Dahlan Iskan dan Jurnalistik di Tengah COVID19

Lathifah Azzahra
Mahasiswi Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu Budaya, Departemen Bahasa dan Sastra Inggris
Konten dari Pengguna
10 Desember 2020 6:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lathifah Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dahlan dilahirkan di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 17 Agustus 1951 bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia ke-6. Sebetulnya itu bukan tanggal lahir yang sebenarnya. Orangtuanya lupa dengan tanggal lahirnya sehingga ia memilih tanggal tersebut sebagai tanggal lahir.
ADVERTISEMENT
Karirnya yang paling dikenal orang adalah selama ia diserahi amanah untuk memimpin harian Jawa Pos. Di era kepemimpinannya, Jawa Pos yang hampir mati pun mendapatkan nafasnya kembali. Awalnya penjualan Jawa Pos hanya 6.000 eksemplar, namun dalam jangka waktu 5 tahun, penjualan Jawa Pos meningkat hingga 500.000 eksemplar. Karena kesungguhannya untuk membesarkan Jawa Pos, selang 5 tahun berdirilah Jawa Pos News Network atau lebih dikenal dengan JPNN yang merupakan salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia dengan 134 surat kabar, majalah, dan tabloid serta sekitar 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia.
Kebersamaannya dengan Jawa Pos harus berakhir pada 2018 karena konflik internal. Dahlan pun keluar dan ia tidak mempunyai media apapun untuk menulis lagi. Ia seolah benar – benar memutus hubungan dengan koran yang telah diasuhnya hingga besar tersebut. Namun nampaknya ia tidak ditakdirkan untuk berhenti dari dunia jurnalistik. Mantan anak buahnya, Joko Irianto rela membuatkannya blog. Tanpa dibayar. Dan blog itu pun diberi nama DI’s Way. Nampaknya jiwa penulis telah melekat dalam diri Dahlan sehingga membuatnya bisa menulis setiap hari untuk mengisi blog tersebut. Pada perilisan awal artikel di DI’s Way, artikel tersebut sempat tidak bisa dibuka akibat banyaknya orang yang membukanya. Ya, mereka adalah pembaca setia Jawa Pos yang merasa kehilangan Dahlan Iskan saat dia pergi.
ADVERTISEMENT
Dahlan Iskan mengatakan pada acara Safari Jurnalistik, saat ini jurnalistik berkembang sangat pesat, seiring berkembangnya teknologi dan juga dengan kehadiran platform lain yang semakin banyak sehingga mau tidak mau kita harus tampil kreatif dan inovatif. "Tentunya, salah satu kunci untuk tetap bertahan adalah dengan mengikuti kemajuan dunia digital,”ujarnya.
Menurut Dahlan, hal yang paling utama menghadapi digitalisasi saat ini adalah "melakukan yang harus dilakukan, tanpa keraguan atau ketakutan akan kegagalan,".
Dahlan Iskan menambahkan keberanian dalam melakukan apa yang harus dilakukan tentunya adalah kunci utama untuk melakukan suatu perubahan demi menghadapi revolusi digital yang kapan saja bisa membuat industri media roboh.
Saat ini pelaku industri media massa harus melakukan digitalisasi yang mendobrak perubahan, namun tidak melanggar kode etik dan kaidah-kaidah jurnalistik yang ada. Namun hal ini tetap tidak menjamin masa depan industri media karena sangat sulit untuk diramalkan, terlebih saat ini di tengah pandemi yang melanda bangsa kita. Namun seperti yang Dahlan ucapkan sebelumnya, yang terpenting adalah keberanian untuk berubah dan rasa tidak takut akan kegagalan.
ADVERTISEMENT
Seolah membuktikan kalimatnya tempo hari, Dahlan terus berkarya. Pandemi seolah tak menyurutkan semangatnya dan menghalangi langkahnya. Ia meluncurkan Harian DI’s Way yang mulai terbit dan beredar Juli 2020 lalu. Ia menulis dalam Harian DI’s Way versi website halaman pertama :
“Menerbitkan Harian DI's Way ini adalah cara saya berterima kasih kepada jurnalistik. Saya harus mempertahankan jurnalistik. Meski tidak lagi mudah.
Jurnalistik tidak boleh mati. Ia harus tetap hidup --dengan cara harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Yang serba mudah dan elektronik itu."
Barangkali menjadi jurnalis sudah menjadi nafas bagi Dahlan sehingga ia tidak akan melepas hal yang sudah melekat jadi brand untuk dirinya tersebut walau ia pernah menjabat sebagai menteri BUMN. Menjadi penulis adalah harga mati yang tidak bisa ditawar, mungkin pada suatu kesempatan ia akan berkata seperti itu. Namanya akan harum sebagai begawan media, hal yang ia inginkan selama hidupnya.
ADVERTISEMENT