news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sejarah Timnas Kroasia Abadi dalam Jepretan Fotografer Meksiko

13 Juli 2018 10:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mandzukic merayakan gol ke gawang Inggris. (Foto: REUTERS/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Mandzukic merayakan gol ke gawang Inggris. (Foto: REUTERS/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Bagi fotografer, menangkap momen apik adalah sebuah perkara. Tak heran, seperti pekerjaan lainnya, mereka rela melakukan apa saja.
ADVERTISEMENT
Dalam sepak bola, fotografi mendapatkan tempat istimewa. Di balik sempit dan sumpeknya area kerja, tak jarang mereka dipuja karena mendapatkan banyak momen berharga.
Piala Dunia 1986 yang dihelat di Meksiko diingat lewat beberapa pertandingan. Satu di antaranya adalah partai perempat final yang mempertemukan dua negara, Inggris dan Argentina, yang saat itu sedang panas-panasnya.
Tepat memasuki menit ke-50, sebuah kejadian yang tak masuk akal terjadi. Berawal dari sebuah bola di udara, seorang pemain bertubuh gempal yang tingginya tak sampai 170-an mengungguli seorang kiper yang posturnya saja lebih dari 183 cm.
Kemustahilan diubah oleh pemain bernama Diego Maradona dengan mencapai bola lebih dulu dan menjebol gawang kiper bernama Peter Shilton tersebut. Di balik semua keheranan, tak sedikit yang mengagung-agungkan Maradona atas terciptanya gol tersebut.
ADVERTISEMENT
Di balik pujian atas Maradona, ada Alejandro Ojeda Carbajal yang menangkap momen berbeda. Lewat bidikan kameranya, fotografer harian yang berbasis di Meksiko, El Heraldo, tersebut menangkap ‘kelihaian’ Maradona.
Jepretan foto Carbajal memperlihatkan bagaimana Maradona mendahului Shilton di udara. Dalam foto tersebut pula tampak Maradona menggunakan tangan kiri untuk mengarahkan bola ke gawang Shilton yang lowong.
Karena keterbatasan alat, foto ini baru tersebar beberapa saat setelah laga usai. Alangkah marahnya seluruh Inggris saat tahu bagaimana mereka tahu bahwa Maradona menciptakan gol dengan cara yang licik.
Akibat foto ini, tak sedikit yang menuding bahwa Maradona adalah pecundang. Perkara lainnya, foto ini memperlihatkan bagaimana seorang fotografer adalah aspek yang tak bisa disingkirkan. Mungkin tak bisa berbicara, tapi mereka bisa memperlihatkan fakta yang tak tertangkap mata telanjang.
ADVERTISEMENT
32 tahun kemudian, jejak Carbajal diikuti oleh orang Meksiko lain yang bernama Yuri Cortez, yang bekerja sebagai fotografer kantor berita Prancis, AFP.
Cortez bertugas dalam laga Kroasia melawan Inggris di semifinal Piala Dunia 2018 yang dihelat di Luzhniki Stadium, Kamis (12/7/2018) dini hari WIB. Ia ditempatkan di sisi barat lapangan bersama puluhan fotografer lainnya.
Pilihan Cortez untuk mendiami area tersebut tak disesalinya. Pasalnya, tiga gol dalam pertandingan tersebut—Kieran Trippier 5’, Ivan Perisic 68’, dan Mario Mandzukic 109’—tercipta di sisi barat lapangan.
Namun, bukan tiga momen tersebut yang masuk ke dalam ingatan Cortez. Kejadian yang paling diingat olehnya dalam laga tersebut terjadi ketika ia menjadi bagian dari selebrasi Kroasia saat merayakan gol Mandzukic.
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain Kroasia membantu Yuri Cortez berdiri. (Foto: Carl Recine/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain-pemain Kroasia membantu Yuri Cortez berdiri. (Foto: Carl Recine/Reuters)
Berawal dari lompatan Mandzukic ke dekatnya, beberapa pemain Kroasia lantas datang. Tak disangka, Mandzukic yang berdiri paling dekat dengannya menjatuhi tubuhnya. Cortez semakin tak kuasa saat semakin banyak pemain Kroasia yang berkerumun menimpa tubuhnya.
Di tengah momen tersebut, Cortez sadar bahwa kerumunan pemain Kroasia di atas tubuhnya tak mungkin bisa ditangkap oleh fotografer lain. Tanpa pikir panjang, ia mengeluarkan kamera lensa panjang di tangan kanannya untuk mengabadikan momen tersebut.
Cekrek! Cekrek! Empat jepretan berhasil ia dapatkan.
Untung Cortez tak berhenti sampai di sana. Sadar bahwa ada seorang fotografer yang tertimpa, Mandzukic dan Ivan Rakitic mengulurkan tangan kepada Cortez untuk berdiri. Sadar bahwa momen ini tak lazim terjadi, ia kembali mengarahkan kamera.
ADVERTISEMENT
Cortez kembali mendapatkan gambar, menangkap apa yang luput dari pandangan mata, dan menyelamatkan sejarah yang mudah tergerus oleh ingatan manusia yang pendek.