Kurban: Sebuah Manifestasi Islam dan Sosialisme

Abrar Rizq Ramadhan
Hanya seorang pelajar yang tenggelam di lautan Humaniora. Mahasiswa Ilmu Sejarah - FIS - Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
30 Juni 2023 9:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abrar Rizq Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Salat Idul Adha di Limus Pratama, Cileungsi, Kab. Bogor. Sejenak sebelum proses berkurban di tiap-tiap RT/RW. (Foto: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Salat Idul Adha di Limus Pratama, Cileungsi, Kab. Bogor. Sejenak sebelum proses berkurban di tiap-tiap RT/RW. (Foto: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kurban merupakan kegiatan menyembelih hewan tertentu seperti sapi dan domba, bertepatan dengan hari raya Idul Adha atau pada 10 Zulhijah. Memang sudah sebuah tradisi turun temurun serta anjuran dalam agama Islam soal berkurban.
ADVERTISEMENT
Kegiatan kurban kiranya telah dimulai sejak masa Nabi Adam dalam sejarah Islam. Tepatnya adalah peristiwa dari pertentangan dua anak Nabi Adam, yaitu Habil dan Qabil dalam memperebutkan Iqlima.
Allah memerintahkan Habil dan Qabil untuk memepersembahkan kurban terbaik mereka sebagai syarat dalam menentukan siapa yang pantas menikahi Iqlima yang di mana kurban Habil diterima oleh Allah pada peristiwa ini.
Maju pada periodisasi berikutnya, di zaman Nabi Ibrahim di mana perintah berkurban juga terjadi pada masa ini. Semuanya dimulai ketika Allah menguji keimanan Nabi Ibrahim dengan memberi perintah menyembelih anaknya, Ismail.
Nabi Ibrahim awalnya ragu namun sang anak Ismail justru menegaskan pada ayahnya bahwa perintah Allah tidak dapat ditentang sehingga Ismail dengan lapang dada menyetujui aksi penyembelihan itu. Pernyataan Ismail diterangkan dengan jelas pada surat Ash-Shaffat ayat 102 yang berbunyi dalam terjemahan:
ADVERTISEMENT
Ketika hendak disembelih, Allah kemudian menggantikan Ismail dengan seekor kambing jantan. Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini yang kemudian dikenal dengan ibadah kurban di masa kini. Terlebih dengan hadirnya perintah berkurban dalam surat Al-Kautsar, semakin menegaskan perintah Allah kepada umat muslim untuk melaksanakan kurban.
Tujuan dari berkurban sendiri adalah dengan menjadikan seseorang manusia yang bertakwa. Allah akan memberikan pahala berlipat-lipat ganda bagi seorang muslim yang rela mengeluarkan hartanya untuk berkurban.
ADVERTISEMENT
Kurban kiranya menurut hemat penulis merupakan bentuk dari keselarasan Islam dan sosialisme. Mengapa begitu? Bukankah sosialisme dan islam merupakan dua pemikiran yang saling bertentangan yakni islam yang monoteis dan sosialis yang cenderung menggunakan pendekatan dialektika materialis sehingga mengingkari metafisika beserta agama?
Seorang tokoh pergerakan bangsa, HOS Tjokroaminoto merupakan salah seorang dan mungkin yang pertama dalam menggagas sosialisme islam. Hal ini tercermin dalam bukunya yang berjudul “Islam dan Sosialisme”.
Tjokroaminoto menegaskan bahwa praktik islam dan sosialisme itu sebenarnya selaras karena keduanya sama-sama bertujuan untuk membantu sesama manusia. Begitu juga dengan aksi anti kapitalisme dan imperialisme.
Tjokroaminoto berpendapat bahwa kapitalisme itu merupakan kezaliman dengan praktik-praktiknya yang mengeksploitasi manusia, dan Islam turut melarang segala bentuk eksploitasi dari manusia ke manusia yang lain.
ADVERTISEMENT
Sekilas, sudah terlihat kesamaan antara islam dan sosialisme? Ya, keduanya menjunjung rasa kebersamaan dan menentang bentuk penindasan terhadap manusia.
Praktik ibadah kurban sendiri identik dengan sosialisme. Ketika berkurban, seorang muslim rela menyisihkan hartanya demi menyumbangkan hewan kurbannya yang akan disembelih dan dagingnya akan dipergunakan dalam sarana berbagi kepada warga sekitar.
Semakin terlihat lagi keselarasan antara islam dan sosialisme yakni membagikan harta secara sama rata kepada orang lain. Tidak memandang dari segi etnis dan agama, semua warga berhak mendapat bagian yang sama dari daging kurban tersebut. Dengan begitu, semua warga bisa merasakan kebahagiaan bersama dan bisa meningkatkan rasa solidaritas suatu rukun tetangga.
Dalam bentuk ekstrem, kita bisa melihat bahwa tujuan dari terbentuknya masyarakat sosialis tidaklah berbeda jauh dengan praktik ibadah kurban yang menebar kebahagiaan bersama melalui daging kurban.
ADVERTISEMENT
Dalam masyarakat sosialis, maka tiap individu telah memiliki kesadaran tersendiri untuk berperilaku selayaknya seorang sosialis. Yakni adalah saling berbagi dan tidak ada kepemilikan pribadi terkait alat produksi. Semuanya hanya untuk kebersamaan dalam suatu masyarakat dan tidak diperbolehkannya mengembangkan kepentingan individu.
Hal tersebut yang sering disebut Tjokroaminoto sebagai bahaya sosialis jika tidak dilandasi iman. Karenanya Tjokroaminoto kerap menggunakan istilah sosialisme Islam yang menurutnya paling ideal bagi umat muslimin bukannya sosialisme barat yang dikembangkan oleh Marx dan Engels. Tidak lain karena sosialisme barat bisa memecah iman dengan prinsip dialektika materialisnya sehingga kendati dari pemikiran itu sosialisme kerap disebut sebagai paham ateis.
Padahal dari segi praktik, sebenarnya baik Islam dan sosialis tidak berbeda jauh dalam perkara sosial yang di mana keduanya sama-sama menjunjung kebersamaan saudara seumat atau sekelas dalam istilah marxis.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tidak hanya kurban yang merupakan manifestasi dari Islam dan sosialisme. Banyak kegiatan dalam ajaran Islam yang merujuk pada praktik sosialisme seperti zakat fitrah, salat Jumat, puasa ramadhan dan lainnya.
Bukankah sangat indah jika kita bisa membantu sesama dan menciptakan senyum pada wajahnya. Tidak hanya ia yang berbahagia, kita sebagai pemberi pun akan merasa tenang dan tentunya saling berbahagia.