Peran Penyuluh Perikanan Menuju Kampung Budidaya Udang Windu Pinrang

Abdul Salam Atjo
Penyuluh Perikanan, BRPBAPPP Maros
Konten dari Pengguna
15 Februari 2022 10:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Salam Atjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Panen udang windu dari tambak tradisional ramah lingkungan (dok.pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Panen udang windu dari tambak tradisional ramah lingkungan (dok.pribadi)
ADVERTISEMENT
Kelurahan Lanrisang kecamatan Lanrisang kabupaten Pinrang sudah sejak dahulu menjadi produsen udang windu berbasis pakan alami Phronima sebagai salah satu kearifan lokal di kabupaten Pinrang. Keberhasilan pembudidaya memproduksi udang windu ramah lingkungan tidak lepas dari bimbingan dan pendampingan penyuluh perikanan.
ADVERTISEMENT
Udang windu (Penaeus monodon) marupakan salah satu komoditi ekspor yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun, saat ini sudah tidak banyak yang membudidayakan udang windu dengan berbagai kendala yang seperti keterbatasan memperoleh benur, penyakit udang umur sebulan yang menyerang dan lain-lain sehingga sebagian pembudidaya memilih komoditi udang vanname. Beruntung, masih ada sebagian pembudidaya di kabupaten Pinrang hingga kini masih konsisten membudidayakan udang windu tanpa beralih komoditas, dan juga pola budidaya.
Untuk menuju program kampung budidaya udang windu dari KKP cukup berpeluang. Luas tambak yang ada di Pinrang saat ini sekitar 12.391,72 hektare, 90 persen dikelola secara tradisional dengan komoditi udang windu dan udang vaname. Sebaran luas tambaknya ada di kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattiro Sompe, Cempa, Duampanua dan kecamatan Lembang. Khusus komoditi udang windu pemerintah provinsi Sulawesi selatan tahun 2021 telah menetapkan kecamatan Lanrisang sentra pengembangan budidaya udang windu berbasis kawasan 1.000 hektare. Program tersebut melibatkan 37 kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan), 741 orang pembudidaya dan 3 orang penyuluh perikanan setempat.
ADVERTISEMENT
Dipilihnya Lanrisang sebagai kawasan pengembangan budidaya udang windu cukup beralasan. Sejak tahun 1980-an para petambak di kecamatan Lanrisang Pinrang sudah membudidayakan udang windu hingga kini, dengan pola tanam serta teknis budidaya yang turun menurun telah diterapkan. Budidaya udang windu tanpa memasukan atau menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses pemeliharaannya. Dengan penerapan budidaya seperti itu dihasilkan udang windu dengan kualitas premium. “Dimulai dari proses persiapan tambak hingga benur windu ditebar hingga dipanen menggunakan bahan-bahan non kimia. Pasalnya ini merupakan salah satu kesepakatan dengan pembeli yang merupakan eksportir udang ke negara tujuan Jepang,” ungkap Irwan Hamid alias Ciwang, ketua Pokdakan Maserrocinnae kelurahan Lanrisang.
Ciwang menjelaskan, metode budidaya yang diterapkan secara turun termurun sejak tahun 1980-an lalu, yang dalam satu tahun sekitar 4 – 5 kali penebaran benur windu , dengan 1 - 2 kali persiapan tambak. Dimana persiapannya meliputi pengangkatan lumpur, pengapuran, penebaran pupuk dasar tambak, hingga penebaran saponin (pembasmi hama, anti mikroba dan bakteri) di tambak. Setelah hal tersebut dilakukan, selama satu minggu kedepan dan pakan alami sudah tersedia barulah benur siap dimasukan kedalam tambak. Penggunaan bahan-bahan persiapan tambak harus bebas zat kimia. Tujuannya agar tidak mematikan rantai kehidupan Phronima di tambak yang dimana perannya sebagai pakan utama selama pemeliharaan. Setelah tambak siap, penebaran benur dilakukan di tambak tambak budidaya, dan jumlahnya tidaklah banyak. Mengingat teknologi budidaya windu disini masih tradisional, dalam satu petakan tambak dengan luas 1 hektar (ha) hanya ditebar sekitar 25.000 ekor benur. Setelah itu, dipelihara selama kurang lebih 45 hari lalu dipanen size kecil untuk tujuan pasar Jepang. “Pasar Jepang mengutamakan udang windu size kecil yaitu ukuran 50-150 ekor/kg,” kata Ciwang.
ADVERTISEMENT
Prospek pasar udang windu saat ini cukup cerah dan terbuka lebar. Udang windu asal Kabupaten Pinrang banyak diminati oleh pasar internasional khususnya pasar Jepang karena tergolong jenis udang kualitas premium. Udang windu asal Kabupaten Pinrang umumnya dipasok dari Kecamatan Lanrisang, Mattirosompe, dan Duampanua. Udang windu tersebut dibudidayakan dengan menggunakan pakan alami endemik yakni jenis mico-crustacea yang dikenal dengan phronima suppa (Phronima sp) yang kaya dengan asam amino dengan kandungan protein sekitar 35,8 persen.
Selain pasar Jepang, permintaan pasar udang windu pada negara Uni Eropa dan Amerika Serikat yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun menjadi pasar yang prospek bagi produk udang windu Kabupaten Pinrang. Tantangan yang dihadapi produk udang windu asal Indonesia adalah ketatnya persyaratan pasar negara Uni Eropa dan Amerika Serikat yang memberlakukan persyaratan zero tolerance terhadap residu antibiotik, pestisida, dan bahan kimia pada produk udang. Pada tahun 2009 produk udang windu Pinrang telah tersertifikasi British Retail Consortium (BRC) untuk pasar Jepang. Konsumen udang windu Jepang lebih menyukai ukuran size kecil (50-100 ekor/kg). Sedangkan untuk pasar ekspor Amerika serikat udang windu Pinrang telah tersertifikasi Ecocert tahun 2021. Permintaan udang windu pasar Amerika Serikat mensayaratkan size > 30.
ADVERTISEMENT
Disinilah peranan penyuluh Penyuluh perikanan menuju kampung budidaya udang windu di Pinrang. Oleh karena itu Penyuluh perikanan dapat memberikan pencerahan (enlightening) kepada masyarakat pembudidaya, memperkaya (enrichment) masyarakat dengan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta memberdayakan masyarakat (empowerment) dalam berbagai aktivitas kelautan dan perikanan sehingga perannya sangat penting.