news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Zaim Saidi Jelaskan Kicauannya Soal Dokter dan Pemabuk

4 Agustus 2017 20:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin untuk anak. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin untuk anak. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Warganet, khususnya di Twitter, sempat dihebohkan dengan kicauan Zaim Saidi yang mengatakan membahas vaksin dengan dokter seperti membahas miras dengan pemabok. Sontak, tulisan yang dia unggah pada Kamis (3/8) kemarin menjadi perhatian warganet.
ADVERTISEMENT
Bahkan, PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menganggap tulisan Zaim sebagai pelecehan terhadap profesi dokter. Dihubungi kumparan (kumparan.com), pengamat kebijakan publik PIRAC ini menuturkan tulisan tersebut dia buat sebagai perhatian umum terhadap masalah vaksinasi yang berlangsung selama ini.
Menurutnya, masalah vaksinasi cukup kontroversi.
"Ada isu halal dan haram. Ada isu keamanan dan risiko. Ada isu efektifitas. Dalam ketiga isu itu belum terjawab tuntas. Ada pro dan kontra," kata Zaim saat dihubungi melalui pesan singkat, Jumat (4/8).
Maka dari itu, dia berpendapat vaksin tidak boleh diwajibkan, apalagi dipaksa. Menurutnya masyarakat memiliki hak untuk memilih untuk melakukan vaksinasi atau tidak terhadap anaknya dan itu harus dihargai.
"Dan masyarakat banyak punya pilihan. Kan isu pokoknya soal kesehatan masyarakat dan imunisasi. Jadi jalannya bukan cuma vaksinasi," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Dia pun kaget dengan respon dari PB IDI yang ditanggapi secara luar biasa. Menurutnya, PB IDI menanggapi tulisan dia dengan emosi, sehingga nalarnya menjadi tumpul.
"Mosok saya dibilang menyerupakan dokter sama pemabuk dan vaksin sama miras. Pada tidak bisa baca dan mengerti analog," tuturnya.
Dia mengatakan maksud dari analogi tersebut adalah relasi antara dokter dan vaksin serupa dengan relasi antara miras dan pemabuk. Sehingga jika membahas vaksin dengan dokter dengan yang berkepentingan, yaitu pihak pemakai, maka menjadi tidak netral.
"Serupa dengan bahas miras dengan pemakainya, yaitu pemabuk," ucapnya.
Dia juga mengaku melihat banyak masyarakat yang tidak setuju dengan adanya vaksinasi lewat media massa maupun media sosial.
"Isu halal haram sampai beredar pernyataan MUI yang intinya belum mengetahui dan meminta agar vaksin dipastikan halal," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Mereka (masyarakat dan dokter) juga harus paham masalah vaksin ini harus merupakan kebebasan masyarakat dalam memilih. Tidak boleh dipaksakan," tutupnya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada tanggapan PB IDI. kumparan sudah mencoba mengontak PB IDI namun belum ada respons.