Unpad Hentikan Program Kedokteran Gratis

24 Januari 2019 9:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Rektorat Unpad Jatinangor (Foto: unpad.ac.id)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Rektorat Unpad Jatinangor (Foto: unpad.ac.id)
ADVERTISEMENT
Buat kamu yang sejak SMA ingin masuk jurusan Kedokteran secara gratis di Universitas Padjadjaran, kini harus berpikir ulang. Sebab, setelah program tersebut berjalan sejak 2016, Universitas Padjadjaran (Unpad) enggak lagi membuka program Kedokteran ‘gratis’ pada penerimaan mahasiswa baru (PMB) di tahun 2019 ini.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan langsung oleh Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad pada jumpa pers di Unpad, Dipati Ukur, Bandung, Selasa (22/1). Rektor mengungkap alasan setelah 3 tahun diadakan, kuliah kedokteran gratis ini lalu dihentikan.
“Setelah menganalisis, tujuan awalnya waktu itu Unpad berkontribusi dalam ikut menjawab tantangan permasalahan distribusi terhadap dokter dan tenaga kesehatan khususnya spesialis untuk Jawa Barat. Setelah 3 tahun dilaksanakan, kebutuhan tadi secara umum terpenuhi, itu alasannya,” ujar Tri.
Saat program tersebut sudah dijalankan, Rektor menghitung telah ada sekitar stok 920 dokter spesialis atau 825 dokter umum. Menurut Tri, angka ini cukup untuk memenuhi kebutuhan dokter di Jawa Barat.
“Walaupun nanti bidang spesialis terutama bisa saja ada kurang sedikit-sedikit, ada yang berlebih,” terang Rektor yang secara terjadwal sudah habis masa jabatannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Alasan selanjutnya, program kedokteran gratis ini dihentikan yaitu karena sedang terjadi proses pergantian kepemimpinan di Unpad. Dari informasi yang dihimpun, Rektor Tri ada kemungkinan enggak lagi menjabat sebagai rektor karena enggak terjaring sebagai kandidat yang dipilih oleh Majelis Wali Amanat Unpad.
“Belum tentu nanti (kebijakan) ini akan sesuai, atau bisa saja membebani kebijakan rektor berikutnya. Maka eloknya, rektor berikutnyalah yang menetapkan. Saya kalau nanti katakan ‘gratis lagi’, kan itu kebijakan tata kelola kepemimpinan. Menjadi tidak fair nanti kalau ini dinilai membebani,” ungkap rektor.
"Kecuali kalau saya lagi jadi rektor, itu terserah (bikin kebijakan kedokteran gratis). Tapi, kan kita belum mengetahui, pastinya seperti apa. Maka secara etisnya kita serahkan kepada rektor berikut, siapapun yang jadi, apakah akan meneruskan kebijakan (kedokteran gratis) ini atau enggak,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT