Belajar dari Merebaknya COVID-19 di Italia

BRORIVAI CENTER
Institute of Development Research and Social Response
Konten dari Pengguna
23 Maret 2020 22:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BRORIVAI CENTER tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Brorivai dalam kesempatan mengunjungi Roma 12/02/20, ketika isu covic-19 mulai merebak di beberapa kota (Foto Ist. BRC).
zoom-in-whitePerbesar
Brorivai dalam kesempatan mengunjungi Roma 12/02/20, ketika isu covic-19 mulai merebak di beberapa kota (Foto Ist. BRC).
ADVERTISEMENT
Kumparan.com, Jakarta - "Sebulan lalu, baru saja saya bertugas ke Italia dan menyempatkan berkunjung di beberapa kota antara lain Milan, Roma, Vinesia dan Brescia. Ketika itu, isu COVID-19 sudah mulai ramai diperbincangkan namun belum mengemuka sehingga saya pun masih sempat pesiar dan menikmati destinasi wisata menarik di negara itu", ungkap Dr. Abdul Rivai Ras (23/03/20).
ADVERTISEMENT
Menurut Rivai, rasanya tidak percaya kalau Italia kini mengalami musibah dahsyat dengan meluasnya wabah COVID-19 di hampir semua kota, dan sudah mengalami lockdown sejak dua pekan terakhir. Virus ini juga membuat ekonomi Italia macet. Bahkan konsensus di antara para ekonom memperkirakan bahwa ekonomi Roma tidak akan dapat lepas dari resesi pada tahun 2020 ini.
Peta persebaran Covid-19 di hampir semua pelosok dan kota di Italia 10/03/20 (Sumber: opendatadpc.maps.arcgis.com)
Perkembangan mutakhir, dalam mengatasi masalah keamanan global dan nasionalnya, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte meminta kepada Uni Eropa menggunakan dana penyelamatan bailout untuk mengurangi dampak gejolak ekonomi dari pandemi virus corona (COVID-19) menyusul meningkatnya jumlah kematian akibat corona di Negeri Pizza itu yang dinilai terbanyak di dunia, melampaui Tiongkok.
Nampaknya Italia sedang berjuang dan terus bergulat dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di Eropa itu. Korban tewas kini sudah mencapai 3.405 jiwa, dengan 41.000 lebih kasus, melampaui jumlah kasus kematian di Tiongkok yakni 3.253 jiwa.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan Indonesia?
Berdasarkan update data isu corona tertanggal 23 Maret, angka kasus corona di Indonesia terus meroket dan memicu adrenalin pemerintah untuk segera mengendalikan situasi nasional sejak kasus pertama diumumkannya oleh Presiden Jokowi pada 2 Maret 2020. Saat ini kasus positif COVID-19 telah mencapai 579 kasus, 49 meninggal, dan 30 yang dapat disembuhkan, sekalipun kasus ini menjadi tertinggi di Asia Tenggara.
"Saatnya pemerintah segera mengambil kebijakan komprehensif termasuk mendorong Indonesia untuk meningkatkan pola kerjasama dan koordinasi antar-negara dalam menghadapi wabah corona sebagai isu keamanan global", tegas pengajar Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia.
Lebih lanjut ia mengatakan suka atau tidak suka, saat ini kita sudah memasuki krisis global tahap pertama sehingga mengharuskan tindakan global yang konkrit dan menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Sejumlah pakar juga menganjurkan dalam mengatasi isu yang menerpa dunia ini, organisasi multilateral, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, seharusnya segera membentuk gugus tugas yang terdiri atas sejumlah ekonom (G20) dengan keahlian yang beragam dan memahami isu-isu kesehatan dan geopolitik, termasuk Indonesia untuk segera ikut serta dalam mendorong kerjasama internasional.
"Mari kita doakan agar pemerintah bersama rakyat dan masyarakat internasional terus bekerja optimal dan diberi kemudahan dalam aksi mengatasi kesulitan dan kedaruratan bangsa dan dunia ini", tutupnya.