Survei: Generasi Lama Lebih Nakal dari Anak Muda Masa Kini

16 Januari 2018 16:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Milenial. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Milenial. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Betapa mudah untuk mengatakan, “Anak-anak sekarang kurang ajar, ya.”
Lebih mudah lagi, apabila tuduhan bersifat generalisasi itu ditambah reminisensi nostalgik yang kadang tak ada dasarnya, macam, “Dulu jaman gue nggak pernah tuh yang begituan.”
ADVERTISEMENT
Begituan. Kata ambigu tersebut biasanya dirasuki konotasi-konotasi negatif ketika disematkan sebagai predikat bagi subjek anak-anak muda. Ragamnya pun luas, dari berkelahi, mabuk-mabukan, penggunaan narkotika, kehamilan di usia remaja, bahkan sampai sebatas kebiasaan merokok.
Bagi Generasi X (lahir pada 1960-an sampai awal 1980-an) atau mereka yang masuk dalam kategori Baby Boomers (lahir 1940-an sampai 1964-an), kelakuan anak muda masa kini atau milenial cenderung punya kesan lebih buruk ketimbang generasi mereka.
Misalnya saja, ketika dua generasi tadi diminta menilai: apakah angka kelahiran di usia remaja sekarang meningkat atau turun ketimbang masa lalu. Hasilnya, bisa ditebak, penuh prasangka terhadap generasi milenial.
Milenial dan teknologi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Milenial dan teknologi. (Foto: Thinkstock)
Sebuah survei oleh National Campaign to Prevent Teen and Unplanned Pregnancy di Amerika Serikat pada 2013 mengamini hal itu. Survei tersebut menunjukkan 50 persen masyarakat AS percaya angka kehamilan di usia remaja pada 2013 meningkat ketimbang yang terjadi di dekade 1990.
ADVERTISEMENT
Padahal, dikutip dari Washington Post, angka kehamilan di usia remaja di AS pada 2013 turun drastis sebanyak 43 persen dari statistik yang sama di 1990 --hanya 18 persen yang benar menebak penurunan ini.
Statistik seks oleh remaja pun menurun. Menurut Center for Disease Control and Prevention AS, terjadi penurunan statistik yang cukup besar dari 1988 ke 2010. Pada 1988, separuh remaja laki-laki berusia 15 hingga 17 tahun pernah melakukan hubungan seksual. Angka tersebut turun menjadi 28 persen 22 tahun setelahnya.
Perempuan pun begitu. Dari 37,2 persen remaja perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual di 1988, statistik yang sama menurun menjadi 27 persen saja di 2010.
Dan tren tersebut tidak hanya terjadi pada indikator kehamilan remaja dan seks semata. Secara umum, anak-anak muda beberapa tahun belakangan bertingkah lebih baik dan lebih tak suka berfoya-foya ketimbang generasi-generasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, begitulah yang terjadi di negara-negara maju (dengan Amerika Serikat sebagai pionirnya).
Ilustrasi korban tawuran (Foto: Muhammad Faisal Nu'man / kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi korban tawuran (Foto: Muhammad Faisal Nu'man / kumparan)
Milenial justru semakin konservatif. Tak hanya masalah seks, jumlah remaja AS yang pernah mengonsumsi ganja sekarang juga relatif kecil ketimbang generasi orang tua mereka 35 tahun lalu.
Pada 1980, sebanyak 60 persen dari siswa SMA di AS pernah mengonsumsi ganja setidaknya satu kali. Dikutip dari The New York Times, memasuki tahun 2010-an, angka siswa SMA yang pernah mencoba ganja turun menjadi 40 persen.
Begitu pula soal besaran konsumsi obat-obatan terlarang secara umum. Tahun 1981, sebanyak 43 persen siswa tahun akhir SMA di AS pernah mencoba narkotika di luar ganja. Di 2011, angka tersebut turun menjadi 25 persen saja.
ADVERTISEMENT
Penurunan terjadi pula di tingkah laku remaja AS yang cukup ekstrem. Dikutip dari Vox, jumlah remaja yang membawa senjata api ke sekolah turun dari 11,8 persen di tahun 1993, menjadi 4,1 persen di 2015.
Niat melakukan bunuh diri juga menurun. Pada tahun 1991, sebanyak 29 persen remaja memiliki niatan yang konstan untuk bunuh diri. Angka tersebut turun menjadi 17,7 persen di 2015.
Hindari alkohol. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Hindari alkohol. (Foto: Pixabay)
Membaiknya statistik remaja tersebut juga terjadi di kategori “kelakuan minus” lainnya. Pada 2011, konsumsi alkohol remaja di AS mencapai titik terendahnya. Di 1980, sebanyak 72 persen siswa SMA di AS pernah mengkonsumsi alkohol. Statistik itu turun hampir separuhnya di 2011, menjadi 40 persen saja.
Statistik remaja yang merokok pun mengalami penurunan. Pada 1980, sepertiga siswa SMA merokok setidaknya sekali dalam satu bulan terakhir. Dilansir Vox, angka tersebut turun menjadi kurang dari 20 persen di 2012.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kepatuhan terhadap hukum meningkat. Pada 1991, hanya 74 persen remaja mengenakan sabuk pengaman ketika mengendarai mobil. Angka tersebut, senada dengan penurunan kelakuan buruk remaja lain, meningkat menjadi 93,9 persen di 2015.
Generasi Milenial dan Internet. (Foto: flickr/@UTKnightCenter)
zoom-in-whitePerbesar
Generasi Milenial dan Internet. (Foto: flickr/@UTKnightCenter)
Yang jadi pertanyaan, mengapa kelakuan milenial --berkebalikan dengan kepercayaan umum-- justru malah membaik dari tahun ke tahun?
Salah satu kemungkinannya adalah berubahnya pola asuh keluarga. Seperti dilansir Economist, orang tua di AS mengasuh secara langsung anak-anaknya di rumah dalam rerata waktu mencapai 88 menit per harinya. Waktu asuh tersebut naik lebih dari dua kali lipat ketimbang di tahun 1965, ketika orang tua hanya menghabiskan waktu sebatas 41 menit saja.
Akibatnya, hubungan anak dan orang tua menjadi semakin baik. Pada 28 dari 34 negara maju yang disurvei oleh WHO, terjadi peningkatan signifikan soal jumlah anak yang merasa mudah untuk mengobrol dengan ayahnya dari tahun 2001 ke 2013. Pun begitu terhadap komunikasi dengan ibu yang juga mengalami tren serupa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, teknologi jelas menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh. Remaja saat ini adalah pengguna internet yang paling berat ketimbang generasi lainnya. Sebagai contoh, remaja berusia 15 tahun di negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menghabiskan 146 menit untuk online di internet selama 2015 di hari kerja. Angka tersebut naik dari 105 menit di tahun 2012.
Sosial media juga membuat remaja masa kini terus terhubung dengan orang tuanya. Menurut survei Monitoring The Future dari AS, berpergian tanpa pengawasan orang tua turun drastis dari tahun 2012. Remaja memilih untuk “bertemu” dengan teman-temannya di media sosial ketimbang bertemu secara langsung.
Maka, seperti yang disebut Shoko Yoneyama, ahli masalah keremajaan asal University of Adelaide, remaja masa kini membaik kelakuannya, tapi di waktu yang sama juga berubah “menjadi membosankan”.
ADVERTISEMENT
Apakah Anda sependapat?
=============== Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!