Otak-atik Lini Depan Manchester United Pasca-Pulihnya Ibrahimovic

22 November 2017 13:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibrahimovic kembali lebih cepat. (Foto: Carl Recine/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ibrahimovic kembali lebih cepat. (Foto: Carl Recine/Reuters)
ADVERTISEMENT
Tepuk tangan di Old Trafford menggema ketika laga Manchester United menghadapi Newcastle United, Minggu (19/11/2017) dini hari WIB, memasuki menit ke-71.
ADVERTISEMENT
Tepat ketika Zlatan Ibrahimovic masuk ke lapangan, Old Trafford semakin riuh. Bagi mereka yang menganggap bahwa Ibrahimovic adalah pahlawan United musim lalu, ini saat yang tepat untuk kembali memujanya.
Kembalinya Ibrahimovic jadi salah satu momen terpenting dalam laga menghadapi Newcastle. Oleh karena itu, ketika United sudah unggul 3-1, tak ada hal yang ditunggu pendukung mereka kecuali injakan kakinya di rumput Old Trafford.
Bermain sejak menit ke-71, Ibrahimovic langsung memberi komando. Mula-mula, ia berlari sambil memberi kode soal formasi United yang tetap menggunakan 4-3-3. Tak lama, ia mengisyaratkan bahwa ia menjadi penyerang tengah dan menyuruh Romelu Lukaku bergeser ke sisi kanan lapangan.
Tak ada gol tambahan bagi United dalam sisa 19 menit. Namun, masuknya Ibrahimovic seakan memberi tanda bahwa United kini memiliki dua pemain yang bisa diandalkan untuk mencetak gol: Ibrahimovic dan Lukaku.
ADVERTISEMENT
***
Keberadaan Ibrahimovic dan Lukaku mempertegas bahaya yang bisa dihasilkan oleh lini depan United. Kita tentu semua masih ingat bahwa baik Ibrahimovic dan Lukaku adalah poros serangan tim masing-masing musim lalu.
Pada musim lalu, Ibrahimovic tampil sebagai pencetak gol terbanyak United di semua ajang. Dipercaya tampil 45 kali di semua kompetisi, ia membukukan total 27 gol, lebih banyak 17 gol dibandingkan Marcus Rashford dan Henrikh Mkhitaryan.
Penampilan Lukaku tak jauh berbeda. Oleh pelatihnya di Everton, Ronald Koeman, Lukaku tampil dalam total 37 partai dan mencetak 26 gol, lebih banyak 20 gol dibanding pencetak gol terbanyak kedua The Toffees, Ross Barkley.
Dengan ketajaman dua pemain ini musim lalu, secara tidak langsung, manajer United, Jose Mourinho, pun memiliki opsi di lini depan yang jauh lebih banyak. Dalam wawancara dengan Sky Sports, Mourinho bahkan berkata demikian.
ADVERTISEMENT
“Saya bersemangat karena kini memiliki lebih banyak opsi. Saya bersemangat karena tim ini bisa lebih baik, dan tentu saja, karena memiliki lebih banyak pemain yang tersedia (di lini depan),” kata Mourinho.
Namun demikian, di balik kegembiraan Mourinho, ada satu hal yang perlu ia pikirkan: bagaimana menjadikan keduanya sebuah kesatuan.
Melihat gaya bermain keduanya, mustahil menempatkan mereka dalam satu pakem yang sama. Gaya bermain kedua pemain yang notabene adalah targetman membuat Mourinho harus mengubah salah satunya ke peran yang berbeda.
Memainkan dua penyerang tengah memang bukan hal yang sulit bagi Mourinho. Pada Premier League musim ini, dua kali ia memainkan pola 3-4-1-2, yakni saat menduetkan Lukaku dan Marcus Rashford.
ADVERTISEMENT
Perubahan itu tentu tidak mudah. Lukaku, yang pergerakannya tak seliat Ibrahimovic, bakal kesulitan jika harus berperan sebagai seorang pelayan. Pun demikian halnya dengan Ibrahimovic, yang lebih senang mencari tempat di posisi untuk mencetak gol.
Hal lain yang bisa dilakukan oleh Mourinho untuk menyatukan keduanya dalam satu pakem adalah mengubah salah satunya ke posisi yang lain. Melihat apa yang ia lakukan dalam laga melawan Newcastle United, di mana ia mengubah Lukaku menjadi seorang pemain sayap, kemungkinan tersebut jelas tersedia.
Opsi ini bisa jadi pilihan yang menarik. Pasalnya, sisi kanan penyerangan United, yang saat ini diisi oleh Henrikh Mkhitaryan sedang tak stabil. Dengan dimainkannya Lukaku, Mourinho pun tak perlu mengubah pola 4-3-3.
ADVERTISEMENT
Masalah yang mungkin timbul dari opsi kedua adalah bagaimana Lukaku bisa merasa tidak nyaman. 18 tahun bermain sebagai penyerang tengah dan harus menerima kenyataan bahwa ia tak lagi bisa bermain di posisi itu tentu menjadi sebuah kenyataan pahit.
***
Ibra pada laga melawan Newcastle. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Ibra pada laga melawan Newcastle. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Pada Liga Champions musim ini, United sedang apik-apiknya. Empat pertandingan di fase grup bahkan berhasil mereka akhiri dengan kemenangan. United kini pun memimpin Grup A dengan 12 poin dari empat laga.
Masalahnya, peluang United untuk tidak lolos juga masih tersedia. Dua kontestan lain di grup ini, Basel dan CSKA Moskow, masih memiliki opsi untuk berangkat ke fase gugur karena hanya memiliki selisih enam poin dari United dari sisa dua pertandingan.
ADVERTISEMENT
Sial bagi United, pekan ini, mereka harus bertemu Basel di St. Jakob Park. United setidaknya perlu bermain imbang untuk lolos ke fase gugur, sementara Basel, tentu tak ingin kehilangan tiga poin di kandangnya.
Menghubungkan kasus ini dengan kondisi lini depan yang juga tengah menjadi beban Jose Mourinho, United rasanya tak perlu bingung.
Melihat kondisi fisik Ibrahimovic yang belum sepenuhnya pulih—ia tak bermain dalam lima bulan dan hanya bermain 19 menit dalam laga melawan Newcastle United—, Romelu Lukaku menjadi opsi yang satu-satunya tersedia.
Memainkan pola 4-3-3 menjadi satu hal yang perlu dilakukan oleh Mourinho dalam laga ini. Pasalnya, melihat kondisi fisik Paul Pogba yang sudah fit dan Marcus Rashford serta Anthony Martial yang sedang bagus-bagusnya, mengubah pola bermain bukan pilihan yang tepat.
ADVERTISEMENT