Drama Commuter Line Warga Jabodetabek

Abdul Latif
Jurnalis Liputan Khusus Kumparan
Konten dari Pengguna
13 November 2017 18:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Latif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Drama Commuter Line Warga Jabodetabek
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian besar warga Jabodetabek, Kereta Rel Listrik (KRL) tak ubahnya Bus TransJakarta yang dinikmati warga Ibu Kota. Dicerca, dihujat, tapi toh tetap menjadi makanan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Bukan KRL namanya jika saban hari tak diwarnai drama desak-desakan, berebut tempat duduk hingga gangguan sinyal yang berujung pada keterlambatan. Tak bisa dipungkiri, KRL tetap menjadi makanan utama.
Setidaknya, hal ini yang dialami oleh Nabila (21), mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Depok, Jawa Barat. Tak hanya berdesak-desakan hingga mengalami gangguan sinyal, Nabila bahkan mengaku pernah mengalami pelecehan seksual. Kejadian ini dialami Nabila bulan Mei lalu saat hendak pulang dari Depok ke daerah Manggarai.
“Waktu itu ada satu bangku kosong, temenku duduk tuh. Aku duduk di seberang bangku temenku. Nah, sebelahnya tuh ada bapak-bapak dia duduk juga. Habis itu dia kayak megang bawah ketiakku. Awalnya dikira kesenggol dong, tapi lama-lama kaya gerak dan itu berkali-kali,” cerita Nabila kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (10/11).
ADVERTISEMENT
Ternyata, bukan hanya Nabila yang mengalami pelecehan di dalam gerbong kereta. Ia pernah merasakan “digesek” oleh laki-laki. Ketika itu keadaan gerbong sangat penuh dan sesak.
“Dari belakang tuh kaya gerak-gerak terus nempel gitu. Suara dia juga kaya berat gitu nafasnya. Aku takut kan, cowok sebelah aku juga udah sadar gitu, tapi karena memang gabis gerak penuh banget,” kata Bella sebutan akrabnya yang bertempat tinggal di bilangan Bekasi itu.
Menurut data PT KAI Commuter Jabodetabek, sebanyak 1.050.000 penumpang menggunakan jasa KRL tiap harinya. Pasalnya, jumlah penguna KRL tidak sebanding dengan jumlah gerbong dan armada yang disediakan KRL. Akibatnya, desak-desakan penumpang di jam-jam sibuk atau rush-hour (jam berangkat kantor pada pagi hari dan jam pulang kantor pada sore hari).
ADVERTISEMENT
Masalah kedua yang sering ditemui oleh para pengguna KRL adalah Tempat Duduk Prioritas (TDP), TDP turut disoroti akibat kurangnya kesadaran pengguna terhadap TDP, terlebih lagi mencuatnya kasus krisis moral yang diposting melalui akun Line Ahadipradana.
Pemilik akun Line Ahadipradana menceritakan bahwa dirinya berusaha menegur seorang gadis yang duduk di TDP untuk berpindah tempat, agar kakek yang berdiri di samping gadis tersebut dapat duduk di TDP. Namun, gadis tersebut menunjukkan respons yang tidak baik.
Bahkan tidak mau berpindah tempat duduk. Tidak hanya itu, masih banyak kasus krisis moral terhadap kurangnya kesadaran TDP. Pelakunya pun hanya sekedar menjadi bulan-bulanan nitzen saja, tidak ada sanksi denda maupun hukuman yang dapat mejeratnya.
ADVERTISEMENT
Selain dari permasalahan tersebut, adanya gangguan sinyal dari stasiun pusat yang menyebabkan berhentinya KRL di tengah perjalanan. Akibatnya jadwal kereta akan mengalami keterlambatan dari jadwal yang sudah ditentukan.
Drama Commuter Line Warga Jabodetabek (1)
zoom-in-whitePerbesar
Seakan terlihat ketidaksiapan PT.KCI dalam menghadapi membludaknya penumpang serta adanya peningkatan pelayanan dari pihaknya. Humas PT KCI Eva Chairunisa menanggapi rangkaian masalah yang dihadapi pengguna commuter line.
“Kalau soal bicara desak-desakkan di dalam angkutan public KRL, khususnya pagi hari saya rasa itu sebenarnya hal yang biasa ya. Untuk angkutan pabrik berbasis rel massal karena memang kapasitas angkutnya banyak apalagi saat ini tren peningkatan volume penumpang sendiri itu sangat pesat,” kata Eva saat ditemui kumparan Senin, (5/11).
Pihak KRL menuturkan saat ini sudah sampai pada 1 juta penumpang per hari. Untuk itu, kondisinya jika bicara desak-desakan di luar pun seperti itu karena commuter merupakan satu kelompok masyarakat yang berkumpul pada waktu yang sama, melakukan aktifitas dijam yang sama. Sehingga kondisinya pasti penuh.
ADVERTISEMENT
Eva pun menambahkan dalam kondisi seperti ini, yang dilakukan jika kondisinya dibatasi artinya penumpang tidak boleh naik lagi, itu tidak mungkin.
“Karena kan ini bukan KRL jarak jauh yang ada nomer tempat duduknya. Sehingga yang kami lakukan dari sisi pengamanan petugas-petugas yang diperon mereka akan memberikan himbauan penumpang untuk tidak memaksakan diri apabila kondisi keretanya sudah sangat padat,” katanya lagi.
