Kisah Mirawati, Pemilik 6 Cabang Optik Kayu Manis

Konten Media Partner
29 April 2021 15:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mirawati. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Mirawati. Foto: dok
ADVERTISEMENT
BOGOR - Mirawati merupakan pemilik retail Optik Kayu Manis yang mulai menekuni bisnis sejak duduk di bangku kuliah semester 3. Dia berjualan kacamata dari rumah ke rumah.
ADVERTISEMENT
Mira mengatakan, menekuni bisnis optik kacamata lantaran sesuai dengan jurusan kuliah yang ditempuhnya di Akademi Refraksi Optisi, yang lulusannya merupakan tenaga kesehatan di bidang pemeriksaan mata dan pembuatan kacamata.
"Mulai serius usaha optik tahun 2005. Awal saya modal Rp 1,7 juta yang merupakan gabungan dari pemberian ibu dan ibu mertua tanpa pernah ada suntikan dana dari investor atau lembaga manapun," ujarnya.
Optik Kayu Manis. Foto: dok
Mira menyebutkan, dengan uang tersebut sudah bisa membeli beberapa frame dan membuat satu etalase kecil yang ditempatkan di teras rumah.
"Saya sudah bekerja sama dengan Puskesmas dimana saya sebagai seorang tenaga kesehatan dengan nama Refraksionis Optisien diperkenankan menjual kacamata kepada pasien," katanya.
Sementara itu, Mira memilih bekerja sama dengan Puskesmas karena pelayanan pemeriksaan mata atau refraksi belum menjangkau seluruh kalangan masyarakat, karena kacamata masih dianggap barang mahal oleh sebagian masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Orang masih mengabaikan pentingnya koreksi mata menggunakan kacamata jika penglihatannya terganggu yang diakibatkan oleh kelainan refraksi," terangnya.
Saat ini, Mira telah mempunyai 6 cabang optik. Rencananya, dia ingin memiliki Optik Kayu Manis di setiap kota di Indonesia.
Tips bisnisnya adalah jujur, memahami kebutuhan pasien atau customer, dan memperluas networking atau jaringan. "Kepuasan pelanggan akan menjadi iklan berjalan untuk mendatangkan pelanggan baru. Cari satu orang yang bisa mempengaruhi satu kelompok, jaga dan rawat karena merekalah sumber yang akan mendatangkan customer baru kita," sebutnya.
Mira merupakan member Komunitas Tangan Di Atas (TDA) sejak tahun 2013.
Dia mengaku banyak manfaat yang diperoleh dari TDA, yaitu TDA dapat merubahnya dari pedagang menjadi pebisnis. "Kalau pedagang, jika owner sakit atau tidak bekerja, pemasukan tidak ada. Setelah saya menjadi pebisnis, bisnis bisa berjalan tanpa kehadiran saya dan saya bisa membuat bisnis yang lain. Selain itu, saya bisa menyalurkan hobby backpacker," katanya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, baginya TDA adalah sekolah bisnis pertama. Sebab sebelumnya, dia merupakan ibu rumah tangga gaptek yang kosong ilmu. Namun setelah bergabung dengan TDA, banyak ilmu bisnis yang dia peroleh.