Berkat Bambu, Thomas Edison Menciptakan Bola Lampu

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
6 Juli 2019 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Tanpa bola lampu yang ditemukan seorang Amerika bernama Thomas Alva Edison, kita mungkin tidak bisa menikmati terangnya lampu listrik hari ini. Namun, Thomas Alva Edison juga kemungkinan tidak akan menemukan teknologi yang menerangi dunia ini tanpa pohon bambu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana pohon bambu bisa membantu Edison menemukan bola lampu? Kisah bermula saat ia melakukan percobaan dengan memanaskan material tipis bernama filamen dengan listrik hingga panasnya cukup untuk membuatnya menyala. Masalahnya, ia harus mencari bahan filamen yang memiliki ketahanan tinggi terhadap panas. Tanpa filamen tahan panas, lampu tidak akan bisa menyala dalam waktu yang lama.
Edison kemudian mencoba berbagai bahan untuk membuat filamen dengan ketahanan terhadap panas seperti yang dbutuhkan. Ribuan bahan pun diujicoba, mulai dari platina hingga rambut jenggot. Setelahnya, Edison mengetahui bahwa karbon adalah bahan filamen yang ia butuhkan. Saat mencoba filamen dari benang kapas berkarbon, lampu buatannya mampu menyala selama 14 jam.
Belum puas sampai di sana, Edison kembali bereksperimen dengan material organik lain yang diberi karbon. Untuk membantu usahanya, ia mengontak ahli biologi dan mengirim mereka bermacam-macam serat tanaman dari daerah tropis. Ia pun mengirim pekerja ke berbagai tempat untuk mencari material yang tepat. Dalam pencariannya, Edison menguji coba tidak kurang dari enam ribu bahan demi tujuannya.
ADVERTISEMENT
Salah satu pekerja Edison bernama William H. Moore kemudian mengirimkannya sampel bambu yang diambil dari Kyoto, Jepang, pada tahun 1880. Spesias phyllostachys bambusoides itu biasa digunakan sebagai bahan alat musik tiup dan alat seni di Jepang dan China. Pada akhirnya, ia mengetahui bahwa bambu yang diberi karbon adalah bahan filamen yang benar-benar pas.
Untuk mendapatkan filamen, potongan bambu diiris memanjang halus dan ditekuk pada jepitan rambut atau hingga berbentuk lingkaran. Bambu kemudian diberi bubuk karbon lalu dipanaskan dalam tungku dengan suhu ekstra tinggi selama beberapa jam dan didinginkan. Proses ini mengubah struktur selulosa menjadi karbon murni yang siap digunakan.
Bola lampu yang menggunakan filamen dari bambu sebenarnya tidak jauh lebih terang dibandingkan lilin. Namun, ada keunggulan dari segi ketahanan di mana lampu berfilamen bambu mampu menyala hingga lebih dari 500 hari.
ADVERTISEMENT
Filamen karbon banyak digunakan untuk lampu pijar hingga produsen lampu beralih ke filamen tungsten. Dengan tungsten, lampu mampu menyala lebih terang dan lebih lama.
Untuk mengenang hubungan Edison dan bambu dari Kyoto, monumen Thomas Alva Edison didirikan di kawasan Iwashimizu Hachimangu, Gunung Otokayama. Setiap tahun, di sana digelar festival cahaya dalam rangka mengenang hari lahir dan kematian Edison. Festival ini disertai dengan acara penyalaan lampion bambu tradisional serta pemutaran lagu kebangsaan Amerika Serikat.