1666 Adalah Tahun 'Neraka' Kota London

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
23 April 2020 18:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kebakaran hebat di London tahun 1666 | Kredit foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran hebat di London tahun 1666 | Kredit foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Seakan dikutuk oleh ihwal mistis, London pada masa lalu hampir tidak sempat mengalami jeda dari kemalangan. Ibu Kota Inggris ini laiknya menerima tulah bertubi-tubi, terkhusus pada tahun 1665-1666, dua bencana yang berdampak sangat fatal datang sekaligus. Akan tetapi, ada satu pola janggal dalam hal ini: salah satu musibahnya justru dianggap "menyelamatkan".
ADVERTISEMENT
Pertama ialah The Great Plague (Wabah Besar) yang disebabkan oleh infeksi bakteri yersinia pestis. Wabah dimulai pada awal musim semi tahun 1665 dan menewaskan sekitar 1.000 orang dalam waktu seminggu. Raja Charles II bahkan dipaksa meninggalkan kota akibat hal ini pada bulan Juli. Kemudian tingkat kematiannya memuncak pada September, ketika 7.165 orang meninggal dalam seminggu.
Secara keseluruhan, tercatat 68.596 kematian akibat wabah besar di London (meski jumlah korban tewas sebenarnya kemungkinan melebihi 100.000 jiwa). Sebagian besar kematian ini berasal dari wabah pes, penyakit yang disebarkan melalui kutu yang menempel pada mamalia kecil, seperti tikus.
Setelah mengalami puncak kasus pada September, kematian akibat wabah itu mulai mereda pada akhir tahun 1665. Raja Charles II pun kembali ke London pada Februari 1666, yang menegaskan keyakinan bahwa kota itu telah "cukup aman".
ADVERTISEMENT
Namun beberapa bulan kemudian, setelah perasaan aman itu menenangkan warga kota, London kembali dihantam musibah: sebuah kebakaran besar. Tepatnya pada malam tanggal 2 September 1666, adalah seorang tukang roti bernama Thomas Farriner yang tanpa sadar telah memulai tragedi ini.
"Di dunia yang hanya diterangi oleh api, orang selalu membakar rumah mereka," tutur Tinniswood, menarasikan kiasan tentang London pada masa itu. Tidak mudah diterima, tetapi Farriner memang tidak sengaja memulai bencana. Farriner menyalakan api di rumahnya yang kemudian secara tidak terkontrol berkobar ke segala penjuru, lalu dengan fantastis membakar lebih dari 13.000 rumah lainnya.
Kendati mendapatkan banyak sekali makian atas keteledorannya, Farriner juga mendapatkan apresiasi "terima kasih" secara aneh dari penduduk London. Satu mitos yang muncul pada saat itu adalah bahwa kobaran api yang hebat telah mengakhiri wabah besar, dengan cara mengusir tikus-tikus yang menyebarkan penyakit.
ADVERTISEMENT
“Saya dibesarkan dengan mitos itu,” ungkap Adrian Tinniswood, peneliti senior dalam ilmu sejarah di Universitas Buckingham, Inggris, dan penulis buku By Permission of Heaven: The Story of the Great Fire. "Dahulu itu adalah jenis pembicaraan lumrah di sekolah pada tahun 60-an ketika saya tumbuh dewasa."
Pada kenyataanya, kepercayaan itu sangat mungkin keliru. Berdasarkan pemaparan history.com, data menunjukkan bahwa api tidak berdampak besar terhadap akhir wabah. Jumlah kematian akibat wabah di London telah menurun pada saat kebakaran dimulai; masih ada orang yang meninggal karena wabah setelah tragedi kebakaran besar.