Makna Pertemuan Jokowi-Probowo Bawa Kesejukan dan Kubur Polarisasi

BRORIVAI CENTER
Institute of Development Research and Social Response
Konten dari Pengguna
15 Juli 2019 6:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BRORIVAI CENTER tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertemuan dan makan siang bersama Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, Sabtu (13/7), (Foto - BRC dari Kompas.com)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan dan makan siang bersama Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, Sabtu (13/7), (Foto - BRC dari Kompas.com)
ADVERTISEMENT
Jakarta - Kumparan.com, Pasca pertemuan Jokowi-Prabowo Sabtu (13/7), menuai pro-kontra maupun tanggapan dari sejumlah partai yang mendukung dua calon presiden dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
Betapa tidak, pertemuan ini dinilai sebagai seolah-olah sudah mengakhiri konflik antara kubu cebong (pendukung Jokowi) dengan kampret (pendukung Prabowo) dan sekaligus mengubur adanya polarisasi politik yang tak dapat dikendalikan.
Pertemuan kedua tokoh ini juga dipandang sebagai contoh yang sangat menarik dalam dunia politik dan patut menjadi pembelajaran dalam sejarah berbangsa. Hal ini terungkap dalam diskusi bulanan bertajuk “Polarisasi Politik dan Arah Demokrasi” yang diselenggarakan kantor jaringan Riset dan Respons Brorivai Center (BRC) di Jakarta, Minggu (14/7).
Menurut Founder BRC, pertemuan ini sudah dinanti sejak lama oleh berbagai pihak, mengingat keduanya sudah bersaing cukup keras dalam Pilrpres 2019. Selain itu , adanya polarisasi politik yang tinggi di masyarakat selama ini akan mulai berkurang.
ADVERTISEMENT
“Masih segar dalam ingatan kita, saat warga terbelah ke dalam dua kutub yang berseberangan atas sebuah isu, kebijakan, atau ideologi, yang berpotensi mengancam dinamika politik Indonesia belakangan ini sebagai akibat polarisasi politik yang tidak terkendali”, kata Rivai.
Founder BRC, Dr. Abdul Rivai Ras (Foto BRC -Ist.)
Kecenderungan itu merupakan efek dari kampanye ketat dan tidak lagi bersahabat selama proses pemilihan presiden.
Ada kekhawatiran besar bahwa menguatnya polarisasi politik akan merusak kepercayaan (trust) di masyarakat. Sikap saling percaya yang merupakan elemen dasar dari modal sosial bagi demokrasi.
“Saya kira pertemuan Jokowi dan Prabowo dalam pertemuannya menjadi momentum kesejukan usai konstentasi politik. Pertemuan Jokowi dan Prabowo ini juga membawa harapan terhadap upaya untuk meredakan tensi perpecahan hingga ke akar rumput pasca-pilpres, termasuk menghentikan polarisasi politik,” tegas pengajar Kajian Ketahanan Nasional UI ini.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, Jokowi bertemu Prabowo di Stasiun MRT Lebak Bulus dan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Stasiun MRT Senayan untuk santap siang bersama di Fx Sudirman pada Sabtu kemarin.
“Makna lain pertemuan ini adalah dapat menjadikan Indonesia semakin kuat dan menunjukkan persatuan yang tangguh di tengah-tengah pusaran demokrasi dan arus globalisasi di mata masyarakat internasional", pungkasnya. (*)