul Simonon
Bassist dari band The Clash ini sempat mendekam di penjara selama dua pekan setelah ditangkap pihak keamanan saat mengikuti aksi protes bersama Greenpeace di Antartika. Mereka memprotes aktivitas pengeboran minyak yang dilakukan oleh perusahaan Leiv Eiriksson pada 2011 silam.
Saat mengikuti aksi tersebut, Paul menyamar sebagai asisten juru masak kapal yang ditungganginya, MV Esperanza. Dikutip dari the Guardian, salah satu rekannya pada saat itu, Martti Leinonen, Paul adalah sosok pekerja keras. Ia bahkan tetap masak pada hari libur.
ADVERTISEMENT
2. Tom Morello
Pada 2006 silam, salah satu pentolan dari band Rage Against the Machine dan Audioslave, Tom Morello, pun sempat ditahan selama satu malam, akibat turut serta dalam aksi mendukung hak imigran yang bekerja di berbagai hotel di sekitar bandara Los Angeles, Amerika Serikat.
"Pekeja hotel di dekat bandara menghasilkan 20 persen upah yang lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang berada di wilayah Los Angeles lainnya," tutur Tom dikutip dari MTV.
3. Madonna
Sama halnya seperti Pussy Riot, pelantun lagu 'Crazy For You' ini juga pernah berurusan dengan pemerintah Rusia. Hal itu terjadi setelah konsernya di St. Petersburg pada 2012 lalu ia gunakan untuk menyampaikan pandangannya atas hak LGBT di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, hal itu menyebabkan sebanyak 74 orang yang turut mendukung aksi tersebut didenda oleh pihak otoritas Rusia.
4. Sex Pistols
Aksi yang dilakukan oleh Sid Vicious cs. terjadi di sungai Thames, Inggris, tepat saat Ratu Elizabeth II merayakan seperempat abad tahtanya sebagai penguasa daratan Britania Raya, atau dikenal juga dengan istilah 'Silver Jubilee', pada 1977 silam.
Agenda yang ia lancarkan dengan cara tampil di atas perahu sewaan itu, merupakan bentuk protes terhadap tatanan monarki Inggris. Mereka bahkan membawakan lagu terbarunya pada saat itu yang berjudul 'God Save the Queen'.