Berkat Marie Tharp, Kita Bisa Paham Kondisi Bawah Laut Lewat Peta

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2020 2:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Semua berawal pada tahun 1975 saat Tharp dan rekannya, Bruce Heezen, mempublikasikan sebuah peta yang menggambarkan dasar lautan di muka Bumi ini. Petanya begitu lengkap dalam menunjukkan kontur dasar lautan. Lewat peta itu, bisa diketahui keberadaan gunung, lembah, dan dan perbukitan, yang ada di dasar lautan.
ADVERTISEMENT
Peta yang dibuat oleh Tharp sangat penting untuk mengembangkan teori lempeng tektonik yang menyatakan bahwa lempeng atau sebagian besar kerak bumi saling berinteraksi hingga menghasilkan aktivitas seismik dan vulkanik. Tharp mengidentifikasi bahwa pegunungan dan lembah yang ada di tengah Samudra Atlantik ternyata bisa koyak.
Wikimedia Commons
Peta Tharp dibuat bersama Heezen menggunakan sonar, yakni teknik yang mengandalkan penjalaran suara dalam air. Sonar bekerja dengan mengirim gelombang suara ke bawah air dan menunggu datangnya gelombang pantulan.
Alat sonar ditaruh di kapal yang bergerak di laut. Selanjutnya, Tharp dan Heezen mencatat kedalaman dari setiap lokasi kapal di kertas khusus. Dengan catatannya itu, dapat diketahui data mengenai kedalaman ke dasar laut serta jarak yang telah ditempuh kapal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada pula peneliti lain yang membandingkan lokasi episentrum gempa dengan peta yang yang dibuat oleh Tharp dan Heezen. Hasilnya pun mengejutkan, dengan diketahui bahwa pusat gempa ternyata berada jauh di dalam celah lembah. Dengan demikian, penemuan ini membuktikan satu hal: adanya pergerakan yang terjadi di lembah bawah laut.