Ibrahim Mochamad Bafagih, Nyaris Putus Asa Saat Merintis Fashion Muslim Tuneeca

Konten Media Partner
26 Februari 2021 23:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibrahim Mochamad Bafagih, owner brand fashion baju muslimah Tuneeca.(foto:dok).
zoom-in-whitePerbesar
Ibrahim Mochamad Bafagih, owner brand fashion baju muslimah Tuneeca.(foto:dok).
ADVERTISEMENT
BANDUNG - Banyak laki-laki menggeluti bisnis fashion perempuan, baik di tanah air maupun manca negara. Salah satunya, Ibrahim Mochamad Bafagih. Pemilik brand ternama fashion baju muslimah yang sudah punya nama di tanah air, Tuneeca.
ADVERTISEMENT
Pengusaha sukses asal kota tahu Kediri, Jawa Timur ini, berangkat bukan dari seorang desainer, ataupun pernah belajar di sekolah fashion. Namun memulai usahanya justru dari bisnis kerajinan kayu.
Semua itu berawal, ketika Ibrahim lulus SMA tahun 2001. Waktu itu, Baim, begitu panggilan Ibrahim Mochamad Bafagih, melanjutkan ke PTN teknik ternama di Kota Bandung.
Begitu lulus sarjana teknik tahun 2005, Ibrahim tidak pulang ke kota Kediri, namun tetap ingin menetap di Bandung. Padahal ijasah sarjananya punya peluang kerja cukup bagus, digunakan untuk melamar ke perusahaan-perusahaan perminyakan dan gas di Jakarta.
Salah satu model menggunakan rancangan baju brand Tuneeca.(dok).
"Udah terlanjur jatuh cinta sama Bandung, rasanya berat meninggalkan kota Bandung. Maka dari itu agar bisa tetap tinggal di Bandung, saya memilih berwirausaha, mengajak kawan-kawan kos," terangnya.
ADVERTISEMENT
Maka, pada tahun 2006, Ibrahim memulai usahanya. Yakni menjual kerajinan tangan. Untuk jualan, dibuatlah sebuah website untuk market di Indonesia.
3 bulan awal memulai bisnisnya, kerjanya hanya melototi komputer dan internet dari pagi sampai malam. Rutinitasnya, cek email, blast email, cari database, cari prospek yang mau ditawarin produknya.
Brand Tuneeca mempersembahkan pengalaman fashion bagi konsumen.(dok).
Namun sayang selama 3 bulan itu, tak ada satupun penawaran yang nyantol. Padahal, untuk melototin komputer dan dapat jaringan internet itu, Ibrahim melakukannya di tempat kosan teman, yang kebetulan rental internet dan komputer.
Meski demikian, Ibrahim tidak putus asa. Lalu mencoba peluang baru. Pertengahan tahun 2007, Baim melihat ada peluang untuk menjual kerajian miniatur alat musik ke luar negeri. Disitu mulai sedikit demi sedikit ada penjualan.
ADVERTISEMENT
Mulai Mencoba Usaha Baju Muslim Sambil terus menekuni jualan miniatur alat musik ke negeri Paman Sam dan Eropa, Baim mencoba merintis usaha baju muslim di pertengahan 2008.
Untuk itulah, Ibrahim mendirikan perusahaan bernama PT. Bina Fajar Estetika, yang memiliki brand fashion bernama Tuneeca.
Namun perjalanan awal rintisan usahanya itu tidak berjalan mulus. Awal 2009 badai datang. Usaha miniatur musiknya tidak berjalan dengan lancar. Karena sepi order, gara-garanya krisis global. Sedangkan usaha baju muslim juga masih merugi. Penjualannya jauh di bawah target tiap bulannya.
Padahal partner usaha bisnis muslimnya sudah diajak Ibrahim untuk hijrah ke Bandung, meninggalkan peluang kerja yang ada di jakarta.
Tidak hanya itu, partnernya itu juga mengalami kecelakaan, saat sedang mengurus produksi ke penjahit.
ADVERTISEMENT
Awal tahun 2009 benar-benar situasinya membuat Ibrahim nyaris ingin menyerah menjalani bisnisnya ini. Karena tidak ada pemasukan, usaha rugi, banyak saudara dekat dan teman-temannya yang menyayangkan keputusannya untuk tidak memilih kerja di oil dan gas seperti teman-temannya sekampusnya.
''Saya waktu itu benar-benar down,'' katanya singkat, sambil mengenang masa-masa itu.
Kemudian Ibrahim melakukan perenungan, kontemplasi. Apa dampaknya kalau menghentikan usaha yang sudah dirintisnya ini.
