Buku Masak Pertama di Dunia Berasal dari Baghdad

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
13 Juli 2020 9:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi masakan khas jazirah Arab | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masakan khas jazirah Arab | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Selama era Islam pada Abad Pertengahan, para pemimpin sipil dan pemuka agama di Baghdad, ibu kota Dinasti Abbasiyah, dikenal sering mengadakan perjamuan mewah. Banyak makanan dan minuman mewah dihidangkan kepada para tamu undangan. Selain itu, mereka juga sering meminta orang untuk bersuka ria dengan menyanyikan dan melafalkan sebuah puisi tentang makanan. Berkat kebiasaan ini, berbagai hal tentang kuliner pun didokumentasikan dengan baik dan menjadi catatan yang terwariskan untuk generasi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-10, Baghdad menjadi tempat pertukaran budaya dan kuliner. Budaya dan bahasa, sepenuhnya datang dari kota tersebut. Dari sana pula, menulis buku masak menjadi sesuatu yang sangat populer. Saat itu menjadi titik awal mengapa wilayah Timur Tengah memiliki literatur makanan yang paling kompleks di dunia. Bahkan, disebutkan bahwa buku masak dalam bahasa Arab lebih banyak dari buku masak di seluruh dunia pada tahun 1400 Masehi.
Annals of the Caliphs' Kitchens, yang ditulis oleh Ibn Sayyar al-Warrāq pada abad ke 10, diketahui sebagai buku masak paling awal. Itu adalah buku tebal yang mengabadikan Baghdad sebagai pusat budaya dan kuliner, dengan 615 resep yang diambil dari sekitar 20 buku masak dan teks puisi yang memuji makanan.
ADVERTISEMENT
Buku tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Nawal Nasrallah pada tahun 2007 lalu. Isinya mendokumentasikan setiap detil penting untuk membuat sebuah masakan kepada para tamu yang terhormat. Ada juga panduan untuk meracik obat dari makanan yang dibakar dan makanan dingin. Selain itu, bab yang membahas tentang perilaku terhadap berbagi makanan pun turut hadir.
Kota Baghdad pada saat ini | Flickr/Ziyad Matti
Menurut sang penerjemah, 20 bab pertama sama sekali tidak memunculkan resep kudapan. Pada bab-bab tersebut, hanya tertulis tentang informasi mengenai sebuah masakan yang dibuat dari dapur, makanan alami yang didapatkan dari alam, dan beberapa pembahasan seputar daging. Pada bab-bab ini pula, mencakup semua hal tentang makanan yang harus diketahui oleh para koki pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Bagian paling menariknya ada pada bab lainnya, yang berisi puisi tentang makanan dan minuman. Resepnya bahkan ditulis dengan kalimat yang sangat puitis. Masyarakat Baghdad pada zaman dahulu terlihat jelas sangat peduli dengan pelestarian sebuah budaya. Buku masak ini menjadi salah satu contohnya, mencerminkan aspek-aspek menonjol dari sebuah budaya kuliner yang berjalan pada saat itu. Setiap resep dan masakan yang tercipta bahkan ditulis menjadi sebuah puisi dengan sepenuh hati.
Nasrallah kini sering menggunakan resep-resep di buku tersebut sebagai bahan kuliah dalam kursus keahlian memasak di Universitas Boston. Ia menggunakannya untuk membuat beberapa masakan, seperti bazmaward (roti lapis yang terbuat dari telur, kacang-kacangan, sayuran, dan keju) dan sibagh (ayam suwir yang dibalut dengan saus delima-kenari).
ADVERTISEMENT