Inilah Cara Bank Indonesia Tekan Inflasi dari Komoditas Bandeng di Sulsel

Abdul Salam Atjo
Penyuluh Perikanan, BRPBAPPP Maros
Konten dari Pengguna
23 Mei 2018 16:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Salam Atjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Inilah Cara Bank Indonesia Tekan Inflasi dari Komoditas Bandeng di Sulsel
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kantor perwakilan wilayah Bank Indonesia (BI) Sulawesi selatan bekerja sama dengan Dinas Perikanan Pinrang menyelenggarakan pelatihan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) bagi kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) dan penyuluh perikanan pada wilayah pengembangan klaster ikan bandeng di Pokdakan Rawa Subur Lapolo Balena desa Patobong kecamatan Mattiro Sompe dan Pokdakan Cempae desa Waetuo kecamatan Lanrisang.
ADVERTISEMENT
Kepala kantor perwakilan wilayah Bank Indonesia Sulawesi selatan, diwakili oleh manajer Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM (FPPU) Rachmad Ryanto ketika membuka pelatihan tersebut mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian dari program kerjasama antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemeritah Kabupaten Pinrang tentang Pengembangan Klaster Ikan Bandeng di Kabupaten Pinrang yang sudah dilaksanakan sejak April tahun 2017. Program tahun pertama kerjasama ini telah menyasar kegiatan dempond (percontohan) pengembangan ikan bandeng dengan memperkenalkan teknologi semi intensive kepada dua kelompok yakni Pokdakan Tadang Palie di kecamatan Suppa dan Pokdakan Sipulung di kecamatan Lanrisang.
Hasil pantauan BI ditemukan bahwa ikan bandeng merupakan salah satu komoditas volatile food yang paling mempengaruhi inflasi di Sulawesi Selatan termasuk dalam 5 tahun terakhir. Padat ahun 2016 inflasi Sulsel tercatat sebesar 2,94% (yoy) dengan sumbangan ikan bandeng mencapai 0,20% dengan frekuensi selama sembilan bulan. Oleh karena itu, Kegiatan pengembangan KlasterI kan Bandeng di Kabupaten Pinrang yang merupakan salah satu bentuk inisiasi bersama antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan dan pemkab Pinrang di harapkan dapat mendukung upaya stabilisasi harga di Sulawesi Selatan serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif berkualitas, dan bekesinambungan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera.
ADVERTISEMENT
Pelatihan CBIB yang berlangsung tanggal 23-25 Mei 2018 di aula Dinas Perikanan Pinrang diikuti oleh 30 orang peserta. Narasumber berasal dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar dengan materi antara lain Tehnik pemilihan lokasi budidaya ikan bandeng dan penerapan teknologi tradisionl plus, Biologi dan Habitat Ikan Bandeng serta Manajemen Pembesarannya, Pengenalan dan cara Penangggulangan Hama dan Penyakit Ikan Bandeng di Tambak. Narasumber lain dari perguruan tinggi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Prof. Hattah Fattah dengan materi antara lain Dinamika kelompok, penerapan CBIB dan pengenalan teknologi tradisional plus. Sedangkan narasumber dari Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi selatan dengan materi Tata Cara Memperoleh Sertifikat CBIB. Materi lainnya adalah Kebijakan Pembangunan Perikanan Budidaya di kabupaten Pinrang oleh Kepala Dinas perikanan Pinrang, Ir. H. Andi Budaya Hamid. Untuk membantu pembudidaya dalam prakiraan cuaca sebelum menebar benih maka hadir juga narasumber dari BMKG Wilayah IV Makassar . Selain mendapatkan teori para peserta diajak ke lapangan untuk mengenal kesesuaian kriteria CBIB di lokasi tambak percontohan Balai Perikanan Budidaya Air Payau yang ada di kecamatan Duampanua kabupaten Pinrang.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Perikanan Pinrang, Andi Budaya Hamid menyambut antusias atas realisasi dari kerjasama BI dengan Pemkab Pinrang. Menurut Andi Budaya, ikan bandeng saat ini menjadi komoditi andalan kabupaten Pinrang selain udang windu.
Sementara itu Prof. Hattah Fattah salah seorang narasumber dalam pelatihan tersebut menjelaskan tetantang peluang dan tantangan budidaya ikan bandeng. Menurut Hattah, ikan bandeng memiliki peluang pasar yang menjanjikan mengingat komoditas ini paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Demikian juga cara budidayanya tidak rumit dan toleran terhadap perubahan lingkungan.