Inilah Lonceng Gajah Mungkur di Kesultanan Kanoman Cirebon Untuk Penanda Waktu Shalat

Konten Media Partner
19 September 2018 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Inilah Lonceng Gajah Mungkur di Kesultanan Kanoman Cirebon Untuk Penanda Waktu Shalat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
AboutCirebon.id - Cirebon banyak memiliki ragam seni dan budaya. Bahkan, tidak sedikit pula peninggalan-peninggalan sejarah yang masih terjaga hingga kini.
ADVERTISEMENT
Salah satunya Lonceng Gajah Mungkur yang berada di Komplek Kesultanan Kanoman Cirebon, tepatnya di selatan Langgar Alit atau Musholah kecil.
Juru Bicara Kesultanan Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan bahwa lonceng gajah mungkur tersebut merupakan pemberian hadiah dari Gubernur Jendral Sir Thomas Stanford Raffless ketika berkuasa di Hindia Belanda pada tahun 1811 sampai 1816 Masehi.
“Lonceng Perunggu pemberian Gubernur Jendrala tersebut diberikan kepada Sultan Kanoman Komarudin I atau Sultan Kanoman VI,” ujarnya kepada About Cirebon, Rabu (19/9/2018).
Lanjut Ratu Arimbi, Lonceng Gajah Mungkur buatan Inggris ini merupakan salah satu dari tiga bukti adanya pengakuan dan penghormatan dari Pemerintah Kolonial Inggris terhada Kesultanan Kanoman Cirebon sebagai satu Kesultanan yang cukup berpengaruh.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan kesepakatan konvoi London secara rahasia yang ditanda tangani bersama antara Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yaitu Jawa dan Sumatra dibawah kekuasaan Inggris tahun 1811-1816 M.
Dalam kurung waktu lima tahun tersebut, Kesultanan Kanoman mendapat kunjungan kehormatan dan memperoleh tanda berupa Mesin Jahit, Kacip (alat pemotong cerutu, dan loceng besar yang kemudian diberi disebut Lonceng Gajah Mungkur.
“Lonceng Gajah Mungkur ini dahulu digunakan sebagai penanda waktu salat, karena diletakan didekat langgar,” jelasnya.
Iapun menjelaskan, lonceng Gajah Mungkir sebagai penanda waktu sholat ada juga pengaruh eropa, yang tadinya menggunakan bedug ataupun kentongan kemudian beralih menjadi lonceng.
“Loncengkan biasa digunakan di gereja -gereja, sehingga ada semacam perubahan penanda waktu salat pada saat itu,” terangnya.
ADVERTISEMENT
“Hingga saat ini, Lonceng Gajah Mungkur sudah beralih fungsi dari penanda waktu salat, menjadi penanda jimat masuk atau prosesi panjang jimat saat muludan,” imbuhnya.
Dinamakan Lonceng Gajah Mungkur, Ratu Arimbi menjelaskan bahwa Gajah Mungkur itu membelakangi, karena bentuk bagunannya seperti gajah yang sedang membelakangi.
“Struktur bangunanya pengaruh Eropa juga dan sebelumnya lokasi Lonceng Gajah Mungkur tersebut merupakan garasi mobil Sultan,” tandasnya.