Musisi Jalanan, Pertunjukan Penghangat Perjalanan

Aang Afandi
Belajar tentang Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebijakan Publik
Konten dari Pengguna
16 Juli 2021 7:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aang Afandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Grup musik keroncong Stasiun Semarang Tawang, memberi kehangatan di kala malam (foto Aang Afandi)
zoom-in-whitePerbesar
Grup musik keroncong Stasiun Semarang Tawang, memberi kehangatan di kala malam (foto Aang Afandi)
ADVERTISEMENT
Tanpa sengaja. Kita dipertemukan di sudut – sudut kota dengan para musisi jalanan. Di stasiun, pedestrian yang luas, taman kota, sudut – sudut destinasi kota atau disepanjang area – area publik. Membawa kita untuk berhenti sejenak, berdiri, duduk di kursi tersedia, atau bahkan duduk di lantai pedestrian (klesetan), berlaku begitu saja. Mengikuti ritme perjalanan.
ADVERTISEMENT
Rasa kita terbawa, pada nuansa yang berbeda. Nyaman, sejuk dan damai. Ada hal yang sebenarnya lebih mudah membawa “rasa” ini. Karena kita sedang bepergian, bawaaan orang yang sedang bepergian cenderung untuk nyaman dan rileks, keluar dari rutinitas dan zona bosan. Kita juga tak terbebani banyak hal, sehingga barangkali kepekaan hati semakin mudah untuk disapa untuk dibelai.
Saat turun di Stasiun Semarang Tawang, kita mendengar Bel stasiun “Gambang Semarang” begitu jernih, detil, dengan volume suara yang Pas tanpa terganggu suara lainnya bagian dari Announcer Stasiun. Derit roda kereta dengan Bel lokomotif menambah keunikan, kita sedang berada di Semarang. Bangunan stasiun yang masih terjaga klasiknya, peninggalan era Belanda seakan kita dibawa pada reuni masa lalu dalam resapan kekinian.
ADVERTISEMENT
Sembari menunggu jemputan. Mencoba melangkahkan kaki di ruang tunggu depan stasiun, menemukan tahu bakso hangat dan teh panas pengahalau hawa dingin, walaupun malam ini tak dingin sekali, karakteristik pesisir. Tanpa terasa menemukan musisi Semarang dengan grup keroncongnya, lirik lagu Kemarin-nya Seventeen membawa pada nuansa yang beda, ada rintihan hati yang menyayat, padahal kita tak lagi sedih, kita tak lagi berduka, tetapi begitu saja… terbawa.
“Kemarin dunia terlihat sangat indah
Dan denganmu merasakan ini semua
Melewati hitam-putih hidup ini
Bersamamu
Bersamamu
Kini sendiri di sini
Mencarimu tak tahu di mana
Semoga tenang kau di sana
Selamanya…..”
Lagu berikutnya, lirik Bahasa Jawa. Tetap saja dengan irama yang melankolis “Banyu langit”, tetap saja membawa pada nuansa malam yang shahdu.
ADVERTISEMENT
“Janjine lungane ra nganti suwe suwe
Pamit esuk lungane ra nganti sore
Janjine lungo ra nganti semene suwene
Nganti kapan tak enteni sak tekane…”
Lagu - lagu ini seakan menjadi magnet membawa pada cerita lain, nostalgia tentang cinta, tentang rindu. Tak terasa teh panas yang ada di samping, telah mendingin. Namun hati ini jadi hangat, menemukan rasa yang berbeda dari perjalanan malam ini. Tatkala tiba di Stasiun Semarang Tawang.
Keroncong Semarangan di Lawang Sewu. (foto Aang Afandi)
Jelang siang. Usai menikmati bangunan Lawang Sewu, dengan detilnya. Lantai satu, lantai dua. Ubin masa lalu yang masih terawat, pintu – pintu kayu plitur coklat, seakan kompak pada posisinya masing masing, membentuk pola simetris beraturan. Tembok putih, kombinasi coklat dan kuning tua corak pastel, manis, sejuk, damai. Suasana sunyi Lawang Sewu seakan memberi banyak cerita, tentang masa lalu, memutar Kembali sejarah.
ADVERTISEMENT
Di tengah halaman Lawang Sewu, dibawah pohon nan rindang. Grup keroncong mulai perform dengan gaya yang sedikit berbeda. Kebetulan lagu – lagu yang disajikan dengan irama berbeda, Congdut, keroncong dangdut. Ritme yang lebih rampak dan mengajak badan ini untuk ikut goyang. Pengunjung yang datang rombongan pun tak segan ikut nyanyi dan joged bareng. Seakan menjadi pertunjukkan yang begitu asyiknya dinikmati.
Ada saja cara tuk menikmatinya (Foto Aang Afandi)
Jikalau kita coba lompat pada sisi cerita yang lain. Bagaimana kafe Menoewa menyajikan perform music live nya. Lagu – lagu populer, kekinian. Trisuaka dan Nabila Maharani, melantunkan lagu dengan apiknya. Muda belia, pilihan lagu kekinian, peralatan musik yang bagus, menghasilkan produksi musik yang apik dan jauh lebih bisa dinikmati. Gitar, keyboard, flute, dan drum digital.
