3 Pekerjaan Sampingan Paling Unik yang Dilakukan Pengurus Gereja

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2020 9:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di sebuah institusi keagamaan, umumnya kita akrab dengan orang-orang seperti biarawan/biarawati, biksu, ustaz, ataupun sebutan untuk fungsi dalam keagamaan lainnya. Mereka terbiasa melimpahkan hidupnya sebagai monastik, cenderung menjauhi segala hasrat keduniawian, dan membaktikan hidup semata-mata bagi kegiatan kerohanian.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, pada era modern seperti sekarang, gaya hidup orang-orang dalam institusi keagamaan itu telah berubah, mereka tidak lagi menjalani monastik secara mutlak. Mereka memiliki pekerjaan sampingan bahkan aktivitas keduniawian yang lebih terbuka kepada masyarakat luas secara sosial.
Artinya mereka memiliki peran lain yang keluar dari pakem terdahulu. Bahkan, beberapa aktivitasnya bisa dibilang amat unik, seperti tiga kerja sampingan pengurus gereja di bawah ini:

Menyelamatkan salamander hampir punah

Wikimedia Commons
The Sisters of Immaculate Health ialah sekumpulan aktifis biarawati yang gemar menyelamatkan hewan amfibi yang terancam punah. Amfibi itu ialah salamander axolotl dan achoque, yang tenar akan kemampuannya meregenerasi sistem sel secara cepat. Jika salah satu anggota tubuh salamander axolotl dipotong, maka akan dengan mudah untuk tumbuh kembali.
ADVERTISEMENT
The Sisters of Immaculate Health pun terbilang sukses dalam menernakkan salamander axolotl. Bahkan para ilmuwan telah mengakui mereka dan mempercayakan terjaminnya keberlangsungan hidup salamander axolotl di tangan biarawati yang suci.
Sebelumnya, 30 tahun yang lalu, salamander Axolotl dimasukkan dalam kategori hewan yang terancam punah akibat ekosistem lingkungan yang mulai rusak. Kini nasib mereka sedikit lebih baik berkat sikap mulai dari The Sisters of Immaculate Health.

Memproduksi bir

Flickr.com/rrmronald
Tentunya bukan hal yang lazim jika seorang biarawan diperbolehkan memproduksi bir. Namun, ordo biarawan Trappist mematahkan dogma tersebut. Mereka membuktikan bahwa seorang biarawan sekalipun bisa bersaing membuat minuman beralkohol, yang cenderung ditolak oleh institusi keagamaan lain.
Biarawan Trappist sudah berdiri sejak abad ke-17, tepatnya di Biara La Grande Trappe, Normandia. Secara keagamaan, biarawan Trappist ini patuh terhadap peraturan Santo Benediktus yang ketat—sebuah pedoman kuno untuk kehidupan yang monastik. Tetapi dalam situasi yang mendesak, kepala biara tak akan ragu untuk mengatasi krisis dengan cara memproduksi bir.
ADVERTISEMENT

Membuat keju

Flickr.com/brielegrandfromage
Satu tujuan dengan biarawan Trappist, demi mengatasi kebutuhan terdesak, biarawati Ragina Laudis, di Bethlehem, Amerika Serikat, juga menjual produk sebagai kegiatan sampingan. Mereka aktif dan mahir dalam mengolah keju susu mentah selama empat puluh tahun terakhir. Inisiatornya ialah bunda Noella Marcellino yang aktif mendukung biarawatinya untuk membuat keju khas Connecticut.
Bunda Noella pun kini memiliki gelar Ph.D. di bidang mikrobiologi dan terbilang senior dalam membidangi pembuatan dadih (yogurt) hingga keju di Prancis. Tak sampai di situ, ia juga merupakan seorang penasehat di bidang kuliner.
Referensi: