SETELAH KEMERDEKAAN INDONESIA ADA FATHU MAKKAH

Abdul Hamid Al-mansury
Alumni PP. Darul Ulum Banyuanyar Alumni IAI Tazkia Pengurus BPL PB HMI
Konten dari Pengguna
9 Juni 2018 0:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Hamid Al-mansury tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
SETELAH KEMERDEKAAN INDONESIA ADA FATHU MAKKAH
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tidak banyak masyarakat Indonesia mengetahui kalender hijriyahnya kemerdekaan bangsa Indonesia. Yang paling diingat tanggal 17 Agustus 1945 H dan dirayakan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya meskipun hanya sekedar pengibaran bendera merah-putih, lomba-lomba dan lain sebagainya, tanpa ada kontemplasi dan upaya untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang telah diraih. Kalau kita berkontemplasi lebih mendalam kita akan malu atas perjuangan pendahulu dan pahlawan kita, mereka bersusah payah dengan taruhan jiwa dan raga hanya demi satu kata. Merdeka.!
ADVERTISEMENT
Secara hitungan kalender hijriyah bangsa Indonesia telah mencapai kemerdekaannya 75 tahun silam, yakni pada hari Jum’at, 9 Ramadhan 1364-1439 H. Penetapan tanggal hijriyah tersebut tidak terlepas dari permintaan saran sang proklamator Ir. Soekarno kepada para ulama, diantaranya Abdoel Moekti dari Muhammadiyah dan K. H. Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama, menurut Mr. Achmad Soebardjo teks proklamasi yang didektikan oleh Bung Hatta kepada Bung Karno tepat pada saat sahur sekitar jam 03.00 yang kemudian taks proklamasi tersebut dibacakan pada jam 10.00 di kediaman Bung Karno Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Jadi, penetapan tanggal kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah sebuah kebetulan, tapi melalui proses perencanaan, usaha dan musyawarah yang matang.
Apa yang terjadi pada hari berikutnya pada tanggal 10 Ramadhan? Kita tarik jauh kebelakang, yaitu sejarah peradaban Islam. Pada tanggal 10 Ramadhan 8 H merupakan kemenangan ummat Islam dalam pembukaan Makkah. Pembukaan Makkah dalam bahasa arabnya adalah Fathu Makkah, artinya adalah proses pembukaan dari segala belunggu yang mengekang masyarakat Makkah seperti perbudakan, penindasan dan lain sebagainya. Lebih tepatnya lagi Fathu adalah Pembebasan. Menurut Muhammad Husain Haekal dalam bukunya Hayat Muhammad ia mencatat bahwa perencaan, usaha dan musyawarah dikalangan Nabi Muhammad SAW bersama ummat Islam waktu itu dilakukan secara matang, sehingga dalam proses pembebasan Makkah dilakukan dengan sempurna tanpa pertempuran besar-besaran.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad SAW berhenti di hulu kota Mekah, di hadapan Bukit Hind. Kemudian ia masuk ke dalam kemah lengkung itu, ia beristirahat dengan hati penuh rasa syukur kepada Tuhan, karena ia telah kembali dengan terhormat, dengan membawa kemenangan ke dalam kota, kota yang dulu telah mengganggunya, menyiksanya dan mengusirnya dari keluarga dan kampung halamannya.
Kemudian Nabi Muhammad SAW berdiri di depan pintu ka’bah, orang pun mulai berbondong-bondong. Ia berkhotbah di hadapan mereka itu serta membacakan firman Tuhan: "Wahai manusia. Kami menciptakan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Tetapi orang yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah orang yang paling takwa (menjaga diri dari kejahatan). Allah Maha mengetahui dan Maha mengerti." (Qur'an, 49: 13). Setelah itu Nabi Muhammd SAW memerintahkan kepada orang-orang Quraisy "Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!" Dengan ucapan itu maka kepada Quraisy dan seluruh penduduk Mekah ia telah memberikan pengampunan umum (amnesti).
ADVERTISEMENT
Alangkah indahnya pengampunan itu dikala ia mampu! Alangkah besarnya jiwa ini, jiwa yang telah melampaui segala kebesaran, melampaui segala rasa dengki dan dendam di hati! Jiwa yang telah dapat menjauhi segala perasaan duniawi, telah mencapai segala yang diatas kemampuan insani! Itu orang-orang Quraisy, yang sudah dikenal betul oleh Nabi Muhammad SAW, siapa-siapa mereka yang pernah berkomplot hendak membunuhnya, siapa-siapa yang telah menganiayanya dan menganiaya sahabat-sahabatnya dahulu, siapa-siapa yang memeranginya di Badr dan di Uhud, siapa yang dahulu mengepungnya dalam perang Khandaq? Dan siapa-siapa yang telah menghasut orang-orang Arab semua supaya melawannya, dan siapa pula, kalau berhasil, yang akan membunuhnya, akan mencabiknya sampai berkeping-keping kapan saja kesempatan itu ada!? Mereka itu, orang-orang Quraisy itu sekarang dalam genggaman tangan Muhammad, berada di bawah telapak kakinya. Perintahnya akan segera dilaksanakan terhadap mereka itu. Nyawa mereka semua kini tergantung hanya di ujung bibirnya dan pada wewenangnya atas ribuan balatentara yang bersenjatakan lengkap, yang akan dapat mengikis habis Mekah dengan seluruh penduduknya dalam sekejap mata!
ADVERTISEMENT
Tetapi Muhammad, tetapi Nabi, tetapi Rasulullah, bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia! Dia bukan seorang tiran, bukan mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah memberi keringanan kepadanya dalam menghadapi musuh, dan dalam kemampuannya itu ia memberi pengampunan. Dengan itu, kepada seluruh dunia dan semua generasi ia telah memberi teladan tentang kebaikan dan keteguhan menepati janji, tentang kebebasan jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa pun!
Kita sadar bahwa masyarakat Indonesia beraneka ragam (bhinneka) tetapi kita telah dipersatukan (tunggal ika) dengan wadah Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI). Sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah mempersatukan atau mempersaudarakan penduduk Makkah dan Madinah kala itu.
Setelah tanggal 9 ada tanggal 10 Ramadhan. Artinya masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim diwajibkan mengisi kemerdekaan ini dengan mengambil pelajaran dari pembebasan Makkah dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Perlu diingat bahwa syarat utama tercapainya kemerdekaan adalah terbebasnya jiwa individu-individu masyarakat dari ego, sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah mencontohkannya. Pembebasan Makkah merupakan salah satu bentuk misi Nabi Muhammad dalam menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ’alamin). Rahmat bagi seluruh alam menurut Islam adalah terbentuknya masyarakat yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan universal (universal brotherhood), egaliter, demokratis, berkeadilan sosial (social justice), berakhlakul karimah, istiqomah melakukan perjuangan untuk membebaskan kaum tertindas (mustadh’afin), serta mampu mengelola dan menjaga keseimbangan alam.
ADVERTISEMENT
Abdul Hamid Al-Mansury
Kabid PA HMI Cabang Bogor