ADVERTISEMENT
“Hoo woo aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku” (Hanya ingin kau tahu, Repvblik)
Suasana jogja jadi syahdu. Perjalanan ini tambah berkesan dengan cerita mereka berdua dalam pola lagu – lagunya yang apik. Dialog Nabila dan Tri suaka menambah kehangatan malam jogja. Barangkali pada case Nabila dan Tri Suaka ini tak menarik jika disejajarkan dengan yang lainnya, karena mereka memiliki banyak hal yang berbeda dengan lainnya.
Itulah gambaran street musician, musisi kota yang perform pada area – area publik kota. Di stasiun, taman – taman kota, atau pedestrian tertentu di sudut kota. Ada pula di Lorong menuju stasiun MRT, pada destinasi wisata tertentu semisal Lawang Sewu, Ancol. Mereka yang memberi warna Ketika kita makan di warteg, di kafe – kafe terbuka yang interaksi dengan space luar jadi lebih terbuka.
ADVERTISEMENT
Lantas apa yang mereka butuhkan.
Tempat atau space untuk tampil. Mereka mencari dan menemukan tempat – tempat yang ramai, yang cenderung menjadi alur pergerakan / mobilitas orang. Barangkali aka nada dilemma kepentingan, antara kebutuhan space yang kosong gar tidak mengganggu mobilitas dan space yang dibutuhkan untuk perform, inilah yang mesti ditemukan titik tengahnya. Bagaimana secara legal pengelola MRT menyediakan Ruang Music (kolaborasi dengan institut musik jalanan mewujudkan perform musisi jalanan di area MRT Jakarta), PT KAI memberikan space di area ruang tunggu stasiun, Pengelola Lawang Sewu menyediakan tempat. Begitu dengan jalan Malioboro, Nol Km Jogja, dan pengelola Kota Tua Batavia. Sehingga musisi jalanan lebih nyaman dan tidak khawatir dengan performnya.
ADVERTISEMENT
Support kemampuan. Dukungan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial sangat diperlukan. Kemampuan dalam olah music dan vokalnya, pilihan lagu yang tepat, dan mungkin penambahan alat music tertentu yang jadi memperkaya perform dan meningkatkan kualitas penampilannya. Bagaimana dengan tambahan flute, biola, atau alat musik lainnya, perform jadi berbeda. Berikutnya komunikasi apik dari MC perform jadi diperlukan, bagaimana MC sebagai wakil musisi jalanan, membangun komunikasi hanyat dengan pengunjung dengan penikmatnya. Interaksi hangat menjadikan suasana bartambah hangat. Kemampuan manajerial, seperti manajemen alat, manajemen panggung dan tata Kelola pertunjukkan sangat dibutuhkan meningkatkan kemampuan musisi jalanan ini.
Kolaborasi & Sinergi. Memberikan kesempatan musisi jalanan ini berinteraksi dengan musisi profesional, dengan kampus – kampus seni, dengan anak – anak muda. Akan menemukan hal baru, cara baru dan peluang – peluang baru. Tak hanya sekedar perform di area publik, namun bisa pula buat content kreatif untuk youtube atau lainnya. Dengan sinergi dan kolaborasi mampu melompat lebih tinggi. Apa yang dilakukan oleh Tri Suaka dan Nabila adalah bentuk proyek anak muda, dengan perlengkapan yang memadai. Kemampuan bermusik mereka tidak perlu dipertanyakan lagi, modal dasar vokal yang mumpuni, muda, cantik dan keren, menjadikan modal yang "layak jual" sebagai performer seni. Menemukan kafe yang tidaklah eksklusif namun lokasi yang sangat eksklusif, mudah menjangkau dan strategis. Mereka berbagi tugas. Mereka terdiri dari Musisi Jogja Project, Tri Suaka sebagai seorang musician, mubai official, menoewakopi yang kolaborasi dalam tagar musisijogjaproject, menyatukan visi tak semudah yang dibayangkan, beda konsep, beda cara bisa menimbulkan dilemma dan konflik. kapasitas untuk menyatukan perbedaan pendapat adalah bagian dari proses penyatuan visi.
Menikmati Angklung Carehal di sepanjang area Malioboro (Foto Aang Afandi)
Rasa & Nilai Muda. Teknologi kekinian, energi yang besar dan pengetahuan - pengetahun baru dimiliki oleh anak - anak muda atau mereka yang berjiwa muda. Kesempatan pelibatan mereka sangat diperlukan untuk menemukan langkah dan cara baru untuk mencipta kehangatan sebuah perjalanan, memberi kesan lebih bagi para pelancong, seperti halnya ketika para pelancong menemukan teh hangat yang penuh cita rasa.
ADVERTISEMENT