Polusi?Apa Itu...

Abdul Latif
Jurnalis Liputan Khusus Kumparan
Konten dari Pengguna
22 Agustus 2023 22:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Latif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polusi Jakarta itu udah bak makan sehari-hari bagi pekerja kantoran (kecuali ASN). Tiap hari kita dipaksa untuk menghirup polutan. Mau pergi bekerja, mau beli sabun di warung yang jaraknya hanya sejengkal, mau nongkrong, tetap saja tak bisa lepas dari polusi. Nasib, nasib.
ADVERTISEMENT
Pekerja seperti saya itu udah capek mengeluh, muak sama polusi. Apalagi mau tak mau harus pakai masker lagi. Males banget. Ya, tapi apa boleh buat, kami hanya bisa pasrah. Saya hanyalah pekerja kantor yang tetap kudu mangkat tiap hari supaya dapur tetap mengepul. Apakah pemerintah memikirkan pekerja seperti kita? tentu saja (tidak). Kalau memikirkan ya pasti langsung ambil tindakan entah bantuan berupa diskon membeli air purifire, bagi-bagi masker gratis, atau memperbaiki akses transportasi umum. Namun itu mustahil. Tidak semua orang mampu membeli alat cangih pembersih udara di ruangan tertutup itu. Masker tentu saja harus beli setiap dua hari sekali kalau ke lapangan terus. Untuk beli masker dan untuk tetap hidup polusi kita sikat aja.
ADVERTISEMENT
Kondisi polusi akibat PLTU, kenalpot kendaraan, perokok bego yang merokok di atas kendaraan, asap pembakaran sampah, sampai debu-debu jalanan terus saja terjadi. Memang kelompok bukan perkok seperti saya mah cuman bisa pasarah.
Jadi pada akhirnya mereka yang bisa mengurangi polusi ya yang punya duit. Kelompok kelas bawah ya sabar aja, sambil berdoa. Jangan harap ada bantuan, jangan harap bisa menghirup udara bersih.
Mungkin mulai balik kampung aja udah. Berkebun, sambil menambung untuk hari tua. Tapi kerjo opo mas ndek kampung?
hahahah..... curhatan pekerja tanggal tua. wusa.