news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wawancara Outlaw Moscow: Tidak Berani Menamai Diri Sebagai Subkultur

20 Juli 2018 18:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Outlaw Moscow (Foto: Iqbal Dwiharianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Outlaw Moscow (Foto: Iqbal Dwiharianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Meski terhitung baru berjalan empat tahun sejak awal pendiriannya, brand fashion streetwear asal Rusia, Outlaw Moscow, telah menjadi salah satu nama yang cukup signifikan di dalam lingkup industrinya.
ADVERTISEMENT
Hal itu pun terjadi bukan tanpa alasan. Dua desainer muda kreatif pendiri brand tersebut, Maksim Bashkaev dan Dilyara Minrakhmanova, berhasil membungkus secara unik celah sosial politik yang ada di negaranya menjadi sajian utama dari filosofi brand Outlaw Moscow.
Di bawah bendera Outlaw Moscow, Maksim dan Dilyara pun kini menjalin kolaborasi baru dengan brand olahraga kenamaan Puma. Melalui kolaborasi tersebut, keduanya bertujuan untuk memberikan sumbangsih terhadap kemajuan kultur negaranya, khususnya dalam hal keterbukaan terhadap ide-ide baru.
Lantas, sudah sejauh mana usaha mereka untuk mencapai tujuannya? Kamis (19/7) lalu, kumparan berkesempatan untuk mewawancarai Maksim dan Dilyara secara eksklusif saat keduanya menyambangi Jakarta untuk mengenalkan koleksi terbarunya bersama Puma.
Bagaimana kalian mendeskripsikan kultur populer di Rusia?
ADVERTISEMENT
Maksim: Pertanyaan yang bagus. Subkultur dan kultur populer adalah topik yang sangat kontroversial, karena subkultur saat ini mulai berkembang dan menjadi bagian dari kultur populer. Kami sendiri tidak mengatakan bahwa kami berasal dari kultur populer, kami adalah bagian dari komunitas yang melawan propaganda yang saat ini terjadi di negara kami.
Kami tidak mengatakan bahwa kami anti terhadap kultur populer, berbagai brand terkenal adalah (bagian) dari subkultur. Kami juga berkolaborasi dengan Puma, jadi kami juga berbagi aundiens dengan mereka.
Di berbagai interview sebelumnya, kami hampir selalu mengatakan bahwa kami anti dengan kekerasan maupun propaganda buruk yang terkadang disampaikan melalui media-media besar di Rusia, karena Rusia adalah negara yang masih belum terlalu liberal. Itulah pesan utama kami.
ADVERTISEMENT
Apakah kalian mendefinisikan diri sebagai sebuah subkultur?
Maksim: Hahahaha. Kami bukan sebuah subkultur karena kami brand dan komunitas kami masih cukup kecil. Karena itu, mungkin beberapa orang menyebut kami sebagai sebuah subkultur, tetapi kami tidak berani untuk menyebut hal itu, karena menurut kami subkultur masih terlalu besar. Kami memang tumbuh semakin besar, tapi kami tidak mau memikirkan diri kami sebagai sebuah subkultur, mungkin iya suatu hari nanti.
Berbicara tentang kultur di Rusia sendiri, kami rasa kulturnya sudah terbangun. Hanya pertanyaannya adalah, kultur yang mana yang dimaksud? Apakah sudah cukup terbuka kepada dunia? Di kota-kota besarnya mungkin iya, tapi di luar Moskow, beberapa daerah masih terisolasi. Itulah mengapa kami mencoba untuk melawan hal tersebut dan mematahkan isolasinya dengan cara memberi tahu anak muda tentang topik alternatif, seperti minoritas, dan berbagai topik yang tak didukung oleh pemerintah Rusia.
Outlaw Moscow (Foto: Dok. Cohn & Wolfe)
zoom-in-whitePerbesar
Outlaw Moscow (Foto: Dok. Cohn & Wolfe)
Kalian juga punya proyek di luar fashion, boleh diceritakan?
ADVERTISEMENT
Dilyara: Kami coba untuk tidak hanya terkonsentrasi dalam fashion, jadi kami juga buat beberapa film. Beberapa bulan lalu, kami membuka studio kreatif baru sebagai tempat untuk menghasilkan proyek dan kolaborasi yang lebih banyak.
'Outlaw 2' adalah salah satu film yang kami buat setelah kami memenangkan kompetisi di London, dari Nick Knight, SHOWstudio. Kami membuat film bersama Nick Knight melalui Skype, Instagram, Email, lalu kami menayangkannya untuk pertama kali di Australia. Pengalaman yang sangat menarik.
Maksim: Dari situ, kami melihat Rusia yang sangat kontras. Sebagian sangat terlihat soviet, sebagian lagi masih sangat alami, sebagian lainnya lagi masih lekat dengan nuansa kerajaan. Kami ingin menunjukkan bahwa Rusia adalah tempat yang sangat beragam, yang notabene demikian, dan merangkumnya menjadi satu.
ADVERTISEMENT
Bagimana kolaborasi dengan Puma dimulai? Konsep desainnya seperti apa?
Dilyara: Petinggi dari Puma Select datang ke Moskow dan bertemu dengan sekitar tujuh desainer di sana, dan kami yang mereka pilih. Kami sangat senang. Ini adalah proyek terbesar yang pernah kami lakukan sejauh ini.
Maksim: Kami hanya mendesain apa yang kami suka. Dan ketika kami melakukan kampanye, syuting, dan hal lainnya, baru biasanya kami menyampaikan pesan di belakang desain tersebut.
Dengan Puma, kampanye kami menggunakan tema 'Diversity' dan kami melakukan syutingnya di Afrika, karena kami ingin mengambil model dengan latar belakang yang berbeda dan menempatkan mereka di situasi yang, mungkin, tidak biasa.
Kami juga ingin menunjukkan bahwa kita harus menghormati orang-orang dari daerah, kepercayaan, serta bahasa yang berbeda. Dan ini sangat penting karena di negara kami terkadang sangat terisolasi, jadi pesan yang ingin kami sampaikan melalui kampanye ini adalah tentang Rusia yang beragam.
Outlaw Moscow (Foto: Dok. Cohn & Wolfe)
zoom-in-whitePerbesar
Outlaw Moscow (Foto: Dok. Cohn & Wolfe)
Produk favorit kalian dari proyek kolaborasi ini?
ADVERTISEMENT
Dilyara: White Trailfox sneakers.
Maksim: Tas Backpacknya.
Mau dibawa ke mana brand ini dalam 5 tahun ke depan?
Pertanyaan yang bagus. Saya kira kami ingin lebih banyak melakukan proyek dalam skala global. Termasuk salah satunya di Asia, kami ingin benar-benar mengeksplorasi Asia lebih dalam. Kami berencana untuk membuat film Outlaw Expedition. Kami akan membawa orang-orang untuk melakukan ekspedisi di sebuah negara dan mengabadikannya dalam sebuah film.
Kesan kalian terhadap Jakarta?
Sangat sibuk keliatannya. Banyak kemacetan, hampir sama seperti di Moskow, ibu kota dengan jumlah kendaraan yang banyak. Sebenarnya kami belum melihat banyak, tapi sepertinya kota yang sangat dinamis. Itu yang kami suka dari Jakarta.