''Partner saya kecelakaan, udah jadi jobless pula karena dibujuk buat pindah ke Bandung, masak mau ninggalin dia seorang diri jadi jobless,'' katanya.
Tak hanya itu, Ibrahim masih juga ada persoalan setengah modal usaha yang berasal dari luar. ''Itu gimana pertanggung jawabannya kalau saya berhenti usaha dan memilih kerja?''
ADVERTISEMENT
Apa sih dampak2 positif kalau saya lanjut usaha?
Kemudian teringat artikel dan buku-buku Purdi Chandra yang sempat dibacanya. Bahwa dalam situasi kebimbangan seperti yang dialaminya itu, perlu dimunculkan keyakinan, bahwa walaupun sekarang kondisinya lagi susah, tapi suatu saat pasti berhasil.
''Waktu itu saya tidak ikut seminarnya Purdi. Karena tidak punya uang. Cukup baca dari artikel dan buku-bukunya saja,'' ujarnya.
Akhirnya setelah melakukan refleksi, Baim memutuskan untuk lanjut. Bisnisnya dibenahi sedikit demi sedikit, yang akhirnya ada hasil.
Saat ini bisnis baju muslimnya dengan brand Tuneeca sudah memasuki tahun ke-9. Produknya sudah melanglang buana ke luar negri dan punya banyak sekali reseller dari Sabang sampai Merauke yang menjual produk premium nya. Baim juga membuat usaha baru di bidang IT.
ADVERTISEMENT
Tuneeca, Gabungan Seni Fashion dan Teknologi Dia menyebutkan Tuneeca merupakan brand yang menggabungkan seni desain fashion dan teknologi. Dalam hal ini, seni desain yang menjadikan Tuneeca trendsetter di contemporary fashion di Indonesia.
Tak hanya itu, sentuhan teknologi yang mampu meningkatkan proses dan kualitas, serta memudahkan konsumen merasakan pengalaman berfashion.
" Jadi, dua gabungan ini muncul dari dua partner saya yang masing-masing ahli di bidangnya, satu ahli di desainer satu lagi di ahli IT, sedangkan saya mempunyai keahlian dalam mengelola sumber daya, serta mengembangkannya," terangnya.
Menjalankan bisnis fashion muslimah tidak semulus yang dibayangkan, sebab Ibrahim sering kali merasakan naik turun dalam berbisnis. Dia menyebutkan bahwa mulai dari awal mulai bahkan sampai saat ini setiap proses selalu ada tantangan.
ADVERTISEMENT
" Contoh saat setahun pertama mengawali Tuneeca tahun 2009 sempat menyerah untuk tutup. Tetapi akhirnya kenal dengan TDA, belajar banyak bagaimana memulai usaha, dari situlah baru mulai bangkit," katanya.
Ibrahim: Mengerti akan kebutuhan konsumen merupakan hal penting dalam mengembangkan produk dan layanan.(dok).
Banyak manfaat diperoleh, diantaranya belajar banyak tentang mengembangkan perusahaan, menemukan mentor, menemukan banyak kawan untuk berjaring bisnis.
Banyak tantangan yang dihadapi mulai dari tantangan pajak hingga mengalami denda pajak. Namun, dari hal ini dia mulai banyak belajar dan tertib membayar pajak hingga mendapatkan penghargaan.
" Jadi, di tahun 2016 ikut tax amnesti, pernah juga mengalami denda, tapi belajar dari situ, akhirnya saat ini laporan tertib dengan pajak. bahkan dua kali berturut-turut mendapat penghargaan dari kantor Pajak Cibeunying Bandung," terangnya.
Menurutnya, ada satu pelajaran cukup penting dari semua tantangan-tantangan tersebut yaitu konsumen. Sebab, konsumen yang membuat semangat untuk tetap berkarya meskipun banyak rintangan.
ADVERTISEMENT
"Rintangan akan selalu ada, saya sangat menyukai inovasi, banyak sekali inovasi baru yang saya hadirkan ke konsumen, yang terakhir adalah signature.tuneeca.com disini customer bebas mendesain bajunya seperti apa, dan ukurannya disesuaikan dengan bentuk tubuhnya. 30 hari kerja kemudian baju tersebut sudah terkirim di rumah mereka,"paparnya.
Rencananya untuk mengembangkan bisnis, dia akan banyak melakukan inovasi tidak hanya sekedar menjual produk, tetapi lebih berfokus memberikan pengalaman fashion bagi konsumen. ''Sebab, mengerti akan kebutuhan konsumen merupakan hal penting dalam mengembangkan produk dan layanan,'' pungkasnya.