Ada Kaka di Antara Ronaldo dan Messi

17 Oktober 2017 8:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Kaka (Foto: Kai Praffenbach)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Kaka (Foto: Kai Praffenbach)
ADVERTISEMENT
“Ada Kaka di tengah-tengah Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.”
Kalimat masyhur tersebut merujuk pada Ricardo Izecson Santos Leite alias Kaka. Maksud kalimat itu mungkin hanya Kaka yang bisa menyaingi kehebatan Ronaldo dan sihir Messi di sepak bola.
ADVERTISEMENT
Kalimat itu pertama kali digaungkan oleh reporter Bleacher Report, Karl Marchett. Ungkapan itu rasanya tak berlebihan. Karena, Kaka memang berbeda dengan Ronaldo dan Messi. Dia juga tak seperti pemain asal Brasil lainnya.
Jika Ronaldo dan Messi bisa mengubah permainan dengan kemampuannya, tidak dengan Kaka. Jika pemain asal Brasil dikenal karena perangainya, Kaka jadi pengecualian.
Alkisah, Di sebuah sebuah sudut tempat latihan milik Sao Paulo, Kaka meringis kesakitan. Ia tidak menangis karena tekel atau tinjuan kiper lawan, melainkan kepala yang tiba-tiba nyeri.
Ketika ditanya oleh dokter tim, Kaka hanya menjawab, “Saya terjatuh beberapa waktu yang lalu.”
Tak lama, Kaka pingsan. Ia tak tahu apa yang terjadi kemudian.
Dua bulan lamanya, Kaka terbaring di rumah sakit. Ia mulai terbiasa dengan gips di leher dan tak ada hal lain yang bisa ia lakukan kecuali berdoa kepada Tuhan dan membaca Alkitab di setiap pagi dan sore.
ADVERTISEMENT
“Saya percaya Tuhan memiliki rencana atas kejadian tersebut. Hal tersebut saya lakukan sebagai ucapan terima kasih,” kata Kaka dalam sebuah wawancara pada 2010 lalu.
Doa Kaka diijabah. Beberapa bulan kemudian, leher Kaka dinyatakan oleh dokter sembuh total dan dia diperbolehkan kembali bermain sepak bola. Tiga bulan kemudian, Kaka dipanggil untuk memperkuat Sao Paulo. Selang dua tahun kemudian, Kaka tampil memperkuat Brasil di Piala Dunia 2002.
***
Pada 5 Agustus 2010, Jose Mourinho mengatakan bahwa Kaka mengalami cedera parah di lutut kiri dan akan diparkir sementara waktu. Kaka, yang baru datang ke Madrid satu musim sebelumnya, pun tak bisa melakukan apa-apa kecuali menerima keputusan pelatihnya dan berharap agar kesembuhan segera datang.
ADVERTISEMENT
Masa penyembuhan kembali menjadi momen bangkit Kaka. Tak ingin hanya berharap sembuh, Kaka sesekali berlatih sendirian. Cedera yang diperkirakan bakal berjalan lebih dari setahun rupanya selesai lebih cepat.
“Saya senang bisa kembali dalam waktu cepat. Ini tak lepas dari anugerah Tuhan yang teramat besar,” ucap Kaka, pada laga perdananya usai sembuh pada 2011 lalu. “Usaha saya teramat kecil ketimbang apa yang diberikan oleh Tuhan.”
Dua bulan setelah sembuh, Kaka kembali bertemu dengan cedera. Tak ingin patah semangat, Kaka mencoba mengikuti sebuah terapi agar cedera ini hilang. Enam bulan terpinggirkan, kaki Kaka benar-benar sembuh.
Beberapa kali tak bermain karena cedera membuat Kaka memberikan semua yang ia bisa ketika berada di lapangan. Empat gol dari 15 pertandingan untuk Orlando City SC jadi bukti bahwa Kaka masih memiliki peran penting di atas lapangan.
ADVERTISEMENT
Pelatih Orlando City, Jason Kreis, pun menunjuk Kaka menjadi deputinya di atas lapangan. Sikap kepemimpinannya yang tak dimiliki pemain lain membuatnya menjadi panutan pemain Orlando City yang lain.
Di tengah semangat besarnya untuk Orlando City, Kaka mulai merasa jemu. Bukan, bukan karena cedera, melainkan usia yang tak lagi muda. Usia Kaka yang sudah tak lagi muda membuatnya merasa sudah waktunya mengakhiri karier.
Dan, pada Senin (16/10/2017), Kaka menjalani pertandingan terakhirnya sebagai pesepak bola. 17 tahun menjadi waktu yang tak pendek bagi Kaka untuk mengajarkan kita bagaimana semangat menjadi bentuk bersukur.
Selamat pensiun, Kaka! Terima kasih!