Reuni 212 dan Pentingnya Jam Terbang Liputan

Abdul Latif
Jurnalis Liputan Khusus Kumparan
Konten dari Pengguna
3 Desember 2017 21:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Latif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pagi itu tepat (2/12), aku ditugasi untuk meliput area Monas sejak pukul 06.00 pagi. Hari itu begitu bersejarah bagiku, karena setahun yang lalu aku hanya menonton aksi itu di televisi milik nenekku.
ADVERTISEMENT
Namun siapa tahu nasib orang, kini aku menjadi bagian dari aksi bersejarah itu. Entah baik atau buruk, aku tidak mau mempermasalahkan. Kali ini aku menjadi seorang jurnalis di antara jutaan orang dalam #Aksi212.
Sesaat setelah aku sampai, terlihat orang-orang berjalan dan bersorak.
“Takbir!" Seru salah seorang anggota FPI
“Allahuakbar,” balas dari setiap telinga yang mendengarnya.
Begitu seterusnya, sambil membawa bendera Indonesia, dan bendera hitam bertuliskan kaligrafi “Tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah Utusan Allah SWT.”
Pagi itu cuaca cukup mendukung, tak seperti hari-hari sebelumnya yang sering kali diguyur hujan. Lapangan Medan merdeka penuh dengan warna putih. Mulai dari pedagang, peserta, aparat kepolisian, Satpol PP, hingga mobil medis, lengkap di ujung ujung area lapangan Medan merdeka, atau yang sering kita sebut lapangan Monas.
ADVERTISEMENT
Menuju panggung susah sekali, karena memang lokasi ini telah dipadati sejak pukul 04.00 pagi. Jadi aku mencoba berjalan fokus untuk melewati tiap sela-sela jutaan manusia tersebut. Di waktu yang sama kantor meminta informasi berupa foto, video, dan laporan pantauan secepat mungkin.
Keringat mulai bercucuran di kening, kedua tangan menggenggam dua buah smartphone berukuran 5,5 inci. Baiklah bagaimanapun aku sadar bahwa media online adalah kecepatan. Akhirnya skill kedua tangan ini mampu bekerja di waktu yang sama layaknya pesulap expert mempermainkan mata kita.
Semuanya baik-baik saja, sampai pada akhirnya sesuatu hal yang tak pernah aku duga sebelumnya terjadi. Sinyal operator mulai tak karuan, semua hasil foto, video dan laporan pantauanku gagal terkirim alias pending.
ADVERTISEMENT
Hal ini benar-benar menjengkelkan. Sinar matahari yang semakin panas, aku masih terus kekeh menekan ‘retry sending’ berkali kali di WhatsApp. Namun hasilnya tetap saja nihil, sementara teman-teman lain berhasil mengirim laporan secara cepat dan lancar.
Setidaknya doa-doa yang dikumandangkan memberi kesejukan. Aku berusaha tenang dan berfikir sejenak di kerumunan peserta. Menjauh dari kerumunan panggung mencari beberapa hal menarik dan yang pasti harapan sinyal yang lebih baik.
Alhamdullilah, meski aku terlambat laporan, meski beberapa atasan kantor mengirimkan pesan di WhatsApp berkali-kali menanyakan laporan dan mana hasilku pada pagi itu, akhirnya aku memberikan beberapa laporan dengan lancar. Mulai dari tokoh, kontribusi tim media dalam acara tersebut, petugas kebersihan, dan pedagang berhasil aku laporkan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu aku harus jujur bawa laporanku pada hari itu jelek. Pertama aku kurang persiapan terhadap situasi-situasi yang akan terjadi dan bagaimana menyampaikan laporan secara lebih cepat.
Pengalaman ini akan menjadi pelajaran yang berarti dan semoga ke depan aku lebih baik lagi dalam pelaporan informasi.
Terima kasih untuk para redaktur yang telah mengkoreksi hasil laporanku pada #Aksi212. Terima kasih banyak.