news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wijdan, Pemilik We Stay Guesthouse yang Kerap Manfaatkan Rumah Kosong

Konten Media Partner
2 Februari 2021 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wijdan Nandiwardhana. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Wijdan Nandiwardhana. Foto: dok
ADVERTISEMENT
YOGYAKARTA - Di mata Wijdan Nandiwardhana, rumah kosong adalah peluang emas. Pengusaha 28 tahun ini, sukses menyulap rumah kosong menjadi tempat penginapan dengan brand We Stay Guesthouse. Hal tersebut dia lakukan sejak tahun 2011 lalu.
ADVERTISEMENT
Ardhan, sapaan akrabnya, menceritakan jika bisnis We Stay Guesthouse berawal dari rumah kosong milik pamannya. Akhirnya, dia gunakan untuk bisnis tempat penginapan.
"Saya dipasrahi untuk mengurus rumahnya. Waktu itu belum serius mau gimana konsep ke depan bingung. Akhirnya saya coba untuk buka homestay dan saya tawarkan melalui situs online," jelasnya.
We Stay Guesthouse. Foto: dok
Di tahun 2013, Ardhan mulai serius mengerjakan bisnis tempat penginapan tersebut. Dia membuat website. Dia juga mengajak salah seorang temannya untuk mengelola website tersebut.
"Saya ajak teman namanya Sutopo yang ahli dalam marketing online untuk mengerjakan website lebih maksimal. Sekarang kami sudah punya akun Instagram @homestay_jogja. Waktu itu banyak teman saya yang tau saya sedang mengembangkan bisnis akhirnya banyak yang menawarkan rumah kosong untuk homestay," bebernya.
ADVERTISEMENT
Terlebih, Yogyakarta menjadi salah satu ikon wisata yang tidak pernah sepi pengunjung. Baik wisatawan mancanegara maupun domestik.
Soal publikasi, dia gencar melakukan promosi untuk menarik konsumen melalui website homestaydijogja.net, hingga permintaan konsumen tidak bisa ditampung alias penuh penyewa.
"Di tahun 2014, hunian homestay yang kami kelola berkembang sangat pesat. Bahkan pengunjung tidak hanya datang pada liburan panjang tetapi di akhir pekan juga sering penuh," terangnya.
Namun di tengah pandemi seperti sekarang, bisnis Ardhan mengalami penurunan omzet yang signifikan. Dia juga terpaksa mengurangi jumlah karyawan dari 24 orang menjadi 15 orang.
"Akan tetapi saya yakin ketika semua sudah kembali normal bisnis ini akan kembali on the track seperti sebelum corona melanda," harapnya.
ADVERTISEMENT
Rencananya, untuk mengembangkan bisnisnya, Ardhan akan fokus pada perbaikan pelayanan dan kualitas. Juga memperkuat sisi digital marketing.
"Sebaik apapun produk apabila marketing kurang maksimal maka omzet pun juga tidak maksimal. Sehingga fokus kami saat ini pasca recovery corona adalah fokus di service dan digital marketing," jelasnya.
Ardhan menegaskan, bisnis adalah sebuah seni. "Kenapa disebut seni? karena menurut saya pengusaha yang sukses bukan hanya omzet tetapi bagaimana menguasai ombak," ujarnya.
"Karena semakin kita menguasai ombak, maka kita bisa tetap fokus pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan tidak mudah menyerah," imbuhnya.
Ardhan merupakan member komunitas Tangan Di Atas (TDA) wilayah Yogyakarta sejak tahun 2012. Dia mengaku banyak manfaat yang diperoleh selama menjadi member, yakni menambah semangat, menambah koneksi, dan menambah pengetahuan.
ADVERTISEMENT
"Yang jelas atmosfernya berbeda sering kumpul dengan pengusaha jadi menambah semangat," jelasnya.