Di sisi lain, Ketua Forum Transportasi Perkeretapian (FPA) Aditya Dwi Laksana menilai sebenarnya sudah ada peningkatan kualitas dari sisi layanan dan kapasitas daya angkut KRL, hal ini dapat dilihat dari beberapa tahun terakhir.
“Selama 4 tahun terakhir KRL Commuter Line telah semakin diminati dan menjadi andalan dalam bermobilitasi masyarakat Jabodetabek sebagai dampak dari peningkatan kualitas pelayanan dan kapasitas angkutnya. KRL menjadi andalan mobilitas terutama sebagai tulang punggung transportasi masyarakat dari wilayah sub urban ke urban,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan peningkatan kapasitas angkut tercermin dari kenaikan signifikan pengguna KRL mennurut data PT Kereta Commuter Indonesia (KCI):
1. 2013: 157 juta penumpang pertahun dan rata-rata harian 431 ribu penumpang
2. 2016: 280 juta penumpang per tahun dan rata-rata harian 833 ribu penumpang
3. 2017: sempat mencapai 1 juta penumpang per hari.
Peningkatan kapasitas angkutan ini disebabkan oleh penambahan dan peremajaan sarana KRL, peningkatan frekuensi perjalanan KRL dan penambahan panjang rangkaian KRL dari 8 kereta menjadi 10-12 kereta. Jumlah perjalanan KRL meningkat dari 565 perjalanan di tahun 2013 menjadi 918 perjalanan di tahun 2017.
Namun, KRL masih menghadapi kendala dan perbaikan terus menerus, terutama dalam hal ketepatan waktu, kelancaran perjalanan, keterpaduan moda, serta penambahan kapasitas angkut.
ADVERTISEMENT
Hal ini disebabkan karena dua hal utama: jalur KA yang digunakan oleh KRL masih digunakan bersamaan dengan KA Jarak Jauh dan masih banyaknya perlintasan sebidang dengan jalan raya.
Kedua hal tersebut tidak dijumpai di sistem transportasi perkotaan berbasis rel di kota-kota metropolitan di negara lain, yang selalu memiliki jalur yang eksklusif misalnya jalur melayang atau bawah tanah dan jalurnya tidak digunakan bersamaan dengan jenis kereta yang lain.
Oleh karena itu, untuk merevitalisasi KRL Jabodetabek, pemerintah baik pusat maupun daerah perlu untuk melakukan pembangunan infrastruktur yang tujuannya untuk membuat jalur tersendiri untuk KRL Jabodetabek yang terpisah dengan KA Jarak Jauh.
“Sementara dari sisi operator KRL harus selalu menjaga dan meningkatkan keandalan sarana, melakukan peremajaan sarana secara berkesinambungan dan meningkatkan aspek keselataman dan keamanan perjalanan KRL,” tutup Aditya.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga disadari oleh Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono. Bambang mengaku banyak masukan dari masyarakat bahwa sekarang penumpang KRL itu meningkat pesat sehingga BPTJ perlu mengevaluasi dan memberi masukan kepada PT. KAI.
Drama Commuter Line Warga Jabodetabek (2)
zoom-in-whitePerbesar
“Kinerja dari BPJT ini sangat menentukan tingkat kepuasaan masyarakat kalau masyarakat tidak puas berarti BPTJ gagal. Itu adalah salah satu performa indikator kita, memang saat ini belum diterapkan karena kita kan memang dari point ke point,” ujar Bambang saat ditemui di kantornya di bilangan Jakarta Selatan.
BPJT bahkan memiliki strategi baru untuk menghadapi lonjakan penumpang. Strategi ini akan ditargetkan terealisasi di akhir 2019.
“Kami akan membangun rel kereta khusus penumpang, kita angkat keaatas circle. Sekarang BPTJ lagi membuat desainnya. Kalo itu sudah jadi jaraknya bisa tiga menit dan bisa meningkatkan dua juta penumpang gerbongnya pun akan di tambah. Desak-desakan berkurang, itu target 2019,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
BPTJ juga meningkatkan layanan point to point dan akan membuka trans layanan jabotabek premium dari Bekasi-Senayan. Harapannya bagi penumpang menengah keatas yang selama ini berdesak-desakkan bisa menggunakan itu.
“Itu usaha usaha pemerintah. Menangani masalah ini tuh bukan linear kalo desak-desakan kita bikin agar tidak desak desakan. Kita gak gitu, jadi kita beri transportasi yang lain jadi tidak linear,” tambahnya.
Bambang pun mengapresiasikan pelayanan dari KRL dilihat dari peningkatan penumpangnya.
“Begitu berdesakan berarti ya bagus. Pelayanannya bagus, bisa mengantar tepat waktunya, kecepatannya. Sekarang pindah ke kereta api semua. Jadi bentuk ketidak nyaman dari berdesak desakan adalah bukti kesuksesan dari pada KAI. Justru yang belum sukses adalah di darat. Dan itu tugas BPTJ untuk mengatur itu semua,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
Abdul Latif | Yuana Fatwalloh | Adinda Githa | Adisty Putri Utami