news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Volunteering Internasional: Belajar Sekaligus Dapat Bonus Jalan-jalan

23 November 2018 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alira retreat di MIT, Amerika Serikat. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Alira retreat di MIT, Amerika Serikat. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Sebagai warganet, kamu mungkin enggak pernah mengira bagaimana sesungguhnya cerita di belakang di postingan media sosial (medsos) seseorang. Yap, seperti bagaimana warganet mengira postingan seorang cewek bernama Alira Dwipayana yang isinya kebanyakan “jalan-jalan” semata.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, hari ini mungkin Alira sedang membagikan pengalamannya berada di Roma, Italia, menikmati segelas kopi di pinggir jalan. Beberapa minggu kemudian, ia sudah memposting foto di Incheon, Korea Selatan. Wah, kok bisa?
Ternyata dia enggak cuma jalan-jalan saja, loh. Rupanya Alira bisa jalan-jalan karena sambil ikut program volunteer.
“Gue sendiri mulai (aktif) di @SEALNet sejak umur 16 (kelas XI SMA) sampai sekarang enggak keluar-keluar. Dari situ ketemu manusia-manusia terpintar di dunia,” kata Alira.
Alira mengaku mulanya iseng mengirim aplikasi-aplikasi volunteer yang didapatnya dari internet. Meskipun sebenarnya ia sempat merasa minder karena kemampuan bahasa Inggrisnya masih belepotan dan juga statusnya yang masih SMA.
“Ada 1001 alasan untuk (merasa) rendah diri. Hebatnya, enggak pernah sekalipun kakak-kakak (volunteer) itu memandang rendah gue. Gue selalu dibantu. Gue nempel sama orang Malaysia biar bisa bantu menerjemahkan sedikit-sedikit dan (sambil) bawa kamus saku Oxford,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali mengikuti volunteer di SEALNet, Alira mengikuti pertemuan Youth Leadership Summit di Singapura selama seminggu. Ketika menerima tawaran volunteer itu ia tidak tahu apa-apa sebelumnya. Ia mengira pertemuan itu adalah akhir kegiatannya, rupanya bukan.
“Ternyata fase selanjutnya adalah bikin proyek sosial. Nyiapin proyek skala internasional secara virtual tapi gue enggak bantu banyak karena enggak bisa menulis bahasa Inggris (dengan baik),” tutur Alira.
Karena kemampuan Inggris yang minim, akhirnya Alira berkontribusi di bidang yang ia bisa, yaitu keuangan. Sedangkan rekannya Ry-Ann yang menyelesaikan proposal proyek mereka.
Alira dan relawan mengerjakan proyek bikin rumah di pedalaman Malaysia pada 2014. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Alira dan relawan mengerjakan proyek bikin rumah di pedalaman Malaysia pada 2014. (Foto: Istimewa)
Singkat cerita, proposal proyek sosial mereka terpilih untuk dipresentasikan di hadapan para senior SEALNet di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat.
“Hasil dari ikut Youth Leadership Summit, buat proyek sendiri di mana aku jadi co-leader-nya. Tahun 2014, kita bikin proyek bangun rumah di pedalaman Malaysia,” terang Alira.
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan di proyek tersebut adalah Alira dan rekannya Ry-Ann harus melakukan penggalangan dana sebesar Rp 200 juta. Ia mengumpulkan dana salah satunya dengan mengumpulkan patungan dari tiap volunteer yang berminat mengikuti program ini.
“Tujuan fundraising tiap member (volunteer) yang terpilih bukan buat ‘meras’ loh, ya! Sistem ini dilakukan agar semua anggota bisa merasa ikut ambil bagian dan memiliki proyek ini juga,” jelas Alira.
Bersama masyarakat setempat dan rekan-rekan volunteer SEALNet lain, Alira harus membangun rumah di pedalaman Malaysia dengan tangan-tangan mereka sendiri setelah sebelumnya dibekali workshop tentang ilmu pertukangan terlebih dahulu.
Menjajaki proyek lain
Proyek Alira di SEALNet yang dilakukannya karena iseng ini rupanya menjadi bekalnya untuk menjajaki banyak proyek volunteering. Bahkan, karena pengalaman volunteernya, ia bisa diterima kuliah di Korea University.
ADVERTISEMENT
“September 2014, gue daftar beasiswa ke Korea. Isi esai (syarat beasiswa) gue tulis tentang SEALNet semua. Intinya gue ngejelasin apa yang gue lakukan di luar kelas, apa yang gue pelajari gimana perjuangan gue dan sebagainya. Diterima! Dapet deh beasiswa ke Korea, karena apa? Volunteering,” tulis cewek yang kuliah di jurusan Bisnis lewat akun Twitter-nya.
Alira menjadi volunteer di Olimpiade Rio 2016. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Alira menjadi volunteer di Olimpiade Rio 2016. (Foto: Istimewa)
Saat kuliah, proyek volunteering berdatangan makin banyak. Alira kembali diajak oleh rekan-rekan lamanya di SEALNet untuk mengikuti proyek volunteer lain di Hongkong, Vietnam, dan Indonesia. Namun, yang paling berkesan baginya adalah ketika mengikuti volunteer di Rio de Janeiro, Brazil tahun 2016.
“Aku direkrut sebagai interpreter bahasa Korea. Jadi sampai di sana semua orang kira aku orang Korea. Lalu harus interpret buat atlet Korea Utara di Rio, yang mana mereka super-pelit bicara,” kata Alira.
ADVERTISEMENT
Bagi Alira, kesempatan yang didapatnya untuk ikut volunteering ke berbagai negara itu sebagai proses untuk belajar.
“Buat belajar lebih tahu dunia luar, komunitas, dan masalah-masalah sosial, sambil mengembangkan skill profesional,” kata dia.
Alira menambahkan, “Benefit lain tentunya jauh lebih pede ketika apply volunteer di mana-mana. Selalu percaya sama ‘say yes before knowing how’.”